Metode Pengumpulan Data Analisa Data

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode atau teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah: 1. Metode dokumentasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan menyelidiki benda- benda tertulis seperti buku-buku, peraturan, dokumen, dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data primer berupa dokumentasi laporan keuangan KPP Pratama Medan Kota, rincian penerimaan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Barang Mewah KPP Pratama Medan Kota, rincian Surat Ketetapan Pajak SKP dan Surat Tagihan Pajak STP yang terbit sepanjang tahun 2011. 2. Metode wawancara, yaitu metode pengumpulan data primer dalam metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian Sangadji dan Sopiah, 2010 ; 171. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada Bendaharawan dan pelaksana Sub Bagian Umum KPP Pratama Medan Kota selaku kompilator data dan pembuat Laporan Keuangan KPP , Operator Console KPP selaku penyedia data penerimaan perpajakan, Pegawai Seksi Penagihan sebagai penyedia data penerbitan SKP dan STP sepanjang tahun 2011.

3.6 Analisa Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah “analisis deskripsi, yaitu analisis yang lebih banyak hendak menggambarkan fakta sebagaimana adanya” Sangadji dan Sopiah, 2010 ; 210. Dengan metode ini, data dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisis sehingga dapat Universitas Sumatera Utara memberikan keterangan dan informasi untuk pemecahan permasalahan yang dihadapi. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Kota 4.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota Kantor Pelayanan Pajak KPP Medan Kota dibentuk pada tahun 2002 dan merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Secara hirearkis KPP Medan Kota berada di bawah pembinaan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan KMK No. 443KMK.012001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantr Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan. Setelah adanya reformasi dan modernisasi dalam tubuh Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Pelayanan Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Oleh karena itu, sejak tahun 6 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK No 67PMK.012008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132PMK.012006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Saat ini, KPP Pratama Medan Kota beralamat di Gedung Keuangan Negara Unit I Jl.Diponegoro No.30 A Medan.. Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota

KPP Pratama Medan Kota memiliki tugas untuk melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan PBB serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun semenjak awal 2011, pengelolaan BPHTB sudah dialihkan ke Pemerintah Daerah. Selanjutnya pada awal tahun 2012 pengelolaan PBB untuk perkotaan dan pedesaan juga dialihkan ke Pemerintah Daerah. Dalam menjalankan tugasnya, KPP Pratama menjalankan fungsi sebagai berikut: 1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan; 2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan; 3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya; 4. Penyuluhan perpajakan; 5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak; 6. Pelaksanaan ekstensifikasi; 7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak; Universitas Sumatera Utara 9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan; 11. Pelaksanaan intensifikasi; 12. Pembetulan ketetapan pajak; 13. Pelaksanaan administrasi kantor.

4.1.3. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Berdasarkan PMK No 62PMK.012009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Medan Kota terdiri atas sepuluh bidang struktural dan satu bidang fungsional serta dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sebagaimana berikut: 1. Subbagian Umum; 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi; 3. Seksi Pelayanan; 4. Seksi Penagihan; 5. Seksi Pemeriksaan; 6 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan; 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I; 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II; 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III; 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; 11. Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota dapat dilihat pada Lampiran II skripsi ini. Universitas Sumatera Utara Adapun tugas dan fungsi masing-masing seksi pada KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut: 1. Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,tata usaha, dan rumah tangga. 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e- SPT dan e-Filing, serta penyiapan laporan kinerja. 3. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. 4. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. 5. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. Universitas Sumatera Utara 6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi. 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbinganhimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, serta melakukan evaluasi hasil banding. 8. Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Pejabat Fungsional dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama Medan Kota. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi. 4.1.4. Mandat dan Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Kota Pada tahun 2011 KPP Pratama Medan Kota diberikan mandat untuk menghimpun penerimaan pajak sebesar Rp 478.850.033.925. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KPP Pratama Medan Kota memiliki wilayah kerja di empat kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Medan Kota; Universitas Sumatera Utara 2. Kecamatan Medan Amplas; 3. Kecamatan Medan Denai; 4. Kecamatan Medan Area;

4.1.5 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan KPP Pratama Medan Kota Tahunan Tahun Anggaran 2011 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi SAI yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan SAK dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN.

4.1.5.1 Sistem Akuntansi Keuangan SAK.

Sistem Akuntansi Keuangan SAK merupakan bagian dari Sistem Akuntansi Instansi SAI yang digunakan untuk menghasilkan Laporan Keuangan. SAK dilaksanakan oleh Kementerian Negaralembaga. Berdasarkan PMK Nomor 171PMK.052007 sebagaimana diubah terakhir dengan PMK NOMOR 233PMK.052011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan SAK kementerian Negaralembaga membentuk dan menunjuk unit akuntansi di dalam organisasinya yang terdiri dari: a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran UAKPA yang berada pada tingkat satuan kerja; b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah UAPPA-W yang berada pada tingkat wilayah; Universitas Sumatera Utara c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 UAPPA-E1 yang berada pada tingkat Eselon 1; dan d. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran UAPA yang berada pada tingkat kementerian negaralembaga. Berdasarkan klasifikasi tersebut KPP Pratama Medan Kota berada dalam UAKPA pada tingkat satuan kerja. Dalam hal ini KPP Pratama Medan Kota melakukan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh KPP Pratama Medan Kota. Laporan keuangan yang dihasilkan KPP Pratama Medan Kota adalah terdiri dari : 1 Laporan Realisasi Anggaran. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja, yang masing-masing dibandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. 2 Neraca. Neraca menggambarkan posisi keuangan KPP PratamaMedan Kota atas entitas akuntansi dan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana pertanggal tertentu. 3 Catatan atas Laporan Keuangan. Universitas Sumatera Utara Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci dan analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

4.1.5.2 Sistem Informasi dan Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN

Dalam PMK Nomor 171PMK.052007 sebagaimana diubah terakhir dengan PMK NOMOR 233PMK.052011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dinyatakan bahwa Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Instansi SAI. SIMAK-BMN diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dan pelaporan manajerial Manajerial Report. SIMAK-BMN menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan Neraca Kementerian NegaraLembaga dan informasi-informasi untuk perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Dokumenlaporan yang dihasilkan dari SIMAK-BMN terdiri dari: a. Daftar BMN; b. Kartu Inventaris Barang KIB Tanah; c. Kartu Inventaris Barang KIB Bangunan Gedung; d. Kartu Inventaris Barang KIB Alat Angkutan Bermotor; e. Kartu Inventaris Barang KIB Alat Persenjataan; Universitas Sumatera Utara f. Daftar Inventaris Lainnya DIL; g. Daftar Inventaris Ruangan DIR; h. Laporan Barang Kuasa Pengguna LBKP; i. Laporan Kondisi Barang LKB.

4.1.6. Kebijakan Akuntansi Pendapatan Pajak

Berdasarkan PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Informasi mengenai kebijakan akuntansi akan dituangkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Menurut Catatan Atas Laporan Keuangan KPP Pratama Medan Kota, pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara KUN yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya setelah dikompensasikan dengan pengeluaran. Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan. Sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan dalam skripsi ini, maka yang akan dibahas adalah pendapatan dari penerimaan pajak non PBB. Dalam pembuatan Laporan Keuangan tahun anggaran 2011, KPP Pratama Medan Kota masih menggunakan basis Cash Toward Accrual CTA untuk akun Universitas Sumatera Utara pendapatan. Dalam rangka penyajian pendapatan pajak dalam Laporan Keuangan, KPP menempuh kebijakan sebagai berikut: a. Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang mewah yang diterima pembayaran melalui Modul Penerimaan Negara MPN dan Pemotongan Surat Perintah Membayar SPM, dibukukan berdasarkan daftar pembayaran pajak pada MPN dan ePayPoint yang transaksinya dilaksanakan pada periode 1 Januari s.d. 31 Desember; b. Penerimaan Pajak dalam bentuk valuta asing dibukukan berdasarkan data penerimaan Pajak Penghasilan PPh Valas dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara Direktorat Jenderal Perbendaharaan setelah dilakukan verifikasi; c. Penerimaan PPh Migas dibukukan berdasarkan data penerimaan PPh Migas dari Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak Direktorat Jenderal Anggaran yang telah dilakukan rekonsiliasi dengan Direktorat Pengelolaan Kas Negara Direktorat Jenderal Perbendaharaan; d. Penerimaan Pajak Ditanggung Pemerintah dan Penerimaan Pajak-Pajak lainnya yang diterima melalui rekening Bendahara Umum Negara BUN dibukukan berdasarkan Surat Setoran Pajak atau dokumen lain dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara Direktorat Jenderal Perbendaharaan setelah dilakukan verifikasi; e. Pengembalian pendapatan dibukukan berdasarkan dokumen Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak SPMKP yang telah diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPN. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan proses bisnis atas transaksi pendapatan negara yang berlaku saat ini dan dalam rangka menjaga validitas data penerimaan pajak dalam Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, rekonsiliasi data pendapatan perpajakan dilaksanakan secara nasional antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Rekonsiliasi dilakukan dengan membandingkan data transaksi penerimaan pajak dalam database MPN, ePayPoint atau database SAI dengan data transaksi penerimaan pajak dalam Sistem Akuntansi Umum SAU.

4.1.7 Sistem Akuntansi Pendapatan Pajak

Untuk menghasilkan angka Pendapatan Pajak yang akurat dan valid yang bersumber dari Penerimaan Pajak maka dibutuhkan sebuah sistem. Sistem yang digunakan Direktorat Jenderal Pajak dalam menghasilkan output angka Penerimaan Pajak adalah Sistem Akuntansi Keuangan SAK yang merupakan sub sistem dari Sistem Akuntansi Instansi. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE- 66PJ2009 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, dokumen sumber yang digunakan dalam perekaman Data Realisasi Pendapatan Negara dari Penerimaan Perpajakan non PBB adalah: 1. Penerimaan Perpajakan, dokumen yang dipergunakan adalah daftar nominatif penerimaan pajak pada Modul Penerimaan Negara MPN rekonsiliasi atau dokumen lain yang dianggap sah; 2. Penerimaan Perpajakan berupa PPh Migas, PPh Non Migas dalam bentuk valas dan Pajak-pajak lainnya yang diterima melalui rekening Kas Umum Universitas Sumatera Utara Negara, dokumen yang digunakan adalah Surat Setoran Pajak, nota kredit Bank Indonesia atau dokumen lain yang dianggap sah; dan Penetapan besaran nilai data penerimaan perpajakan adalah kewenangan Direktorat Potensi Kepatuhan dan Penerimaan PKP. Data penerimaan perpajakan tersebut dilakukan perekaman di masing-masing satuan kerja dan disajikan dalam Laporan Keuangan. Setelah masing-masing satuan kerja KPP mendapatkan data penerimaan pajak dari Direktorat PKP, untuk menjaga validitas dan akurasi data Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, masing-masing unit satuan kerja wajib melakukan rekonsiliasi sebagai berikut: 1. Rekonsiliasi internal. Rekonsiliasi internal dilakukan antara seksi di KPP dalam hal ini Seksi PDI Pengolahan Data dan Informasi selaku seksi yang mengkompilasi dan melaporkan data penerimaan pajak di tingkat KPP dengan bidang dukungan teknis dan konsultasi di Kantor Wilayah DJP. Rekonsiliasi ini dilakukan tiap semester. 2. Rekonsiliasi eksternal. Rekonsiliasi eksternal yaitu mencocokan data realisasi anggaran berupa pendapatan, restitusi dan pemberian imbalan bunga dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPNKantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan DJPB setempat selaku mitra kerja. Data restitusi atau pengembalian pembayaran pajak diperlukan sebagai akun pengurang nilai penerimaan pajak sehingga diperoleh angka penerimaan pajak netto. Universitas Sumatera Utara Angka realisasi penerimaan pajak hasil rekonsiliasi antara KPP dengan Kantor Wilayah DJP dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat akan dikirimkan ke sub bagian umum KPP selaku pembuat Laporan Keuangan dan dituangkan sebagai nilai Penerimaan Pajak dalam Laporan Keuangan KPP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 4.1 Diagram Alur Pengakuan Pendapatan Perpajakan Melalui MPN Sumber : Diolah penulis

4.1.8. Gambaran Umum Pendapatan Pajak KPP Pratama Medan Kota

Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, angka pendapatan dari penerimaan pajak akan dituangkan dalam Laporan Keuangan KPP. Nilai pendapatan ini akan disajikan di Laporan Realisasi Anggaran KPP dan Catatan Atas Laporan Keuangan sebagai penjelasan, daftar rinci dan analisis dari pendapatan. Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran KPP Pratama Medan Kota Universitas Sumatera Utara Tahun Anggaran 2011, pendapatan KPP Patama Medan Kota terdiri dari Penerimaan Pajak termasuk penerimaan dari PBB dan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Realisasi Pendapatan Bruto KPP Patama Medan Kota yang berakhir 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp 543.370.109.038,00 dan apabila dengan memperhitungkan pengembalian pendapatan sebesar Rp 22.790.189.719,00 maka realisasi Pendapatan Neto sebesar Rp 520.579.919.319,00. Untuk pendapatan bruto dari penerimaan pajak adalah sebesar Rp 543.362.694.618. Apabila memperhitungkan restitusi pajak sebesar Rp22.790.189.179,00 realisasi Pendapatan Neto menjadi sebesar Rp 520.579.919.319,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: T T a a b b e e l l 4 4 . . 1 1 R R e e a a l l i i s s a a s s i i P P e e n n d d a a p p a a t t a a n n M M e e n n u u r r u u t t J J e e n n i i s s P P e e n n d d a a p p a a t t a a n n y y a a n n g g b b e e r r a a k k h h i i r r 3 3 1 1 D D e e s s e e m m b b e e r r 2 2 1 1 1 1 dalam rupiah No Uraian Pagu Realisasi Bruto Pengembalian Realisasi Neto 1. Pendapatan Pajak 478.850.033.925 543.362.694.618 22.790.189.719 520.572.504.899 2. PNBP 8.222.000 7.414.420 7.414.420 3. Jumlah 1+2 478.858.255.925 543.370.109.038 22.790.189.719 520.579.919.319 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Pengakuan Pendapatan Perpajakan Berbasis Kas Menuju Akrual di KPP Pratama Medan Kota Basis yang digunakan untuk mengakui pendapatan perpajakan di KPP Pratama Medan Kota di tahun 2011 adalah basis kas menuju akrual, yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan PP 71 tahun 2010 lampiran II dinyatakan pendapatan menurut basis kas diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum NegaraDaerah atau oleh entitas pelaporan. Dalam hal pengakuan pendapatan, KPP Pratama Medan Kota telah melaksanakan aturan sesuai dengan PP 71 tahun 2010. Praktek yang berlaku di KPP Pratama Medan Kota adalah pendapatan perpajakan atau penerimaan perpajakan akan diakui sebagai pendapatan jika kas yang dibayarkan wajib pajak sudah masuk ke Rekening Kas Umum Negara. Masuknya uang kas yang dibayarkan Wajib Pajak ke Rekening Kas Umum Negara KUN dibuktikan dengan telah diakuinya penerimaan dalam bentuk Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang mewah dalam Modul Penerimaan Negara MPN atau Pemotongan Surat Perintah Membayar SPM, lalu dibukukan berdasarkan daftar pembayaran pajak pada MPN dan ePayPoint yang transaksinya dilaksanakan pada periode 1 Januari s.d. 31 Desember. Bukti bahwa pembayaran pajak sudah diakui sebagai penerimaan melalui MPN dan masuk ke Rekening Kas Umum Negara adalah adanya kode notifikasi yang disebut dengan Nomor Transaksi Penerimaan NegaraNTPN. NTPN adalah nomor yang tertera pada bukti penerimaan negara yang diterbitkan melalui MPN. Sedangkan untuk pembayaran melalui SPM terdapat kode notifikasi yang disebut Nomor Penerimaan Potongan NPP, yaitu nomor bukti transaksi penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM yang diterbitkan. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Analisis Pengakuan Pendapatan Perpajakan Berbasis Akrual

Masalah pengakuan pendapatan pemerintah terutama pendapatan perpajakan secara akrual merupakan masalah yang sangat penting untuk dibahas dan diperjelas nantinya oleh lembaga pemerintah yang berwenang. Hingga saat skripsi ini ditulis, belum terdapat peraturan atau buletin teknis yang mengatur tentang penjelasan rinci kriteria pengakuan pendapatan perpajakan serta teknis saat pengakuan pendapatan perpajakan. Oleh karena itu penulis akan membahas masalah pengakuan pendapatan perpajakan menurut aturan dalam PP 71 tahun 2010, pedoman dan penjelasan dalam IPSAS No 23, serta praktek yang dilakukan di negara Australia.

4.2.2.1 Pengakuan Pendapatan Perpajakan Dalam PP 71 Tahun 2010

Sebagaimana telah diungkapkan dalam PP 71 tahun 2010 salah satu ciri utama dari penerapan basis akrual adalah adanya Laporan Operasional LO yang menjadi wadah pelaporan pendapatan akrual. Dalam LO, pendapatan akan diklasifikan menurut sumber pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan, pendapatan bukan pajak, dan pendapatan hibah. Sesuai dengan judul skripsi ini, yang akan dibahas adalah pengakuan pendapatan perpajakan saja. Berdasarkan PP 71 tahun 2010, Pendapatan-LO diakui pada saat: a. Timbulnya hak atas pendapatan; b. Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi; Hal ini berarti berdasarkan basis akrual untuk LO pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas aliran masuk Universitas Sumatera Utara sumber daya ekonomi belum diterima di Rekening Kas Umum NegaraDaerah atau oleh entitas pelaporan. Dalam PP 71 tahun 2010 tidak terdapat penjelasan lebih lanjut mengenai saat timbulnya hak pemerintah terkait pendapatan perpajakan. Saat timbulnya hak pemerintah terhadap perpajakan harus diperjelas mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut self assessment, dimana wajib pajak diberikan amanah untuk menghitung sendiri kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat menjadi kendala jika dikaitkan dengan konsep kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan terjadi, yaitu dalam pengakuan pendapatan harus terdapat kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos pendapatan akan mengalir ke entitas pelaporan. Derajat kepastian yang melekat pada arus manfaat ekonomi di masa datang harus dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan. Untuk lebih jelasnya, penulis merujuk pada penjelasan Bambang Widjajarso dalam tulisan Penerapan Basis Akrual Pada Akuntansi Pemerintah Indonesia : Sebuah Kajian Pendahuluan, sebagaimana berikut: Jika basis akrual diterapkan, pendapatan diakui pada saat timbul hak dari pemerintah. Masalahnya adalah dalam hak pajak yang menganut self assessment dimana wajib pajak menghitung sendiri kewajiban pajaknya, hak tersebut menjadi belum final – karena masih dimungkinkan adanya restitusi -meskipun sudah ada SPT, sehingga dokumen yang dijadikan dasar penentuan hak tagih pajak menjadi masalah. Penulis Bambang Widjajarso merasa perlu menambah bahasan pengakuan pendapatan dan belanjabeban untuk memperluas wawasan dari bahasan sebelumnya. Memang benar, pendapatan harus diakui jika telah muncul hak sehingga pencatatan pendapatan dilakukan setiap kali ada transaksi munculnya hak tersebut. Logikanya, standar akuntansi pemerintah nantinya harus menciptakan kriteria yang jelas atas pengakuan pendapatan tersebut. Misalnya, seperti yang diterapkan oleh State and Local Governments di Amerika, pendapatan diakui jika terpenuhinya kriteria Universitas Sumatera Utara measurable dan available. Dengan demikian, pendapatan pajak yang harus diakui adalah jika dapat diukur dan tersedia untuk operasi entitas pelaporan. Contoh jenis pajak yang memenuhi kriteria seperti itu adalah pajak property, misalnya Pajak Bumi Bangunan, Pajak Kendaraan Bermotor dan sebagainya. Dalam kondisi itu, pajak property harus langsung diakui dan dicatat sebagai pendapatan. Bagaimana dengan pajak yang lain? Untuk jenis pajak yang lain, misalnya Pajak Penghasilan, menurut penulis Bambang Widjajarso, kriteria dapat diukur dan tersedia tetap harus diberlakukan. Jika kedua kriteria tersebut tidak secara bersamaan dapat terpenuhi, pendapatan pajak jenis itu tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Alternatifnya, karena pendapatan pajak mempunyai karakteristik non exchange revenues, peraturan perpajakan harus ditafsirkan oleh badan penyusun standar akuntansi pemerintahan kapan memenuhi kriteria measurable dan kapan memenuhi available. Suatu angsuran pajak, misalnya, yang belum secara definitif dapat dikatakan sebagai hak negara, tidak dapat diakui sebagai pendapatan pajak, kecuali pada jenis usaha tertentu, misalnya pada perbankan yang diwajibkan menyusun laporan keuangan triwulanan dan sekaligus menyampaikan kewajiban pajaknya melalui SPT Masa, dapat diakui sebagai pendapatan pajak oleh pemerintah. Jika SPT mempunyai dasar keterukuran pendapatan pajak dan jika batas restitusi bisa ditentukan, pajak penghasilan baru dapat diakui sebagai pendapatan. Untuk jenis pajak yang lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai, menurut penulis Bambang Widjajarso, kriteria diatas juga tetap berlaku. Artinya, penyampaian SPT Masa dalam pajak jenis itu dapat dijadikan dasar pengakuan pendapatan PPN, karena pada saat SPT Masa telah disampaikan, kedua kriteria pendapatan telah terpenuhi, sehingga pendapatan yang berasal dari PPN dapat diakui. Untuk pajak lainnya, seyogyanya diberlakukan analogi bahasan pemenuhan kriteria seperti pada Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Dari pendapat Bambang Widjajarso dapat disimpulkan bahwa pendapatan perpajakan dapat diakui secara akrual bila telah memenuhi kriteria measurable dan available. Pemerintah akan mengakui adanya pendapatan perpajakan yang timbul dari hak atas pendapatan tersebut, walaupun aliran masuk sumber daya ekonomi belum terjadi. Selain itu harus terdapat dasar atau bukti untuk meyakinkan adanya kepastian tinggi manfaat ekonomi di masa depan akan terealisasi dan mengalir ke entitas pelaporan. Salah satu dokumen yang Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa pendapatan memenuhi kriteria tersebut adalah SPT yang disampaikan wajib pajak.

4.2.2.2. Pengakuan Pendapatan Perpajakan Dalam IPSAS No.23

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II, IPSAS No.23 adalah standar akuntansi sektor publik internasional yang mengatur pendapatan non pertukaran yang terdiri dari pajak dan transfer. Dalam IPSAS No 23 paragraf 59-60 dinyatakan 59 An entity shall recognize an asset in respect of taxes when the taxable event occurs and the asset recognition criteria are met. 60 Resources arising from taxes satisfy the definition of an asset when the entitycontrols the resources as a result of a past event the taxable event and expects to receive future economic benefits or service potential from those resources. Resources arising from taxes satisfy the criteria for recognition as an asset when it is probable that the inflow of resources will occur and their fair value can be reliably measured. The degree of probability attached to the inflow of resources is determined on the basis of evidence available at the time of initial recognition, which includes, but is not limited to, disclosure of the taxable event by the taxpayer. Dalam IPSAS, transaksi kena pajak taxable event merupakan titik pengakuan dari pendapatan perpajakan. Saat terjadinya transaksi kena pajak akan berbeda-beda di tiap negara tergantung regulasi masing-masing. Jika tidak diatur secara spesifik oleh regulasi maka transaksi kena pajak dan saat pengakuan pendapatan perpajakan berdasarkan IPSAS No 23 adalah: 1. Pajak Penghasilan PPh Transaksi kena pajak untuk PPh adalah dihasilkannya penghasilan kena pajak oleh wajib pajak sepanjang periode perpajakan. Pemerintah akan mengakui pendapatan perpajakan ketika transaksi ini terjadi. Pendapatan dari Universitas Sumatera Utara Pajak Penghasilan harus diakui di saat periode pelaporan dimana transaksi kena pajak untuk PPh terjadi. 2. Pajak Pertambahan Nilai PPN Transaksi kena pajak untuk PPN adalah adanya aktivitas kena pajak yang dilakukan wajib pajak, yaitu penjualan barang dan jasa yang memiliki pertambahan nilai, sepanjang periode perpajakan. Perlu diketahui dalam beberapa yurisdiksi definisi PPN disebut juga dengan Pajak Barang dan Jasa. Transaksi kena pajak untuk Pajak Barang dan Jasa adalah pembelian dan penjualan barang kena pajak dan jasa kena pajak sepanjang periode perpajakan. Pemerintah mengakui pendapatan perpajakan dari PPN ketika terjadi transaksi pembelian atau penjualan barang dan jasa kena pajak. Namun, dalam hal pendapatan perpajakan dari PPN tidak dapat diukur secara andal, maka pengakuan pendapatan dapat ditangguhkan hingga pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. Jika standar yang diberlakukan dalam IPSAS diterapkan di Indonesia, maka saat pengakuan pendapatan perpajakan akan berbeda tergantung jenis pajaknya. Bila digabungkan dengan regulasi perpajakan di Indonesia, saat pengakuan pendapatan perpajakan dapat berupa saat terutangnya pajak, saat pembayaran pajak, atau saat pelaporan pajak tergantung kapan kriteria measurable dan available dipenuhi oleh jenis pajak tersebut. Untuk lebih jelasnya bagaimana kondisi ideal pengakuan pendapatan perpajakan sesuai dengan IPSAS maka dapat dilihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Pengakuan Pendapatan Perpajakan Indonesia Dengan Mengadopsi IPSAS No Jenis Pajak Saat Terutang Saat Pembayaran Jatuh Tempo Saat Pelaporan Saat Pengakuan Pendapatan Terpenuhinya Kriteria Measurable dan Available 1 PPh 21 Akhir bulan terjadinya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan tergantung mana yang lebih dulu Tanggal 10 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya Pada Saat terutang 2 PPh 22 Saat pembayaran atau saat tertentu lainnya yang ditetapkan Menteri Keuangan Ketika dilakukan pembayaran oleh bendahara untuk pembelian dengan APBND; ketika pelunasan bea masuk atau 1 hari setelah dilakukan pemungutan oleh Bea Cukai untuk impor; tanggal 10 bulan berikutnya untuk pemungut yang ditetapkan Menkeu Tanggal 14 bulan berikutnya untuk bendaharawan; hari kerja terakhir minggu berikutnya untuk Bea Cukai; tanggal 20 bulan berikutnya Pemungut tertentu Pada Saat Terutang 3 PPh 23 Pada akhir bulan dibayarkannya penghasilan, disediakan untuk dibayarkannya penghasilan, atau jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu Tanggal 10 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya Pada Saat Terutang 4 PPh 26 Pada akhir bulan dibayarkannya penghasilan, disediakan untuk dibayarkannya penghasilan, atau jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu Tanggal 10 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya Pada Saat Terutang 5 PPh 25 Angsuran Pajak Tidak ada bersifat self assessment Tanggal 15 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya Belum memenuhi kriteria pengakuan pendapatan. Akan dibukukan sebagai Uang Muka dari Pajak Penghasilan dikelompokkan sebagai Universitas Sumatera Utara No Jenis Pajak Saat Terutang Saat Pembayaran Jatuh Tempo Saat Pelaporan Saat Pengakuan Pendapatan Terpenuhinya Kriteria Measurable dan Available utang lancar. Hal ini sesuai dengan IPSAS No.23 bagian Implementation Guide No. IG 16-17 6 PPh 29 Kekurangan Pembayaran Pajak Terutang untuk Suatu Tahun Pajak Tidak ada bersifat self assessment Sebelum SPT Tahunan disampaikan Akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak untuk Orang Pribadi; akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak untuk Badan Pada saat pelaporan atau saat dipenuhinya kriteria measurable dan available melalui pengembangan model statistik, mana yang lebih dulu. 7 PPh 4 ayat 2 Final Saat terjadinya pembayaran objek pajak PPh 4 ayat 2 atau saat menerima penghasilan yang termasuk objek PPh pasal 4 ayat 2 Tanggal 10 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya Pada Saat Terutang 8 PPN Pada saat penyerahan BKP; impor BKP; penyerahan JKP; pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean; pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean; Ekspor BKP; Ekspor BKP tidak Berwujud; Ekspor JKP Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan; Tgl. 7 bulan berikutnya untuk bendaharawan; Tgl. 15 bulan berikutnya untuk pemungut tertentu Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak; Tgl. 14 bulan berikutnya untuk bendaharawan; Tgl. 20 bulan berikutnya untuk pemungut tertentu Pada Saat Terutang bila pendapatan PPN dapat diukur secara andal, bila tidak maka Pada Saat Pembayaran 9 PPnBM Saat penyerahan penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah atau impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan; Tgl. 7 bulan berikutnya untuk bendaharawan; Tgl. 15 bulan Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak; Tgl. 14 bulan berikutnya untuk bendaharawan; Tgl. 20 bulan Pada Saat Terutang bila pendapatan PPnBM dapat diukur secara andal, bila tidak maka Pada Saat Pembayaran Universitas Sumatera Utara No Jenis Pajak Saat Terutang Saat Pembayaran Jatuh Tempo Saat Pelaporan Saat Pengakuan Pendapatan Terpenuhinya Kriteria Measurable dan Available berikutnya untuk pemungut tertentu berikutnya untuk pemungut tertentu Sumber : Diolah Penulis dari http:danang651.wordpress.com Terkait dengan pengakuan Pendapatan PPh 25 dan PPh 29, akan terdapat kesulitan tersendiri mengenai titik pengakuan pendapatan perpajakan. Hal ini disebabkan pengaplikasian cara pemungutan stelsel campuran pada sistem perpajakan Indonesia. Penghitungan PPh 25 didasarkan dengan asumsi penghasilan tahun berjalan sama dengan penghasilan riil pada tahun sebelumnya dimana besarnya PPh 25 diperoleh dari penghitungan Pajak Penghasilan terutang di tahun sebelumnya dikurangi kredit pajak, lalu dibagi dua belas aplikasi stelsel fiktif. Sementara PPh 29 dihitung berdasarkan besarnya penghasilan sesungguhnya di tahun berjalan. Besarnya nilai PPh 29 diperoleh dari selisih pajak yang harus dibayar untuk tahun pajak berjalan dikurangi kredit dan angsuran pajak PPh 25 yang telah dibayarkan di tahun berjalan aplikasi stelsel nyata. Hal ini akan menimbulkan kendala dalam pengakuan pendapatan perpajakan dari PPh 25 dan PPh 29. Periode tahun pajak dan tahun pelaporan keuangan pemerintah dimulai sejak 1 Januari hingga 31 Desember. Sementara wajib pajak diberikan waktu hingga tiga bulan setelah berakhirnya tahun pajak umumnya pada 31 Maret tahun berikutnya bagi WP orang pribadi dan empat bulan setelah berakhirnya tahun pajak umumnya pada 30 April tahun berikutnya bagi WP Badan untuk membayar dan melaporkan SPT Tahunannya. Di lain pihak, Universitas Sumatera Utara pemerintah harus memberikan laporan keuangan pemerintah pusat ke Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir 31 Maret. Hal ini menyebabkan adanya gap waktu antara pengakuan pendapatan pajak dengan batas waktu pelaporan keuangan pemerintah. Berdasarkan standar IPSAS, penerimaan pajak dari PPh 25 tidak dapat diakui sebagai pendapatan perpajakan karena dasar pengukuran PPh 25 adalah penghasilan tahun yang lalu, bukan tahun berjalan stelsel fiktif. Jika mengikuti standar yang ditetapkan IPSAS, pendapatan dari Pajak Penghasilan harus diakui di saat periode pelaporan dimana transaksi kena pajak untuk PPh terjadi. Oleh karena itu, besaran yang dapat diakui sebagai pendapatan perpajakan untuk PPh Orang Pribadi dan Badan di tahun berjalan adalah nilai sesungguhnya dari PPh 29 ditambah dengan total angsuran PPh 25 selama setahun. Namun, besaran total PPh 29 dengan PPh 25 tidak akan diketahui sebelum batas akhir pelaporan SPT Tahunan. Sementara laporan keuangan pemerintah harus sudah diberikan ke BPK sebelum batas akhir pelaporan SPT Tahunan. Oleh sebab itu, dalam Implementation Guidance IPSAS No 23 paragraf IG3-IG5 menyatakan jika sistem administrasi pajak tidak mampu untuk mengukur pendapatan pajak penghasilan secara langsung kecuali setelah laporan keuangan diterbitkan seperti kasus Indonesia, maka pemerintah mengembangkan sebuah model statistik untuk mengukur pendapatan pajak penghasilan akrual secara tidak langsung. Pemerintah menggunakan historis pembayaran pajak penghasilan, mengembangkan model statistik perpajakan, lalu dibandingkan dengan fenomena yang dapat diamati untuk mengembangkan model yang andal. Fenomena yang Universitas Sumatera Utara dapat diamati dapat termasuk statistik ekonomi seperti Pendapatan Domestik Bruto, fenomena finansial seperti angsuran pajak penghasilan, dan statistik perbankan yang telah dikumpulkan Bank Sentral. Pemerintah juga dapat memperoleh asistensi para ekonometrisian dalam mengembangkan model tersebut serta auditor eksternal untuk menguji validitas model sesuai dengan standar audit internasional dan nasional. Model yang telah dikembangkan akan memungkinkan entitas untuk mengukur secara andal aset dan pendapatan yang timbul dari pendapatan perpajakan secara akrual selama periode pelaporan, yang mana hasilnya akan diakui dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan akan mengungkapkan kebijakan akuntansi, termasuk dasar pengukuran pendapatan dari pajak penghasilan. Dalam kondisi ini dimungkinkan estimasi dari pendapatan pajak pada periode pelaporan yang satu direvisi pada periode selanjutnya. Koreksi ini telah diakomodir dalam IPSAS No. 3 tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi dan Eror.

4.2.2.3 Pengakuan Pendapatan Perpajakan Di Negara Australia

Metode penerapan basis akrual pada pengakuan pendapatan perpajakan juga dapat dilihat pada negara yang telah lebih dulu menerapkan akuntansi akrual pada lingkungan akuntansi pemerintahan. Dalam hal ini, penulis akan memaparkan pengakuan pendapatan perpajakan seperti yang telah diterapkan pemerintah Australia sebagaimana dinyatakan dalam laporan keuangan otoritas pajak pemerintah Australia, Australian Taxation Office ATO. Universitas Sumatera Utara Dalam laporan keuangannya, ATO mengakui pendapatan pajak jika kondisi berikut ini terpenuhi: 1 Pembayar pajak atau grup pembayar pajak dapat didentifikasi secara andal reliable 2 Jumlah pajak terutang atau denda yang terutang oleh pembayar pajak atau grup pembayar pajak didasarkan peraturan yang sah. 3 Jumlah pajak atau denda yang terutang oleh pembayar pajak atau grup pembayar pajak dapat diukur secara andal reliably measured dan memiliki kemungkinan besar untuk ditagih. Dalam hal pengakuan pendapatan pajak sejumlah kriteria juga dipertimbangkan seperti upaya-upaya hukum yang relevan, pelaksanaan kebijakan atau keputusan dan pembayaran kembali refunds dan atau perubahan nilai kredit pajak yang menjadi hak wajib pajak. Revisi atas estimasi dan variasi dalam hasil aktual digambarkan pada pendapatan tahun berjalan. ATO mengakui pendapatan perpajakan ketika, dan hanya ketika, kemungkinan besar manfaat ekonomis di masa depan akan terjadi dan dapat diukur secara andal. Estimasi dari pendapatan akan menjadi sulit dilakukan karena adanya efek kondisi ekonomi pada penghasilan kena pajak. Oleh karena itu ATO menggunakan dua metode dalam pengakuan pendapatan pajak sebagaimana diungkapkan dalam Australian Taxation Office Financial Statement 2009-10 : 1 Economic transaction method ETM Under this basis, taxation revenue is recognised when the Government, through the application of legislation to taxation and other relevant activities, gains control over the future economic benefits that arise from taxes and other statutory charges. This methodology relies on the estimation of the probable future flows of taxes from transactions that have occurred in Universitas Sumatera Utara the economy, but have not been reported, and are likely to be reported, to the ATO through an assessment or other disclosure. However, while the ETM basis is conceptually a more accurate representation of taxation revenue, estimation can be difficult due to impacts of economic conditions on final taxable income for certain classes of taxpayers, in particular income tax for individuals, companies and superannuation funds. 2 Taxation Liability Method TLM Under this basis, taxation revenue is recognised at the earlier of when an assessment of a tax liability is made or payment is received by the ATO. Further, revenue is recognised when there is sufficient information to raise an assessment but an event has occurred which delays the issue of the assessment. This method is permitted under AASB 1004 paragraph 30 in circumstances when there is an ‘inability to reliably measure taxes when the underlying transactions or events occur’. This recognition policy means that taxation revenue is generally measured at a later time than would be the case if it were measured under the ETM method. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan untuk metode ETM, pendapatan pajak diakui ketika pemerintah memperoleh pengendalian atas manfaat ekonomi di masa depan yang timbul dari pajak atau denda lainnya. Metode ini berdasarkan estimasi kemungkinan aliran pajak di masa depan dari transaksi yang telah terjadi dalam perekonomian namun belum dilaporkan, dan kemungkinan besar akan dilaporkan ke ATO melalui surat pemberitahuan atau pengungkapan lainnya. Basis ini diterapkan ATO pada Fringe Benefit Tax, Good and Service Tax Pajak Barang dan Jasa – semacam PPN untuk Indonesia, Excise Duty, Petroleum Resource Rent Tax, Luxury Car Tax, dan Wine Equalisation Tax. Sedangkan pada metode TLM, pendapatan pajak diakui mana yang lebih dulu antara pemberitahuan pajak terutang atau pembayaran pajak diterima oleh ATO. Lebih jauh, pendapatan diakui ketika terdapat informasi yang cukup untuk melakukan penaksiran namun terdapat kejadian yang menunda pemberitahuan pajak terutang. Basis ini digunakan untuk Pajak Penghasilan Individu dan Universitas Sumatera Utara Badan, Pajak Penghasilan Superannuation Fund, Superannuation Surcharge, dan Superannuation Guarantee Charge.

4.2.2.4 Wacana Pengakuan Pendapatan Perpajakan Secara Akrual Menurut Penulis

Terkait wacana pengakuan pendapatan perpajakan secara akrual di Indonesia, dengan melihat kondisi sistem administrasi perpajakan Indonesia, sistem teknologi informasi yang tersedia, serta kemampuan SDM di lingkungan akuntansi pemerintahan saat skripsi ini ditulis, penulis berpendapat standar yang diterapkan IPSAS dan standar Negara Australia metode ETM belum bisa diterapkan sepenuhnya di Indonesia, terutama masalah pembuatan model statistik dalam rangka mengestimasi pendapatan perpajakan dari PPh meskipun belum dilakukan pelaporan. Karena untuk menerapkan stadar tersebut dibutuhkan sistem informasi yang andal dan terintegrasi antara instansi pemerintah dan wajib pajak, SDM yang mumpuni, serta model statistik yang akurat dan teruji. Penulis berpendapat metode yang tepat dan best practice untuk Indonesia untuk saat ini saat skripsi ini ditulis adalah adopsi metode TLM setelah disesuaikan, yaitu pengakuan pendapatan perpajakan diakui ketika munculnya hak pemerintah atas pendapatan perpajakan yang ditandai dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Tagihan Pajak STP, Keputusan Keberatan, Banding, atau Peninjauan Kembali yang menyatakan adanya pajak yang kurang dibayar selama periode pelaporan keuangan atau ketika masuknya penerimaan kas di Rekening Kas Umum Negara selama periode pelaporan keuangan. Saat Universitas Sumatera Utara penyampaian SPT Masa atau SPT Tahunan tidak penulis masukkan sebagai dasar pengakuan pendapatan akrual karena dalam regulasi perpajakan di Indonesia pembayaran pajak akan dilakukan sebelum adanya penyampaian SPT Masa atau SPT Tahunan. Metode yang diwacanakan penulis dimungkinkan berdasarkan Study No 14 IPSASB tentang Transition to the Accrual Basis of Accounting: Guidance for Public Sector Entities. Dalam studi tersebut chapter 16 paragraf 16.34 dinyatakan jika pendapatan perpajakan tidak dapat diukur dengan andal pada saat terjadinya transaksi kena pajak, maka untuk pendapatan perpajakan dari PPh dapat diakui pada titik alternatif berikut: 1 Pada saat akhir tahun penghasilan; 2 Saat dilakukan pengisian Surat PemberitahuanFormulir Perpajakan; 3 Ketika Pajak dihitung; 4 Ketika utang pajak diakui oleh Wajib Pajak; atau 5 Ketika pembayaran diterima Selanjutnya dalam paragraf 16.36 dinyatakan dalam beberapa regulasi, pendapatan perpajakan akan diakui ketika pembayaran pajak jatuh tempo dan dapat dibayar tergantung pada peraturan atau saat hasil pemeriksaanpenelitian diterbitkan oleh otoritas pajak. Pendekatan ini memberikan kepastian yang lebih dalam hal pencatatan pendapatan dan kemungkinan kecil untuk terjadi kesalahan pencatatan yang material. Oleh karena itu penulis berpendapat adopsi metode TLM setelah disesuaikan dimana pendapatan perpajakan diakui ketika terbitnya ketetapan pajak Universitas Sumatera Utara oleh Fiskus Direktorat Jenderal Pajak atau saat masuknya kas di Rekening Kas Umum Negara, paling tepat dan merupakan best practice untuk diterapkan di Indonesia saat ini. Dengan metode ini persyaratan pengakuan pendapatan akrual berdasarkan PP 71 tahun 2010 dapat terpenuhi serta tidak menyalahi standar akuntansi sektor publik internasional. Selain itu, pendapatan perpajakan juga dapat diukur secara andal karena telah adanya pemberitahuan pajak terutang melalui Surat ketetapan pajak atau tagihan pajak yang diterbitkan otorisasi pajak itu sendiri, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak. Kemungkinan manfaat ekonomi di masa datang juga terpenuhi karena jika Wajib Pajak tidak melakukan pembayaran terhadap Surat Ketetapan Pajak atau Tagihan Pajak yang diterbitkan, akan dilakukan proses penagihan pajak secara paksa. Berdasarkan hal tersebut, metode ini akan digunakan penulis dalam melakukan analisa pencatatan terhadap pendapatan perpajakan berbasis akrual di KPP Pratama Medan Kota. 4.2.3 Pengukuran Pendapatan Perpajakan KPP Pratama Medan Kota Berdasarkan Basis Kas Menuju Akrual dan Basis Akrual Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi. KPP Pratama Medan Kota dalam hal ini telah melaksanakan pengukuran pendapatan perpajakan sesuai dengan standar yang ditetapkan PP 71 tahun 2010, yaitu didasarkan pada nilai mata uang Rupiah atau mata uang lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan PP 71 tahun 2010 tidak terdapat perbedaan Universitas Sumatera Utara dalam pengukuran pendapatan perpajakan antara basis kas menuju akrual dengan basis akrual.

4.2.4 Pencatatan Pendapatan Perpajakan Berbasis Kas Menuju Akrual di KPP Pratama Medan Kota

Sesuai dengan yang telah dipaparkan dalam dasar teori, jurnal standar yang diterapkan di KPP Pratama Medan Kota adalah jurnal standar untuk Sistem Akuntansi Instansi. Dalam hal ini KPP Pratama Medan Kota telah melaksanakan jurnal sesuai dengan basis kas menuju akrual menurut peraturan yang berlaku, yaitu PP 71 tahun 2010 dan standar yang diberlakukan Kementerian Keuangan. Berikut ini adalah kondisi pendapatan perpajakan non PBB yang terjadi pada KPP Pratama Medan Kota pada tahun 2011: Pada awal tahun 2011, KPP Pratama Medan Kota mendapatkan amanah berupa target penerimaan Pajak PPh sebesar Rp 297.245.440.000, penerimaan PPN sebesar Rp 146.845.196.448, penerimaan PPnBM sebesar Rp 510.123.552, serta penerimaan dari Bunga Penagihan PPh dan PPN sebesar Rp 6.742.070.000. Sepanjang tahun 2011, penerimaan perpajakan KPP Pratama Medan Kota dari Pajak Penghasilan adalah sebesar Rp 190.059.731.628, penerimaan PPN sebesar Rp 314.848.015.271, penerimaan PPnBM sebesar Rp 1.382.017.157, dan penerimaan dari Bunga Penagihan sebesar Rp 8.767.217. Selama tahun 2011 KPP Pratama Medan Kota telah menerbitkan SKPKB sebesar Rp 9.426.764.855 dan STP sebesar Rp 2.057.150.663. KPP Pratama Medan Kota juga menerbitkan SKPLB senilai Rp 23,017,277,768. Dari SKPLB tersebut, diterbitkan SPMKP untuk Pajak Non PBB sebesar Rp 22,766,880,578 Universitas Sumatera Utara dengan rincian SPMKP Pajak Penghasilan sebesar Rp 9.477.325.695 dan SPMKP PPN sebesar Rp 13.289.554.883. Adapun jurnal yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota terhadap transaksi diatas adalah:

4.2.4.1 Penganggaran target penerimaan pajak.

Jurnal yang dilakukan untuk mencatat anggaran target penerimaan pajak yang telah dialokasikan ke KPP di awal tahun adalah dengan menggunakan jurnal estimasi penerimaan perpajakan dialokasikan , yaitu: Keterangan Dr Cr Estimasi Pendapatan Pajak-PPh 297.245.440.000 Estimasi Pendapatan Pajak-PPN 146.845.196.448 Estimasi Pendapatan Pajak-PPnBM 510.123.552 Estimasi Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan 6.742.070.000 Utang kepada KUN 451,342,830,000

4.2.4.2 Penerimaan pajakRealisasi pendapatan

Sesuai dengan standar yang ditetapkan PP 71 tahun 2010 pencatatan pendapatan dicatat dengan azas bruto, artinya dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya setelah dikompensasikan dengan pengeluaran. Oleh karena itu, ketika KPP memperoleh penerimaan pajak, maka dilakukan penjurnalan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Keterangan Dr Cr Utang kepada KUN 506.298.531.273 Pendapatan Pajak-PPh 190.059.731.628 Pendapatan Pajak-PPN 314.848.015.271 Pendapatan Pajak-PPnBM 1.382.017.157 Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan 8.767.217

4.2.4.3 Penerbitan SKPKB, SKPKBT, STP dan SKPLB

Berdasarkan basis kas menuju akrual, ketika KPP menetapkan jumlah pajak terutang melalui SKPKB, SKPKBT dan STP, serta jumlah kelebihan pembayaran pajak melalui SKPLB maka tidak dilakukan penjurnalan. Meskipun konsekuensi dari penerbitan SKPKB,SKPKBT, dan STP akan memunculkan adanya piutang pajak, serta penerbitan SKPLB akan memunculkan adanya pengakuan pendapatan pajak diterima di muka, namun berdasarkan basis kas menuju akrual pengakuan piutang pajak dan pendapatan pajak diterima di muka hanya dilakukan di akhir tahun. Oleh karena itu KPP tidak melakukan penjurnalan saat penerbitan ketetapan pajak.

4.2.4.4 Pengembalian Pendapatan Pajak

Pengembalian pendapatan pajak merupakan kesalahan yang bersifat berulang dan alamiah. Untuk itu dilakukan penjurnalan untuk mendebet akun Pengembalian Pendapatan Pajak yang nantinya akan mengurangi nilai Pendapatan Universitas Sumatera Utara Pajak. Keputusan besaran pajak yang lebih dibayar oleh wajib pajak dicantumkan dalam SKPLB Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Kemudian, kelebihan pembayaran pajak tersebut akan diperhitungkan terlebih dahulu dengan Utang Pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Perhitungan kelebihan pembayaran pajak dengan Utang Pajak sebagaimana dimaksud ditindaklanjuti dengan kompensasi Utang Pajak, dan dalam hal tidak ada Utang Pajak, seluruh kelebihan pembayaran pajak dikembalikan kepada Wajib Pajak bersangkutan. Nilai sisa dari kelebihan pembayaran pajak setelah dikompensasi dengan utang pajak akan dituangkan dalam SPMKP Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran Pajak. Oleh karena itu, dalam penjurnalan pengembalian pendapatan pajak, nilai yang menjadi dasar pencatatan adalah nilai SPMKP. Jurnal yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota untuk mencatat pengembalian pajak adalah: Keterangan Dr Cr Pengembalian Pendapatan Pajak-PPh 9.477.325.695 Pengembalian Pendapatan Pajak-PPN 13.289.554.883 Utang pada KUN 22,766,880,578

4.2.4.5 Jurnal Penutup Pendapatan Perpajakan

Untuk menutup seluruh perkiraan pendapatan perpajakan maka dilakukan jurnal penutup. Jurnal ini terdiri dari jurnal penutup anggaran dengan realisasinya. Untuk menutup akun pendapatan perpajakan maka jumlah yang dicantumkan adalah jumlah pendapatan bersihnetto, yaitu jumlah pendapatan bruto setelah Universitas Sumatera Utara dikurangi pengembalian pendapatan pajak. Dalam hal ini nilai pendapatan pajak bersih untuk PPh adalah sebesar Rp 180.582.405.933, dan nilai pendapatan pajak bersih untuk PPN adalah sebesar Rp 301.558.460.388. adapun selisih antara realisasi penerimaan dengan target penerimaan akan dicatat pada akun Utang Pada KUN. Adapun jurnal yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut: Keterangan Dr Cr Pendapatan Pajak-PPh 180.582.405.933 Pendapatan Pajak-PPN 301.558.460.388 Pendapatan Pajak-PPnBM 1.382.017.157 Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan 8.767.217 Estimasi Pendapatan Pajak-PPh 297.245.440.000 Estimasi Pendapatan Pajak-PPN 146.845.196.448 Estimasi Pendapatan Pajak- PPnBM 510.123.552 Estimasi Pendapatan Pajak- Bunga Penagihan 6.742.070.000 Utang kepada KUN 32,188,820,695 Universitas Sumatera Utara

4.2.5 Analisis Pencatatan Pendapatan Perpajakan Berbasis Akrual Triple

Entry Sebagaimana telah diungkapkan pada landasan teori, menurut Abdul Halim terdapat tiga buah sistem pencatatan yang dapat diterapkan dalam akuntansi keuangan pemerintah, yaitu single entry, double entry, dan triple entry. Terkait pencatatan pendapatan perpajakan secara akrual, penulis berpendapat sistem pencatatan triple entry adalah yang paling cocok untuk diterapkan dalam pencatatan pendapatan perpajakan berbasis akrual Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Sistem pencatatan triple entry paling cocok untuk diterapkan dalam pencatatan pendapatan berbasis akrual karena pencatatan double entry saja tidak cukup untuk mengakomodir pengakuan akun pendapatan LO dan pendapatan LRA yang keduanya harus disajikan dalam Laporan Keuangan berbasis akrual sesuai PP 71 tahun 2010. Untuk itu dibutuhkan satu entry lagi yang akan digunakan khusus untuk pencatatan di buku anggaran. Hingga saat skripsi ini ditulis, buletin teknis serta aturan khusus yang memuat jurnal standar pencatatan pendapatan perpajakan berbasis akrual belum tersedia. Dalam prakteknya KPP Pratama Medan Kota juga belum melakukan penjurnalan pendapatan perpajakan berbasis akrual penuh. Oleh karena itu pada bagian ini akan disajikan wacana pencatatan pendapatan perpajakan berbasis akrual menurut penulis dengan mengadopsi kondisi pendapatan perpajakan di KPP Pratama Medan Kota pada tahun 2011 sebagaimana yang telah dijelaskan Universitas Sumatera Utara pada contoh sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut:

4.2.5.1 Penganggaran target penerimaan pajak.

Untuk jurnal penganggaran tidak ada perbedaan antara basis kas menuju akrual dengan akrual karena sistem penganggaran yang ditetapkan di Indonesia masih berbasis kas. Oleh karena itu jurnal yang dilakukan sama dengan jurnal penganggaran target penerimaan sebelumnya, yaitu: Keterangan Dr Cr Estimasi Pendapatan Pajak-PPh 297.245.440.000 Estimasi Pendapatan Pajak-PPN 146.845.196.448 Estimasi Pendapatan Pajak-PPnBM 510.123.552 Estimasi Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan 6.742.070.000 Utang kepada KUN 451,342,830,000

4.2.5.2 Penjurnalan Perolehan Pendapatan Perpajakan

Dalam penerapan basis akrual, akan terdapat dua macam pendapatan perpajakan, yaitu pendapatan perpajakan LO untuk mengakui pendapatan berbasis akrual, dan pendapatan perpajakan LRA untuk mengakui realisasi penerimaan yang masuk ke rekening kas umum Negara saja. Terkait hal ini, pendapatan perpajakan berbasis akrual di KPP Pratama Medan Kota akan bersumber dari dua jenis transaksi: 1 Penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, Keputusan Pembetulan, Keberatan, Banding, atau Peninjauan Kembali yang menyatakan adanya pajak yang Universitas Sumatera Utara kurang dibayar. Kondisi ini memenuhi persyaratan PP 71 tahun 2010 dalam mengakui pendapatan yaitu timbulnya hak atas pendapatan walaupun belum ada aliran ekonomi atau belum ada pembayaran oleh wajib pajak. Transaksi ini akan mempengaruhi jenis pendapatan perpajakan LO saja. 2 Masuknya penerimaan perpajakan berupa kas di Rekening Kas Umum Negara. Transaksi ini akan mempengaruhi pendapatan perpajakan LO dan pendapatan LRA sekaligus atau pendapatan LRA saja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada penjelasan berikut: 1 Pencatatan pengakuan pendapatan dari penerbitan ketetapan pajak, tagihan pajak, dan keputusan pajak yang menyatakan adanya pajak kurang bayar Penerbitan ketetapan pajak berupa SKPKB, SKPKBT, STP, keputusan pembetulan, keberatan, banding dan peninjauan kembali yang menyatakan adanya pajak kurang dibayar akan digunakan sebagai sumber pengakuan adanya pendapatan perpajakan. Yang perlu diperhatikan dalam mengakui pendapatan pajak dari penerbitan SKPKB atau SKPKBT untuk ketetapan pajak di atas tahun pajak 2007, jumlah yang digunakan sebagai nilai pendapatan adalah senilai jumlah yang disetujui oleh wajib pajak. Hal ini berhubungan dengan aturan dalam Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan KUP No 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 16 tahun 2009 yang menyatakan wajib pajak yang ingin mengajukan keberatan atas ketetapan pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. Konsekuensi dari hal ini, KPP selaku otoritas pajak hanya Universitas Sumatera Utara akan mengakui piutang pajak sejumlah nilai yang disetujui oleh Wajib Pajak dalam pembahasan akhir pemeriksaan. Oleh karena itu, pendapatan pajak LO yang diakui pun akan sebesar nilai yang disetujui oleh Wajib Pajak. Jika dalam tempo 3 bulan batas waktu pengajuan keberatan sejak tanggal dikirim surat ketetapan wajib pajak tidak mengajukan keberatan, maka nilai piutang pajak serta nilai pendapatan pajak-LO atas ketetapan pajak tersebut akan dikoreksi menjadi nilai yang ditetapkan oleh KPP fiskus. Sebagaimana telah diketahui, KPP Pratama Medan Kota menerbitkan SKPKB sebesar Rp 9.426.764.855 dan STP sebesar Rp 2.057.150.663 sepanjang tahun 2011. Dari SKPKB tersebut, Rp 3.790.054.377 merupakan SKPKB PPh, Rp 5.582.112.693 merupakan SKPKB PPN, dan Rp 54.597.785 merupakan SKPKB PPnBM. Semua nilai tersebut disetujui oleh wajib pajak. Sedangkan untuk STP, sebesar Rp 857.182.994 merupakan STP untuk PPh, dan Rp 1.199.967.669 merupakan STP untuk PPN. Jurnal pengakuan pendapatan untuk transaksi ini adalah sebagai berikut: Keterangan Dr Cr Piutang Pajak-PPh 4,647,237,371 Piutang Pajak-PPN 6,782,080,362 Piutang Pajak -PPnBM 54,597,785 Pendapatan Pajak LO-PPh 4.647.237.371 Pendapatan Pajak LO -PPN 6,782,080,362 Pendapatan Pajak LO - PPnBM 54,597,785 Universitas Sumatera Utara 2 Pencatatan pengakuan pendapatan dari realisasi penerimaan perpajakan berupa masuknya kas di Rekening Kas Umum Negara. Berdasarkan PP 71 tahun 2010 Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Realisasi penerimaan pajak yang telah masuk ke rekening kas umum Negara telah memenuhi kriteria aliran masuk sumber daya ekonomi sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengakuan pendapatan perpajakan. Untuk keperluan pengakuan pendapatan secara akrual, informasi penerimaan pajak sebagaimana yang telah digambarkan pada contoh sebelumnya tidaklah cukup. Terkait hal ini, penulis berpendapat diperlukannya pengklasifikasian penerimaan menjadi : a Penerimaan pajak yang bersifat rutin yang bersumber dari pembayaran wajib pajak atas pajak terutang melalui proses self assessment atau pemotongan dan pemungutan oleh pihak ketiga. Tipe penerimaan ini akan mempengaruhi pendapatan LO dan pendapatan LRA sekaligus. b Penerimaan yang bersumber dari pembayaran wajib pajak atas piutang pajak yang berasal dari ketetapan pajak,tagihan pajak, atau keputusan yang dikeluarkan otoritas pajak. Penerimaan dengan jenis ini hanya akan mempengaruhi pendapatan LRA saja karena pendapatan LO telah diakui ketika ketetapan pajak, tagihan pajak atau keputusan yang menyatakan adanya pajak yang kurang dibayar diterbitkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh KPP Pratama Medan Kota berikut ini: Universitas Sumatera Utara Sebagaimana telah digambarkan sebelumnya, penerimaan perpajakan KPP Pratama Medan Kota sepanjang tahun 2011 dari Pajak Penghasilan adalah sebesar Rp 190.059.731.628, penerimaan PPN sebesar Rp 314.848.015.271, penerimaan PPnBM sebesar Rp 1.382.017.157, dan penerimaan dari Bunga Penagihan sebesar Rp 8.767.217. Dari realisasi penerimaan Pajak tersebut, sebesar Rp 3.226.183.328 merupakan peneriman dari pelunasan piutang pajak, yang terdiri atas Rp 2.659.638.586 berupa pelunasan piutang PPh, sebesar Rp 557.777.525 berupa pelunasan piutang PPN,dan sebesar Rp 8.767.217 berupa pelunasan dari STP Bunga Penagihan Pajak. Pencatatan untuk transaksi ini adalah: a Penerimaan pajak yang bersifat rutin Nilai dari penerimaan pajak yang bersifat rutin adalah selisih antara total penerimaan perpajakan dengan penerimaan dari pelunasan piutang pajak, yaitu untuk penerimaan PPh menjadi sebesar Rp 187.400.093.042, penerimaan PPN menjadi sebesar Rp 314.290.237.746, penerimaan PPnBM sebesar Rp 1.382.017.157, dan penerimaan Bunga Penagihan sebesar Rp 0. Untuk melakukan penjurnalan atas transaksi ini akan dilakukan dengan metode triple entry, karena dalam satu transaksi akan terdapat pengakuan pengakuan penerimaan pajak yang masuk ke kas Negara, pendapatan LO dan pengakuan LRA sekaligus. Jurnal pada transaksi ini adalah dengan mendebit Utang pada KUN untuk mengakui masuknya sejumlah kas ke rekening kas umum Negara dan mengkredit Pendapatan LO untuk mengakui pendapatan akrual atas masuknya aliran ekonomi. Ditambah lagi jurnal untuk keperluan realisasi Universitas Sumatera Utara anggaran yang dengan mengkredit Pendapatan LRA untuk mengakui masuknya pendapatan secara kas. Jurnalnya adalah: Keterangan Dr Cr Jurnal Pengakuan Pendapatan LO Utang pada KUN 503,072,347,945 Pendapatan Pajak LO-PPh 187,400,093,042 Pendapatan Pajak LO –PPN 314,290,237,746 Pendapatan Pajak LO - PPnBM 1.382.017.157 Jurnal Pengakuan Pendapatan LRA Pendapatan LRA-PPh 187,400,093,042 Pendapatan LRA-PPN 314,290,237,746 Pendapatan LRA-PPnBM 1.382.017.157 b Pelunasan piutang pajak Penjurnalan pada transaksi ini juga akan dilakukan dengan metode triple entry, karena dalam satu transaksi akan terdapat pengakuan pengakuan penerimaan pajak yang masuk ke kas Negara, pengurangan piutang pajak dan pengakuan LRA sekaligus. Jurnal pada transaksi ini adalah dengan mendebit Utang pada KUN untuk mengakui masuknya sejumlah kas ke rekening kas umum Negara dan mengkredit Piutang Pajak untuk mengakui pengurangan nilai piutang pajak atas pembayaran ketetapan . Ditambah lagi jurnal untuk keperluan realisasi anggaran yang dengan mengkredit Pendapatan LRA untuk mengakui masuknya Universitas Sumatera Utara pendapatan secara kas. Pendapatan LO tidak dijurnal lagi karena sudah diakui ketika ketetapan atau keputusan yang menyatakan adanya pajak kurang bayar diterbitkan. Jurnalnya adalah: Keterangan Dr Cr Jurnal Pelunasan Piutang Pajak Utang pada KUN 3,226,183,328 Piutang Pajak-PPh 2,659,638,586 Piutang Pajak –PPN 557,777,525 Piutang Pajak - Bunga Penagihan 8,767,217 Jurnal Pengakuan Pendapatan LRA Pendapatan LRA-PPh 2,659,638,586 Pendapatan LRA-PPN 557,777,525 Pendapatan LRA-Bunga Penagihan 8,767,217

4.2.5.3 Koreksi atas kesalahan penjurnalan atau penyajian pendapatan perpajakan

Dalam akuntansi pendapatan perpajakan berbasis akrual, kesalahan terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah kesalahan tidak berulang, yaitu kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi kembali, terdiri atas Kesalahan Universitas Sumatera Utara tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan dan Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya. Kesalahan tipe ini harus segera dikoreksi melalui jurnal koreksi. Dalam praktek di KPP Pratama Medan Kota, penulis tidak menemukan adanya kesalahan yang masuk tipe tidak berulang karena keterbatasan data yang diperoleh sehingga kesalahan ini tidak akan dibahas. Berikutnya yaitu kesalahan berulang dan sistemik, yaitu kesalahan yang disebabkan sifat alamiah normal dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara berulang. Kesalahan ini lumrah terjadi dalam akuntansi pendapatan perpajakan. Contoh kesalahan ini adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib pajak. Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang dimaksud tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan. Dalam praktek di KPP Pratama Medan Kota, telah terjadi kesalahan yang berulang dan sistemik. penulis telah mengumpulkan tiga jenis kesalahan berulang, yaitu: 1 Pengembalian Pendapatan PajakResititusi Pajak Pengembalian pendapatan pajak merupakan kesalahan yang bersifat berulang dan alamiah. Dalam akuntansi berbasis akrual penjurnalan untuk restitusi dilakukan dengan mendebet akun Pendapatan Pajak LO dan mengkredit akun pendapatan diterima dimuka untuk mengakui adanya utang kepada wajib pajak sejumlah nilai yang dicantumkan dalam SKPLB. Universitas Sumatera Utara Setelah penjurnalan SKPLB dilakukan, kelebihan pembayaran pajak tersebut diperhitungkan terlebih dahulu dengan Utang Pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Perhitungan kelebihan pembayaran pajak dengan Utang Pajak sebagaimana dimaksud ditindaklanjuti dengan kompensasi Utang Pajak. Nilai sisa dari kelebihan pembayaran pajak setelah dikompensasi dengan utang pajak akan dituangkan dalam SPMKP Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran Pajak. Untuk mengakui kompensasi utang pajak dalam SPMKP dan pembayaran kelebihan pembayaran pajak dilakukan dengan metode triple entry, yaitu dengan mendebet akun Pendapatan diterima dimuka sebesar nilai SKPLB, mengkredit nilai piutang pajak sejumlah nilai piutang pajak yang dikompensasi, dan mengkredit nilai utang pada KUN sejumlah nilai SPMKP. Selain itu, dibutuhkan satu lagi entry untuk mengakui pengembalian pendapatan pajak di LRA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kondisi di KPP Pratama Medan Kota sebagai berikut : Sepanjang tahun 2011 KPP Pratama Medan Kota menerbitkan SKPLB senilai Rp 23.017.277.768, yang terdiri dari SKPLB Pajak Penghasilan sebesar Rp 9.727.222.885 dan SKPLB PPN sebesar Rp 13.290.054.883. Setelah dilakukan kompensasi ke utang pajak. dari SKPLB tersebut, diterbitkan SPMKP sebesar Rp 22,766,880,578 dengan rincian SPMKP Pajak Penghasilan sebesar Rp 9.477.325.695 dan SPMKP PPN sebesar Rp 13.289.554.883. Jurnal yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota untuk mencatat SKPLB adalah: Universitas Sumatera Utara Keterangan Dr Cr Pendapatan Pajak-LO-PPh 9,727,222,885 Pendapatan Pajak-LO-PPN 13,290,054,883 Pendapatan Pajak diterima dimuka 23,017,277,768 Lalu untuk mencatat SPMKP yang diterbitkan: Keterangan Dr Cr Jurnal Pengurangan Piutang dan Utang pada KUN Pendapatan Pajak diterima dimuka 23,017,277,768 Piutang Pajak-PPh 249,897,190 Piutang Pajak –PPN 500,000 Utang pada KUN 22,766,880,578 Jurnal Pengurangan Pendapatan LRA Pengembalian Pendapatan Pajak-PPh 9.477.325.695 Pengembalian Pendapatan Pajak-PPN 13.289.554.883 2 Keputusan pembetulan, pengurangan, pembatalan, keberatan, banding, dan peninjauan kembali yang menyatakan ketetapan pajak menjadi lebih kecil. Berdasarkan UU KUP, Direktorat Jenderal Pajak dapat membetulkan,mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak. Wajib pajak juga dapat mengajukan Universitas Sumatera Utara keberatan,banding, atau peninjauan kembali atas ketetapan pajak yang menurut wajib pajak tidak benar. Jenis transaksi ini lumrah terjadi dalam praktek perpajakan, sehingga termasuk dalam kesalahan yang berulang dan bersifat sistematik. Setiap keputusan pembetulan, pengurangan, pembatalan, keberatan, banding, dan peninjauan kembali yang mengakibatkan jumlah ketetapan pajak semakin kecil harus dibukukan sebagai pengurang pendapatan LO, karena ketika ketetapan pajak tersebut diterbitkan, KPP telah mengakui adanya pendapatan. Sepanjang tahun 2011, terdapat keputusan pembetulan, pengurangan, pembatalan, keberatan, banding, dan peninjauan kembali yang mengakibatkan jumlah ketetapan pajak semakin kecil sebesar Rp1.063.192.113, yang terdiri dari pengurangan piutang PPh sebesar Rp 1.012.460.202 dan pengurangan piutang PPN sebesar Rp 50.731.911. Jurnal yang harus dilakukan untuk mencatat transaksi ini adalah: Keterangan Dr Cr Pendapatan Pajak-LO-PPh 1,012,460,202 Pendapatan Pajak-LO-PPN 50,731,911 Piutang Pajak-PPh 1,012,460,202 Piutang Pajak-PPN 50,731,911 3 Pemindahbukuan Pbk Ketika Wajib Pajak melakukan pembayaran, bukan hal yang mustahil Wajib Pajak melakukan kesalahan pengisian Surat Setoran Pajak SSP meskipun jumlah pajak yang disetorkan sudah benar. Kesalahan tersebut dapat berupa kesalahan Universitas Sumatera Utara penulisan kode pembayaran, penulisan kode ketetapan pajak, dan lain-lain. Kesalahan ini juga dapat menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain Untuk membetulkan kesalahan ini dilakukan melalui sarana Pemindahbukuan Pbk. Pemindahbukuan adalah pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda administrasi dan kenaikan melalui perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak atau bunga yang diterima atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain atas nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib Pajak lain. Kesalahan yang harus dilakukan pemindahbukuan ini lumrah terjadi dalam praktek perpajakan, sehingga termasuk dalam kesalahan yang berulang dan bersifat sistematik. Oleh karena itu Pbk yang mengakibatkan berkurangnya nilai piutang pajak harus dibukukan sebagai pengurang Pendapatan LO. Terkait pembayaran utang pajak, tipe kesalahan yang sering terjadi dan mengakibatkan munculnya pemindahbukuan adalah kesalahan pengisian kode SSP berupa kesalahan penulisan kode pembayaran pajak, kesalahan penulisan kode Kohir atau ketetapan pajak, atau kesalahan penulisan NPWP, contohnya Wajib Pajak seharusnya melakukan pembayaran pelunasan ketetapan pajak, namun dalam SSP Wajib Pajak menuliskan kode setoran pembayaran rutin. Hal ini menyebabkan utang pajak Wajib Pajak tidak berkurang karena pembayaran dibukukan sebagai pembayaran rutin. Karena itu dilakukanlah Pemindahbukuan untuk membetulkan kesalahan tadi. Kesalahan juga dapat berupa kesalahan penulisan kode ketetapan pajak sehingga utang pajak yang dikompensasikan melalui pembayaran bukan utang pajak yang seharusnya. Universitas Sumatera Utara Secara akuntansi, ketika wajib pajak menyetorkan pembayaran pajak yang bersifat rutin akan dibukukan dengan mendebit utang pada KUN, mengkredit pendapatan LO dan pendapatan LRA. Namun jika pembayaran tersebut merupakan pembayaran atas ketetapan pajak dan bukan pembayaran rutin dan sudah dilakukan pemindahbukuan, maka harus dilakukan koreksi terhadap pendapatan yang sudah dibukukan ke dalam pendapatan LO. Karena kesalahan ini bersifat berulang dan sistemik maka koreksi dilakukan dengan mendebit pendapatan LO dan mengkredit piutang pajak. Jika kesalahan penyetoran yang dipindahbukukan merupakan kesalahan penulisan kode kohir atau kesalahan penulisan NPWP dan telah dibukukan dengan mendebit utang pada KUN dan mengkredit piutang pajak, maka tidak lagi diperlukan jurnal koreksi karena secara akuntansi pencatatan yang dilakukan sudah benar. Sepanjang tahun 2011, KPP Pratama Medan Kota telah melakukan pemindahbukuan sejumlah Rp 3.987.983.545, dengan rincian Pbk untuk PPh sebesar Rp 2.374.287.759, Pbk untuk PPN sebesar Rp 1.559.098.001 dan Pbk untuk PPnBM sebesar Rp 54.597.785. Namun, karena keterbatasan informasi yang diperoleh, penulis tidak bisa memisahkan jumlah Pbk yang terjadi akibat kompensasi kelebihan pembayaran pajak, jumlah Pbk yang berupa koreksi dari pembayaran rutin menjadi pembayaran atas piutang pajak, dan jumlah Pbk yang berupa koreksi pembayaran atas piutang pajak karena kesalahan penulisan kode ketetapan. Seharusnya informasi ini dibutuhkan untuk memisahkan Pbk mana yang akan dijurnal sebagai koreksi atas pendapatan LO dan Pbk mana yang tidak Universitas Sumatera Utara perlu dilakukan penjurnalan. Oleh sebab itu, dalam kasus ini penulis mengasumsikan seluruh Pbk senilai Rp 3,987,983,545 adalah Pbk yang timbul dari koreksi pembayaran rutin menjadi pembayaran atas piutang pajak. Jurnal koreksi yang harus dilakukan KPP Pratama Medan Kota adalah: Keterangan Dr Cr Pendapatan Pajak-LO-PPh 2,374,287,759 Pendapatan Pajak-LO-PPN 1,559,098,001 Pendapatan Pajak-LO-PPnBM 54,597,785 Piutang Pajak-PPh 2,374,287,759 Piutang Pajak-PPN 1,559,098,001 Piutang Pajak-PPnBM 54,597,785

4.2.5.4 Jurnal Penutup Pendapatan Perpajakan

Untuk menutup seluruh perkiraan pendapatan perpajakan maka dilakukan jurnal penutup. Jurnal ini terdiri dari jurnal penutup pendapatan LO dengan SurplusDefisit LO dan estimasi pendapatan dengan realisasi pendapatan LRA. Untuk menutup akun pendapatan perpajakan LRA maka jumlah yang dicantumkan adalah jumlah pendapatan LRA bersihnetto, yaitu jumlah pendapatan bruto setelah dikurangi pengembalian pendapatan pajak. Dalam hal ini nilai pendapatan pajak LRA bersih untuk PPh adalah sebesar Rp 180.582.405.933, dan nilai pendapatan pajak LRA bersih untuk PPN adalah sebesar Rp 301.558.460.388. Universitas Sumatera Utara Adapun jurnal yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota untuk menutup pendapatan LO sesuai dengan akumulasi transaksi yang dijelaskan sebelumnya adalah sebagai berikut: Keterangan Dr Cr Pendapatan Pajak-PPh 178,933,359,567 Pendapatan Pajak-PPN 306,172,433,313 Pendapatan Pajak-PPnBM 1,382,017,157 SurplusDefisit LO 486,487,810,037 Sedangkan jurnal untuk menutup pendapatan LRA adalah sebagai berikut: Keterangan Dr Cr Pendapatan Pajak LRA-PPh 180.582.405.933 Pendapatan Pajak LRA-PPN 301.558.460.388 Pendapatan Pajak LRA-PPnBM 1.382.017.157 Pendapatan Pajak LRA-Bunga Penagihan 8.767.217 Estimasi Pendapatan Pajak-PPh 297.245.440.000 Estimasi Pendapatan Pajak-PPN 146.845.196.448 Estimasi Pendapatan Pajak- PPnBM 510.123.552 Estimasi Pendapatan Pajak- Bunga Penagihan 6.742.070.000 Utang kepada KUN 32,188,820,695 Universitas Sumatera Utara

4.2.6 Pelaporan Pendapatan Perpajakan Berbasis Kas Menuju Akrual di KPP Pratama Medan Kota

Berdasarkan PP 71 tahun 2010 Lampiran II tentang SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan bahwa Laporan Keuangan yang harus disajikan oleh Entitas Pelaporan adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Pelaporan yang diwajibkan kepada KPP Pratama Medan Kota adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Dalam hal ini,KPP Pratama Medan Kota telah melaksanakan pelaporan sesuai dengan aturan. Pelaporan realisasi pendapatan Negara dan hibah serta belanja KPP Pratama Medan Kota telah dituangkan dalam Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja untuk semester yang berakhir 31 Desember 2011. Pendapatan Negara dan hibah yang diperoleh KPP Pratama Medan Kota terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Pelaporan dalam format LRA telah disajikan pada tabel 4.1. Adapun pelaporan pendapatan beserta rinciannya yang telah dilaksanakan KPP Pratama Medan Kota pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut T T a a b b e e l l 4 4 . . 3 3 R R e e a a l l i i s s a a s s i i P P e e n n e e r r i i m m a a a a n n P P e e r r p p a a j j a a k k a a n n D D a a l l a a m m N N e e g g e e r r i i y y a a n n g g b b e e r r a a k k h h i i r r 3 3 1 1 D D e e s s e e m m b b e e r r 2 2 1 1 1 1 dalam rupiah Uraian Penerimaan Pajak Bruto Restitusi Pajak Penerimaan Pajak Neto PPh Migas - - PPh Nonmigas dan Fiskal LN 190.059.731.628 9.477.325.695 180,582,405,933 PPN dan PPn BM 316.230.032.428 13.289.554.883 302,940,477,545 PBB 37.064.163.345 23.309.141 37,040,854,204 BPHTB - - - Universitas Sumatera Utara Pajak Lainnya - - - Bunga Penagihan 8.767.217 8,767,217 Jumlah 543.362.694.618 22.790.189.719 520,572,504,899 Pelaporan mengenai jumlah pendapatan perpajakan beserta rincian mengenai jenis pendapatan perpajakan sebagaimana pada tabel diatas dituangkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Untuk pelaporan penyesuaian pendapatan perpajakan berbasis akrual yang telah diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan akan dianalisa pada sub bab berikutnya. 4.2.7. Perhitungan dan Pelaporan Proyeksi Nilai Pendapatan Pajak KPP Pratama Medan Kota dengan Basis Akrual berdasarkan PER- 62PB2009 Meskipun basis yang digunakan dalam pelaporan KPP adalah kas menuju akrual, PP 71 tahun 2010 membolehkan entitas untuk melaporkan pendapatan secara akrual. Namun pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas cukup dituangkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. KPP Pratama Medan Kota telah melaksanakan hal ini dengan menuangkan informasi penyesuaian atas pendapatan dari basis kas menuju akrual ke basis akrual dengan dasar PER-62PB2009 tentang tata cara penyajian informasi pendapatan dan belanja secara akrual pada laporan keuangan. Untuk melakukan penyesuaian atas penyajian pendapatan perpajakan menjadi basis akrual sesuai dengan PER-62PB2009 dibutuhkan informasi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara

4.2.7.1 Pendapatan Perpajakan yang Masih Harus Diterima Piutang Pajak

Pendapatan perpajakan yang masih harus diterima atau piutang pajak merupakan pendapatan pajak yang seharusnya sudah diterima oleh Pemerintah, namun belum dilunasi oleh wajib pajak. Untuk keperluan penyajian pendapatan perpajakan sesuai PER-62PB2009 terdapat dua jenis penyesuaian, yaitu penyesuaian tambah dan penyesuaian kurang. Terkait piutang pajak, yang transaksi yang termasuk penyesuaian tambah adalah: 3 PPh yang Masih Harus Diterima, berupa STP, SKPKBSKPKBT, STP Bunga Penagihan terkait piutang PPh yang diterbitkan di 2011, namun belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya tahun 2011. Nilai ketetapan pajak PPh yang diterbitkan di tahun 2011 dan belum dibayarkan hingga akhir 2011 adalah sebesar Rp 543,305,014. 4 PPN dan PPnBM yang Masih Harus Diterima, berupa STP, SKPKBSKPKBT, STP Bunga Penagihan terkait Piutang PPN dan PPnBM yang diterbitkan di tahun pajak 2011 namun belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya tahun 2011. Nilai ketetapan pajak PPN dan PPnBM yang diterbitkan di tahun 2011 dan belum dibayarkan hingga akhir 2011 adalah sebesar Rp 5,178,309,272. Sedangkan yang termasuk penyesuaian kurang adalah pembayaran yang dilakukan wajib pajak atas STP, SKPKBSKPKBT, STP Bunga Penagihan yang terbit sebelum tahun 2011. Nilai yang dimasukkan sebagai penyesuaian kurang merupakan kompilasi dari Masa Januari hingga Desember 2011. Adapun besaran Universitas Sumatera Utara pembayaran atas ketetapan yang terbit sebelum tahun 2011 di KPP Pratama Medan Kota untuk ketetapan PPh adalah sebesar Rp 1,457,814,397, ketetapan PPN sebesar Rp 299,273,530, dan ketetapan atas bunga penagihan sebesar 8,767,217.

4.2.7.2 Pendapatan Perpajakan Diterima di Muka

Pendapatan pajak diterima di muka adalah pajak yang telah disetor ke Rekening Kas Umum Negara dari Wajib Pajak dan setelah dilaksanakan pemeriksaan dan atau penelitian, pajak yang dibayar lebih besar dari pada pajak yang terutang. Transaksi ini disebut juga utang restitusi pajak. Dokumen sumber yang digunakan untuk mencatat pajak diterima di muka adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB yang sampai dengan akhir tahun yakni tanggal pelaporan belum dilakukan pengembalian restitusikompensasi oleh pemerintah kepada wajib pajak. Dalam penyajian informasi pendapatan secara akrual, realisasi pendapatan secara kas tahun berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara mengurangkan pendapatan diterima di muka pada tahun berjalan. Pada tahun 2011, di KPP Pratama Medan Kota tidak terdapat SKPLB yang sampai dengan akhir tahun 2011 belum dilakukan pengembalian restitusikompensasi kepada wajib pajak. Seluruh SKPLB yang diterbitkan tahun 2011 telah dibayarkan ke wajib pajak melalui SPMKP. Oleh karena itu, jenis penyesuaian akrual untuk transaksi ini tidak terdapat di KPP Pratama Medan Kota di tahun 2011. Berdasarkan informasi diatas, total penyesuaian akrual untuk pendapatan perpajakan KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Penyesuaian Pendapatan Perpajakan Akrual Berdasarkan PER-62PB2009 Sumber : Diolah Penulis Informasi ini diungkapkan KPP Pratama Medan Kota dalam Catatan Atas Laporan Keuangan tahun 2011. Jika melihat angka tersebut, terdapat perbedaan nilai pendapatan akrual menurut PER-62PB2009 dengan hasil analisa pendapatan akrual yang telah dijabarkan sebelumnya oleh penulis. Hal ini disebabkan PER-62PB2009 tidak memperhitungkan SKPLB yang diterbitkan, keputusan pembetulan, pengurangan, pembatalan, keberatan, banding, dan peninjauan kembali yang menyatakan ketetapan pajak menjadi lebih kecil, serta pemindahbukuan dimana ketiga macam transaksi tersebut secara otomatis akan mengurangi pendapatan akrual. Oleh karena itu penulis berpendapat PER- 62PB2009 masih belum sempurna karena peraturan tersebut diterbitkan sebelum keluarnya standar akuntansi akrual berdasarkan PP 71 tahun 2010 sehingga belum mengakomodir beberapa transaksi yang menurut penulis berdasarkan PP 71 tahun 2010 akan berpengaruh terhadap pendapatan akrual. No. Pendapatan LRA nilai netto Realisasi Menurut Basis Kas Penyesuaian Akrual Informasi Akrual Dok. Sumber Tambah Kurang 1. Pendapatan Pajak-PPh 180,582,405,933 543,305,014 1,457,814,397 179,667,896,550 STP, SKPKB 2. Pendapatan Pajak-PPN 301,558,460,388 5,178,309,272 299,273,530 306,437,496,130 STP, SKPKB 3. Pendapatan Pajak-PPnBM 1,382,017,157 1,382,017,157 4. Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan 8,767,217 8,767,217 STP, SKPKB Universitas Sumatera Utara

4.2.8 Analisis Pelaporan Pendapatan Perpajakan Berbasis Akrual

Sebagaimana telah dijabarkan dalam PP 71 tahun 2010, sarana pelaporan pendapatan akrual adalah Laporan Operasional. Laporan ini akan menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh KPP Pratama Medan Kota untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Pendapatan LO akan disajikan menurut sumber pendapatan dimana untuk KPP Pratama Medan Kota di tahun 2010 sumber pendapatan adalah dari pendapatan perpajakan dan pendapatan bukan pajak. Jurnal terhadap pendapatan perpajakan LO yang telah digambarkan sebelumnya, kecuali jurnal penutup, akan diposting ke dalam buku besar. Nilai total pendapatan perpajakan akan dimasukkan ke dalam akun pendapatan perpajakan dan dirinci sesuai dengan klasifikasinya. Setelah itu dilakukan jurnal penutup untuk menutup akun-akun nominal. Berikut ini laporan operasional KPP Pratama Medan Kota tahun 2011 sesuai dengan format yang disajikan oleh PP 71 tahun 2010: Tabel 4.5 KPP PRATAMA MEDAN KOTA LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 No Uraian 2011 2010 Kenaikan Penurunan KEGIATAN OPERASIONAL 1 PENDAPATAN Universitas Sumatera Utara 2 PENDAPATAN PERPAJAKAN 3 Pendapatan Pajak Penghasilan 178,933,359,567 xxx xxx xxx 4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah 307,554,450,470 xxx xxx xxx ………. ………. ………. ………. ………. Total nilai pendapatan LO KPP Pratama Medan Kota selama tahun 2011 yang bersumber dari pendapatan perpajakan dan pendapatan Negara bukan pajak akan ditandingkan dengan beban LO yang juga diakui dengan menggunakan basis akrual. Selisihnya akan dimasukkan ke dalam akun surplusdefisit. Nilai surplusdefisit akan diposting ke dalam laporan perubahan ekuitas. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN