3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode atau teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah:
1. Metode dokumentasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, peraturan, dokumen, dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data primer berupa dokumentasi laporan
keuangan KPP Pratama Medan Kota, rincian penerimaan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Barang Mewah KPP Pratama
Medan Kota, rincian Surat Ketetapan Pajak SKP dan Surat Tagihan Pajak STP yang terbit sepanjang tahun 2011.
2. Metode wawancara, yaitu metode pengumpulan data primer dalam metode
survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian Sangadji dan Sopiah, 2010 ; 171. Dalam penelitian ini penulis melakukan
wawancara kepada Bendaharawan dan pelaksana Sub Bagian Umum KPP Pratama Medan Kota selaku kompilator data dan pembuat Laporan Keuangan
KPP , Operator Console KPP selaku penyedia data penerimaan perpajakan, Pegawai Seksi Penagihan sebagai penyedia data penerbitan SKP dan STP
sepanjang tahun 2011.
3.6 Analisa Data
Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah “analisis deskripsi, yaitu analisis yang lebih banyak hendak menggambarkan fakta
sebagaimana adanya” Sangadji dan Sopiah, 2010 ; 210. Dengan metode ini, data dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisis sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
memberikan keterangan dan informasi untuk pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Kota 4.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak KPP Medan Kota dibentuk pada tahun 2002 dan merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Secara hirearkis
KPP Medan Kota berada di bawah pembinaan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan KMK No. 443KMK.012001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantr Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.
Setelah adanya reformasi dan modernisasi dalam tubuh Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Pelayanan Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama. Oleh karena itu, sejak tahun 6 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK No 67PMK.012008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132PMK.012006
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Saat ini, KPP Pratama Medan Kota beralamat di Gedung Keuangan Negara Unit I
Jl.Diponegoro No.30 A Medan..
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota
KPP Pratama Medan Kota memiliki tugas untuk melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan PPh,
Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan PBB serta Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun semenjak awal
2011, pengelolaan BPHTB sudah dialihkan ke Pemerintah Daerah. Selanjutnya pada awal tahun 2012 pengelolaan PBB untuk perkotaan dan pedesaan juga
dialihkan ke Pemerintah Daerah. Dalam menjalankan tugasnya, KPP Pratama menjalankan fungsi sebagai
berikut: 1.
Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan; 2.
Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan; 3.
Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;
4. Penyuluhan perpajakan;
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;
6. Pelaksanaan ekstensifikasi;
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;
Universitas Sumatera Utara
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;
11. Pelaksanaan intensifikasi;
12. Pembetulan ketetapan pajak;
13. Pelaksanaan administrasi kantor.
4.1.3. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota
Berdasarkan PMK No 62PMK.012009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Medan Kota terdiri atas
sepuluh bidang struktural dan satu bidang fungsional serta dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sebagaimana berikut:
1. Subbagian Umum; 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;
3. Seksi Pelayanan; 4. Seksi Penagihan;
5. Seksi Pemeriksaan; 6 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I; 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II;
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III; 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV;
11. Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota dapat dilihat pada
Lampiran II skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tugas dan fungsi masing-masing seksi pada KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:
1. Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan,tata usaha, dan rumah tangga. 2.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-
SPT dan e-Filing, serta penyiapan laporan kinerja. 3.
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi
Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. 4.
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif,
usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,
Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbinganhimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib
Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, serta
melakukan evaluasi hasil banding. 8.
Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Pejabat Fungsional dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama Medan Kota. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan
sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
4.1.4. Mandat dan Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Kota Pada tahun 2011 KPP Pratama Medan Kota diberikan mandat untuk
menghimpun penerimaan pajak sebesar Rp 478.850.033.925. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KPP Pratama Medan Kota memiliki wilayah kerja di empat
kecamatan, yaitu: 1.
Kecamatan Medan Kota;
Universitas Sumatera Utara
2. Kecamatan Medan Amplas;
3. Kecamatan Medan Denai;
4. Kecamatan Medan Area;
4.1.5 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan KPP Pratama Medan Kota Tahunan Tahun Anggaran 2011 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi SAI yang terdiri dari Sistem
Akuntansi Keuangan SAK dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN.
4.1.5.1 Sistem Akuntansi Keuangan SAK.
Sistem Akuntansi Keuangan SAK merupakan bagian dari Sistem Akuntansi Instansi SAI yang digunakan untuk menghasilkan Laporan
Keuangan. SAK dilaksanakan oleh Kementerian Negaralembaga. Berdasarkan PMK Nomor 171PMK.052007 sebagaimana diubah terakhir dengan PMK
NOMOR 233PMK.052011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan SAK kementerian
Negaralembaga membentuk dan menunjuk unit akuntansi di dalam organisasinya yang terdiri dari:
a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran UAKPA yang berada pada tingkat satuan kerja;
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah UAPPA-W yang berada pada tingkat wilayah;
Universitas Sumatera Utara
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 UAPPA-E1 yang berada pada tingkat Eselon 1; dan
d. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran UAPA yang berada pada tingkat kementerian negaralembaga.
Berdasarkan klasifikasi tersebut KPP Pratama Medan Kota berada dalam UAKPA pada tingkat satuan kerja. Dalam hal ini KPP Pratama Medan Kota
melakukan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan yang dihasilkan
merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh KPP Pratama Medan Kota.
Laporan keuangan yang dihasilkan KPP Pratama Medan Kota adalah terdiri dari :
1 Laporan Realisasi Anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja, yang masing-masing dibandingkan dengan anggarannya
dalam satu periode. 2
Neraca. Neraca menggambarkan posisi keuangan KPP PratamaMedan Kota atas
entitas akuntansi dan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana pertanggal tertentu.
3 Catatan atas Laporan Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci dan analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca.
4.1.5.2 Sistem Informasi dan Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN
Dalam PMK Nomor 171PMK.052007 sebagaimana diubah terakhir dengan PMK NOMOR 233PMK.052011 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dinyatakan bahwa Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN merupakan
subsistem dari Sistem Akuntansi Instansi SAI. SIMAK-BMN diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dan pelaporan manajerial Manajerial Report. SIMAK-BMN menghasilkan informasi sebagai dasar
penyusunan Neraca Kementerian NegaraLembaga dan informasi-informasi untuk perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Dokumenlaporan yang dihasilkan dari SIMAK-BMN terdiri dari: a. Daftar BMN;
b. Kartu Inventaris Barang KIB Tanah; c. Kartu Inventaris Barang KIB Bangunan Gedung;
d. Kartu Inventaris Barang KIB Alat Angkutan Bermotor; e. Kartu Inventaris Barang KIB Alat Persenjataan;
Universitas Sumatera Utara
f. Daftar Inventaris Lainnya DIL; g. Daftar Inventaris Ruangan DIR;
h. Laporan Barang Kuasa Pengguna LBKP; i. Laporan Kondisi Barang LKB.
4.1.6. Kebijakan Akuntansi Pendapatan Pajak
Berdasarkan PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Informasi
mengenai kebijakan akuntansi akan dituangkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
Menurut Catatan Atas Laporan Keuangan KPP Pratama Medan Kota, pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara KUN yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat.
Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya setelah dikompensasikan dengan pengeluaran. Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.
Sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan dalam skripsi ini, maka yang akan dibahas adalah pendapatan dari penerimaan pajak non PBB.
Dalam pembuatan Laporan Keuangan tahun anggaran 2011, KPP Pratama Medan Kota masih menggunakan basis Cash Toward Accrual CTA untuk akun
Universitas Sumatera Utara
pendapatan. Dalam rangka penyajian pendapatan pajak dalam Laporan Keuangan, KPP menempuh kebijakan sebagai berikut:
a.
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang mewah yang diterima pembayaran melalui Modul Penerimaan
Negara MPN dan Pemotongan Surat Perintah Membayar SPM, dibukukan berdasarkan daftar pembayaran pajak pada MPN dan ePayPoint
yang transaksinya dilaksanakan pada periode 1 Januari s.d. 31 Desember;
b.
Penerimaan Pajak dalam bentuk valuta asing dibukukan berdasarkan data penerimaan Pajak Penghasilan PPh Valas dari Direktorat Pengelolaan Kas
Negara Direktorat Jenderal Perbendaharaan setelah dilakukan verifikasi;
c.
Penerimaan PPh Migas dibukukan berdasarkan data penerimaan PPh Migas dari Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak Direktorat Jenderal
Anggaran yang telah dilakukan rekonsiliasi dengan Direktorat Pengelolaan Kas Negara Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
d.
Penerimaan Pajak Ditanggung Pemerintah dan Penerimaan Pajak-Pajak lainnya yang diterima melalui rekening Bendahara Umum Negara BUN
dibukukan berdasarkan Surat Setoran Pajak atau dokumen lain dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara Direktorat Jenderal Perbendaharaan
setelah dilakukan verifikasi;
e.
Pengembalian pendapatan dibukukan berdasarkan dokumen Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak SPMKP yang telah diterbitkan Surat Perintah
Pencairan Dana SP2D oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPN.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan proses bisnis atas transaksi pendapatan negara yang berlaku saat ini dan dalam rangka menjaga validitas data penerimaan pajak dalam Laporan
Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, rekonsiliasi data pendapatan perpajakan dilaksanakan secara nasional antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Rekonsiliasi dilakukan dengan membandingkan data transaksi penerimaan pajak dalam database MPN, ePayPoint atau database SAI
dengan data transaksi penerimaan pajak dalam Sistem Akuntansi Umum SAU.
4.1.7 Sistem Akuntansi Pendapatan Pajak
Untuk menghasilkan angka Pendapatan Pajak yang akurat dan valid yang bersumber dari Penerimaan Pajak maka dibutuhkan sebuah sistem. Sistem yang
digunakan Direktorat Jenderal Pajak dalam menghasilkan output angka Penerimaan Pajak adalah Sistem Akuntansi Keuangan SAK yang merupakan
sub sistem dari Sistem Akuntansi Instansi. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE-
66PJ2009 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pajak,
dokumen sumber yang digunakan dalam perekaman Data Realisasi Pendapatan Negara dari Penerimaan Perpajakan non PBB adalah:
1. Penerimaan Perpajakan, dokumen yang dipergunakan adalah daftar
nominatif penerimaan pajak pada Modul Penerimaan Negara MPN rekonsiliasi atau dokumen lain yang dianggap sah;
2. Penerimaan Perpajakan berupa PPh Migas, PPh Non Migas dalam bentuk
valas dan Pajak-pajak lainnya yang diterima melalui rekening Kas Umum
Universitas Sumatera Utara
Negara, dokumen yang digunakan adalah Surat Setoran Pajak, nota kredit Bank Indonesia atau dokumen lain yang dianggap sah; dan
Penetapan besaran nilai data penerimaan perpajakan adalah kewenangan Direktorat Potensi Kepatuhan dan Penerimaan PKP. Data penerimaan
perpajakan tersebut dilakukan perekaman di masing-masing satuan kerja dan disajikan dalam Laporan Keuangan.
Setelah masing-masing satuan kerja KPP mendapatkan data penerimaan pajak dari Direktorat PKP, untuk menjaga validitas dan akurasi data Laporan
Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, masing-masing unit satuan kerja wajib melakukan rekonsiliasi sebagai berikut:
1. Rekonsiliasi internal.
Rekonsiliasi internal dilakukan antara seksi di KPP dalam hal ini Seksi PDI Pengolahan Data dan Informasi selaku seksi yang mengkompilasi dan
melaporkan data penerimaan pajak di tingkat KPP dengan bidang dukungan teknis dan konsultasi di Kantor Wilayah DJP. Rekonsiliasi ini dilakukan tiap
semester. 2.
Rekonsiliasi eksternal. Rekonsiliasi eksternal yaitu mencocokan data realisasi anggaran berupa
pendapatan, restitusi dan pemberian imbalan bunga dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPNKantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan DJPB setempat selaku mitra kerja. Data restitusi atau pengembalian pembayaran pajak diperlukan sebagai akun pengurang
nilai penerimaan pajak sehingga diperoleh angka penerimaan pajak netto.
Universitas Sumatera Utara
Angka realisasi penerimaan pajak hasil rekonsiliasi antara KPP dengan Kantor Wilayah DJP dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat
akan dikirimkan ke sub bagian umum KPP selaku pembuat Laporan Keuangan dan dituangkan sebagai nilai Penerimaan Pajak dalam Laporan Keuangan KPP.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 4.1 Diagram Alur Pengakuan Pendapatan Perpajakan Melalui MPN
Sumber : Diolah penulis
4.1.8. Gambaran Umum Pendapatan Pajak KPP Pratama Medan Kota
Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, angka pendapatan dari penerimaan pajak akan dituangkan dalam Laporan Keuangan KPP. Nilai
pendapatan ini akan disajikan di Laporan Realisasi Anggaran KPP dan Catatan Atas Laporan Keuangan sebagai penjelasan, daftar rinci dan analisis dari
pendapatan. Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran KPP Pratama Medan Kota
Universitas Sumatera Utara
Tahun Anggaran 2011, pendapatan KPP Patama Medan Kota terdiri dari Penerimaan Pajak termasuk penerimaan dari PBB dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak. Realisasi Pendapatan Bruto KPP Patama Medan Kota yang berakhir 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp 543.370.109.038,00 dan apabila dengan
memperhitungkan pengembalian pendapatan sebesar Rp 22.790.189.719,00 maka realisasi Pendapatan Neto sebesar Rp 520.579.919.319,00. Untuk pendapatan
bruto dari penerimaan pajak adalah sebesar Rp 543.362.694.618. Apabila memperhitungkan restitusi pajak sebesar Rp22.790.189.179,00 realisasi
Pendapatan Neto menjadi sebesar Rp 520.579.919.319,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
T T
a a
b b
e e
l l
4 4
. .
1 1
R R
e e
a a
l l
i i
s s
a a
s s
i i
P P
e e
n n
d d
a a
p p
a a
t t
a a
n n
M M
e e
n n
u u
r r
u u
t t
J J
e e
n n
i i
s s
P P
e e
n n
d d
a a
p p
a a
t t
a a
n n
y y
a a
n n
g g
b b
e e
r r
a a
k k
h h
i i
r r
3 3
1 1
D D
e e
s s
e e
m m
b b
e e
r r
2 2
1 1
1 1
dalam rupiah
No Uraian
Pagu Realisasi Bruto
Pengembalian Realisasi Neto
1. Pendapatan Pajak
478.850.033.925 543.362.694.618
22.790.189.719 520.572.504.899
2. PNBP
8.222.000 7.414.420
7.414.420 3.
Jumlah 1+2 478.858.255.925
543.370.109.038 22.790.189.719
520.579.919.319
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Pengakuan Pendapatan Perpajakan Berbasis Kas Menuju Akrual di
KPP Pratama Medan Kota
Basis yang digunakan untuk mengakui pendapatan perpajakan di KPP Pratama Medan Kota di tahun 2011 adalah basis kas menuju akrual, yaitu basis
kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dalam Neraca.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan PP 71 tahun 2010 lampiran II dinyatakan pendapatan menurut basis kas diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
NegaraDaerah atau oleh entitas pelaporan. Dalam hal pengakuan pendapatan, KPP Pratama Medan Kota telah melaksanakan aturan sesuai dengan PP 71 tahun
2010. Praktek yang berlaku di KPP Pratama Medan Kota adalah pendapatan
perpajakan atau penerimaan perpajakan akan diakui sebagai pendapatan jika kas yang dibayarkan wajib pajak sudah masuk ke Rekening Kas Umum Negara.
Masuknya uang kas yang dibayarkan Wajib Pajak ke Rekening Kas Umum Negara KUN dibuktikan dengan telah diakuinya penerimaan dalam bentuk Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang mewah dalam Modul Penerimaan Negara MPN atau Pemotongan Surat Perintah
Membayar SPM, lalu dibukukan berdasarkan daftar pembayaran pajak pada MPN dan ePayPoint yang transaksinya dilaksanakan pada periode 1 Januari s.d.
31 Desember. Bukti bahwa pembayaran pajak sudah diakui sebagai penerimaan melalui MPN dan masuk ke Rekening Kas Umum Negara adalah adanya kode
notifikasi yang disebut dengan Nomor Transaksi Penerimaan NegaraNTPN. NTPN adalah nomor yang tertera pada bukti penerimaan negara yang diterbitkan
melalui MPN. Sedangkan untuk pembayaran melalui SPM terdapat kode notifikasi yang disebut Nomor Penerimaan Potongan NPP, yaitu nomor bukti
transaksi penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM yang diterbitkan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Analisis Pengakuan Pendapatan Perpajakan Berbasis Akrual
Masalah pengakuan pendapatan pemerintah terutama pendapatan perpajakan secara akrual merupakan masalah yang sangat penting untuk dibahas dan
diperjelas nantinya oleh lembaga pemerintah yang berwenang. Hingga saat skripsi ini ditulis, belum terdapat peraturan atau buletin teknis yang mengatur tentang
penjelasan rinci kriteria pengakuan pendapatan perpajakan serta teknis saat pengakuan pendapatan perpajakan. Oleh karena itu penulis akan membahas
masalah pengakuan pendapatan perpajakan menurut aturan dalam PP 71 tahun 2010, pedoman dan penjelasan dalam IPSAS No 23, serta praktek yang dilakukan
di negara Australia.
4.2.2.1 Pengakuan Pendapatan Perpajakan Dalam PP 71 Tahun 2010
Sebagaimana telah diungkapkan dalam PP 71 tahun 2010 salah satu ciri utama dari penerapan basis akrual adalah adanya Laporan Operasional LO yang
menjadi wadah pelaporan pendapatan akrual. Dalam LO, pendapatan akan diklasifikan menurut sumber pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan,
pendapatan bukan pajak, dan pendapatan hibah. Sesuai dengan judul skripsi ini, yang akan dibahas adalah pengakuan pendapatan perpajakan saja.
Berdasarkan PP 71 tahun 2010, Pendapatan-LO diakui pada saat: a.
Timbulnya hak atas pendapatan; b.
Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi; Hal ini berarti berdasarkan basis akrual untuk LO pendapatan diakui pada saat hak
untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas aliran masuk
Universitas Sumatera Utara
sumber daya ekonomi belum diterima di Rekening Kas Umum NegaraDaerah atau oleh entitas pelaporan.
Dalam PP 71 tahun 2010 tidak terdapat penjelasan lebih lanjut mengenai saat timbulnya hak pemerintah terkait pendapatan perpajakan. Saat timbulnya hak
pemerintah terhadap perpajakan harus diperjelas mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut self assessment, dimana wajib pajak diberikan amanah untuk
menghitung sendiri kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat menjadi kendala jika dikaitkan dengan konsep kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan
terjadi, yaitu dalam pengakuan pendapatan harus terdapat kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos pendapatan akan
mengalir ke entitas pelaporan. Derajat kepastian yang melekat pada arus manfaat ekonomi di masa datang harus dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh
pada saat penyusunan laporan keuangan. Untuk lebih jelasnya, penulis merujuk pada penjelasan Bambang Widjajarso dalam tulisan Penerapan Basis Akrual Pada
Akuntansi Pemerintah Indonesia : Sebuah Kajian Pendahuluan, sebagaimana berikut:
Jika basis akrual diterapkan, pendapatan diakui pada saat timbul hak dari pemerintah. Masalahnya adalah dalam hak pajak yang menganut self
assessment dimana wajib pajak menghitung sendiri kewajiban pajaknya, hak tersebut menjadi belum final – karena masih dimungkinkan adanya restitusi
-meskipun sudah ada SPT, sehingga dokumen yang dijadikan dasar penentuan hak tagih pajak menjadi masalah.
Penulis Bambang Widjajarso merasa perlu menambah bahasan pengakuan pendapatan dan belanjabeban untuk memperluas wawasan dari
bahasan sebelumnya. Memang benar, pendapatan harus diakui jika telah muncul hak sehingga pencatatan pendapatan dilakukan setiap kali ada
transaksi munculnya hak tersebut. Logikanya, standar akuntansi pemerintah nantinya harus menciptakan kriteria yang jelas atas pengakuan pendapatan
tersebut. Misalnya, seperti yang diterapkan oleh State and Local Governments di Amerika, pendapatan diakui jika terpenuhinya kriteria
Universitas Sumatera Utara
measurable dan available. Dengan demikian, pendapatan pajak yang harus diakui adalah jika dapat diukur dan tersedia untuk operasi entitas pelaporan.
Contoh jenis pajak yang memenuhi kriteria seperti itu adalah pajak property, misalnya Pajak Bumi Bangunan, Pajak Kendaraan Bermotor dan
sebagainya. Dalam kondisi itu, pajak property harus langsung diakui dan dicatat sebagai pendapatan. Bagaimana dengan pajak yang lain?
Untuk jenis pajak yang lain, misalnya Pajak Penghasilan, menurut penulis Bambang Widjajarso, kriteria dapat diukur dan tersedia tetap harus
diberlakukan. Jika kedua kriteria tersebut tidak secara bersamaan dapat terpenuhi, pendapatan pajak jenis itu tidak dapat diakui sebagai pendapatan.
Alternatifnya, karena pendapatan pajak mempunyai karakteristik non exchange revenues, peraturan perpajakan harus ditafsirkan oleh badan
penyusun standar akuntansi pemerintahan kapan memenuhi kriteria measurable dan kapan memenuhi available. Suatu angsuran pajak,
misalnya, yang belum secara definitif dapat dikatakan sebagai hak negara, tidak dapat diakui sebagai pendapatan pajak, kecuali pada jenis usaha
tertentu, misalnya pada perbankan yang diwajibkan menyusun laporan keuangan triwulanan dan sekaligus menyampaikan kewajiban pajaknya
melalui SPT Masa, dapat diakui sebagai pendapatan pajak oleh pemerintah. Jika SPT mempunyai dasar keterukuran pendapatan pajak dan jika batas
restitusi bisa ditentukan, pajak penghasilan baru dapat diakui sebagai pendapatan.
Untuk jenis pajak yang lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai, menurut penulis Bambang Widjajarso, kriteria diatas juga tetap berlaku.
Artinya, penyampaian SPT Masa dalam pajak jenis itu dapat dijadikan dasar pengakuan pendapatan PPN, karena pada saat SPT Masa telah disampaikan,
kedua kriteria pendapatan telah terpenuhi, sehingga pendapatan yang berasal dari PPN dapat diakui. Untuk pajak lainnya, seyogyanya diberlakukan
analogi bahasan pemenuhan kriteria seperti pada Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.
Dari pendapat Bambang Widjajarso dapat disimpulkan bahwa pendapatan perpajakan dapat diakui secara akrual bila telah memenuhi kriteria measurable
dan available. Pemerintah akan mengakui adanya pendapatan perpajakan yang timbul dari hak atas pendapatan tersebut, walaupun aliran masuk sumber daya
ekonomi belum terjadi. Selain itu harus terdapat dasar atau bukti untuk meyakinkan adanya kepastian tinggi manfaat ekonomi di masa depan akan
terealisasi dan mengalir ke entitas pelaporan. Salah satu dokumen yang
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa pendapatan memenuhi kriteria tersebut adalah SPT yang disampaikan wajib pajak.
4.2.2.2. Pengakuan Pendapatan Perpajakan Dalam IPSAS No.23
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II, IPSAS No.23 adalah standar akuntansi sektor publik internasional yang mengatur pendapatan non pertukaran
yang terdiri dari pajak dan transfer. Dalam IPSAS No 23 paragraf 59-60 dinyatakan
59 An entity shall recognize an asset in respect of taxes when the taxable
event occurs and the asset recognition criteria are met. 60
Resources arising from taxes satisfy the definition of an asset when the entitycontrols the resources as a result of a past event the taxable event and
expects to receive future economic benefits or service potential from those resources. Resources arising from taxes satisfy the criteria for recognition as
an asset when it is probable that the inflow of resources will occur and their fair value can be reliably measured. The degree of probability attached to the
inflow of resources is determined on the basis of evidence available at the time of initial recognition, which includes, but is not limited to, disclosure of the
taxable event by the taxpayer.
Dalam IPSAS, transaksi kena pajak taxable event merupakan titik pengakuan dari pendapatan perpajakan. Saat terjadinya transaksi kena pajak akan
berbeda-beda di tiap negara tergantung regulasi masing-masing. Jika tidak diatur secara spesifik oleh regulasi maka transaksi kena pajak dan saat pengakuan
pendapatan perpajakan berdasarkan IPSAS No 23 adalah: 1.
Pajak Penghasilan PPh Transaksi kena pajak untuk PPh adalah dihasilkannya penghasilan kena
pajak oleh wajib pajak sepanjang periode perpajakan. Pemerintah akan mengakui pendapatan perpajakan ketika transaksi ini terjadi. Pendapatan dari
Universitas Sumatera Utara
Pajak Penghasilan harus diakui di saat periode pelaporan dimana transaksi kena pajak untuk PPh terjadi.
2. Pajak Pertambahan Nilai PPN
Transaksi kena pajak untuk PPN adalah adanya aktivitas kena pajak yang dilakukan wajib pajak, yaitu penjualan barang dan jasa yang memiliki
pertambahan nilai, sepanjang periode perpajakan. Perlu diketahui dalam beberapa yurisdiksi definisi PPN disebut juga dengan Pajak Barang dan Jasa.
Transaksi kena pajak untuk Pajak Barang dan Jasa adalah pembelian dan penjualan barang kena pajak dan jasa kena pajak sepanjang periode perpajakan.
Pemerintah mengakui pendapatan perpajakan dari PPN ketika terjadi transaksi pembelian atau penjualan barang dan jasa kena pajak. Namun, dalam hal
pendapatan perpajakan dari PPN tidak dapat diukur secara andal, maka pengakuan pendapatan dapat ditangguhkan hingga pendapatan tersebut dapat
diukur dengan andal. Jika standar yang diberlakukan dalam IPSAS diterapkan di Indonesia,
maka saat pengakuan pendapatan perpajakan akan berbeda tergantung jenis pajaknya. Bila digabungkan dengan regulasi perpajakan di Indonesia, saat
pengakuan pendapatan perpajakan dapat berupa saat terutangnya pajak, saat pembayaran pajak, atau saat pelaporan pajak tergantung kapan kriteria
measurable dan available dipenuhi oleh jenis pajak tersebut. Untuk lebih jelasnya bagaimana kondisi ideal pengakuan pendapatan perpajakan sesuai dengan IPSAS
maka dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Pengakuan Pendapatan Perpajakan Indonesia Dengan Mengadopsi IPSAS
No Jenis Pajak
Saat Terutang Saat Pembayaran
Jatuh Tempo Saat Pelaporan
Saat Pengakuan Pendapatan
Terpenuhinya Kriteria Measurable dan
Available
1 PPh 21
Akhir bulan terjadinya pembayaran atau akhir
bulan terutangnya penghasilan tergantung
mana yang lebih dulu Tanggal 10 bulan
berikutnya Tanggal 20
bulan berikutnya
Pada Saat terutang
2 PPh 22
Saat pembayaran atau saat tertentu lainnya
yang ditetapkan Menteri Keuangan
Ketika dilakukan pembayaran oleh
bendahara untuk pembelian dengan
APBND; ketika pelunasan bea
masuk atau 1 hari setelah dilakukan
pemungutan oleh Bea Cukai untuk
impor; tanggal 10 bulan berikutnya
untuk pemungut yang ditetapkan
Menkeu Tanggal 14
bulan berikutnya
untuk bendaharawan;
hari kerja terakhir minggu
berikutnya untuk Bea
Cukai; tanggal 20 bulan
berikutnya Pemungut
tertentu
Pada Saat Terutang
3 PPh 23
Pada akhir bulan dibayarkannya
penghasilan, disediakan untuk dibayarkannya
penghasilan, atau jatuh temponya pembayaran
penghasilan yang bersangkutan
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
dahulu
Tanggal 10 bulan berikutnya
Tanggal 20 bulan
berikutnya Pada Saat Terutang
4 PPh 26
Pada akhir bulan dibayarkannya
penghasilan, disediakan untuk dibayarkannya
penghasilan, atau jatuh temponya pembayaran
penghasilan yang bersangkutan
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
dahulu
Tanggal 10 bulan berikutnya
Tanggal 20 bulan
berikutnya Pada Saat Terutang
5 PPh 25 Angsuran
Pajak Tidak ada bersifat self
assessment Tanggal 15 bulan
berikutnya Tanggal 20
bulan berikutnya
Belum memenuhi kriteria pengakuan pendapatan.
Akan dibukukan sebagai Uang Muka dari Pajak
Penghasilan dikelompokkan sebagai
Universitas Sumatera Utara
No Jenis Pajak
Saat Terutang Saat Pembayaran
Jatuh Tempo Saat Pelaporan
Saat Pengakuan Pendapatan
Terpenuhinya Kriteria Measurable dan
Available
utang lancar. Hal ini sesuai dengan IPSAS
No.23 bagian Implementation Guide No.
IG 16-17
6 PPh 29
Kekurangan Pembayaran Pajak
Terutang untuk Suatu Tahun
Pajak Tidak ada bersifat self
assessment Sebelum SPT
Tahunan disampaikan
Akhir bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun atau
bagian tahun Pajak untuk
Orang Pribadi; akhir bulan
keempat setelah berakhirnya
tahun atau bagian tahun
Pajak untuk Badan
Pada saat pelaporan atau saat dipenuhinya kriteria
measurable dan available melalui pengembangan
model statistik, mana yang lebih dulu.
7 PPh 4 ayat 2 Final
Saat terjadinya pembayaran objek
pajak PPh 4 ayat 2 atau saat menerima
penghasilan yang termasuk objek PPh
pasal 4 ayat 2 Tanggal 10 bulan
berikutnya Tanggal 20
bulan berikutnya
Pada Saat Terutang
8 PPN
Pada saat penyerahan BKP; impor BKP;
penyerahan JKP; pemanfaatan BKP
Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean;
Ekspor BKP; Ekspor BKP tidak Berwujud;
Ekspor JKP Akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak dan sebelum SPT Masa PPN
disampaikan; Tgl. 7 bulan berikutnya
untuk bendaharawan;
Tgl. 15 bulan berikutnya untuk
pemungut tertentu Akhir bulan
berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak;
Tgl. 14 bulan berikutnya
untuk bendaharawan;
Tgl. 20 bulan berikutnya
untuk pemungut
tertentu
Pada Saat Terutang bila pendapatan PPN dapat
diukur secara andal, bila tidak maka Pada Saat
Pembayaran
9 PPnBM
Saat penyerahan penyerahan Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah atau
impor Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah Akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak dan sebelum SPT Masa PPN
disampaikan; Tgl. 7 bulan berikutnya
untuk bendaharawan;
Tgl. 15 bulan Akhir bulan
berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak;
Tgl. 14 bulan berikutnya
untuk bendaharawan;
Tgl. 20 bulan Pada Saat Terutang bila
pendapatan PPnBM dapat diukur secara andal, bila
tidak maka Pada Saat Pembayaran
Universitas Sumatera Utara
No Jenis Pajak
Saat Terutang Saat Pembayaran
Jatuh Tempo Saat Pelaporan
Saat Pengakuan Pendapatan
Terpenuhinya Kriteria Measurable dan
Available
berikutnya untuk pemungut tertentu
berikutnya untuk
pemungut tertentu
Sumber : Diolah Penulis dari http:danang651.wordpress.com
Terkait dengan pengakuan Pendapatan PPh 25 dan PPh 29, akan terdapat kesulitan tersendiri mengenai titik pengakuan pendapatan perpajakan. Hal ini
disebabkan pengaplikasian cara pemungutan stelsel campuran pada sistem perpajakan Indonesia. Penghitungan PPh 25 didasarkan dengan asumsi
penghasilan tahun berjalan sama dengan penghasilan riil pada tahun sebelumnya dimana besarnya PPh 25 diperoleh dari penghitungan Pajak Penghasilan terutang
di tahun sebelumnya dikurangi kredit pajak, lalu dibagi dua belas aplikasi stelsel fiktif. Sementara PPh 29 dihitung berdasarkan besarnya penghasilan
sesungguhnya di tahun berjalan. Besarnya nilai PPh 29 diperoleh dari selisih pajak yang harus dibayar untuk tahun pajak berjalan dikurangi kredit dan angsuran
pajak PPh 25 yang telah dibayarkan di tahun berjalan aplikasi stelsel nyata. Hal ini akan menimbulkan kendala dalam pengakuan pendapatan perpajakan
dari PPh 25 dan PPh 29. Periode tahun pajak dan tahun pelaporan keuangan pemerintah dimulai sejak 1 Januari hingga 31 Desember. Sementara wajib pajak
diberikan waktu hingga tiga bulan setelah berakhirnya tahun pajak umumnya pada 31 Maret tahun berikutnya bagi WP orang pribadi dan empat bulan setelah
berakhirnya tahun pajak umumnya pada 30 April tahun berikutnya bagi WP Badan untuk membayar dan melaporkan SPT Tahunannya. Di lain pihak,
Universitas Sumatera Utara
pemerintah harus memberikan laporan keuangan pemerintah pusat ke Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir
31 Maret. Hal ini menyebabkan adanya gap waktu antara pengakuan pendapatan pajak dengan batas waktu pelaporan keuangan pemerintah.
Berdasarkan standar IPSAS, penerimaan pajak dari PPh 25 tidak dapat diakui sebagai pendapatan perpajakan karena dasar pengukuran PPh 25 adalah
penghasilan tahun yang lalu, bukan tahun berjalan stelsel fiktif. Jika mengikuti standar yang ditetapkan IPSAS, pendapatan dari Pajak Penghasilan harus diakui
di saat periode pelaporan dimana transaksi kena pajak untuk PPh terjadi. Oleh karena itu, besaran yang dapat diakui sebagai pendapatan perpajakan untuk PPh
Orang Pribadi dan Badan di tahun berjalan adalah nilai sesungguhnya dari PPh 29 ditambah dengan total angsuran PPh 25 selama setahun. Namun, besaran total
PPh 29 dengan PPh 25 tidak akan diketahui sebelum batas akhir pelaporan SPT Tahunan. Sementara laporan keuangan pemerintah harus sudah diberikan ke BPK
sebelum batas akhir pelaporan SPT Tahunan. Oleh sebab itu, dalam Implementation Guidance IPSAS No 23 paragraf
IG3-IG5 menyatakan jika sistem administrasi pajak tidak mampu untuk mengukur pendapatan pajak penghasilan secara langsung kecuali setelah laporan keuangan
diterbitkan seperti kasus Indonesia, maka pemerintah mengembangkan sebuah model statistik untuk mengukur pendapatan pajak penghasilan akrual secara tidak
langsung. Pemerintah menggunakan historis pembayaran pajak penghasilan, mengembangkan model statistik perpajakan, lalu dibandingkan dengan fenomena
yang dapat diamati untuk mengembangkan model yang andal. Fenomena yang
Universitas Sumatera Utara
dapat diamati dapat termasuk statistik ekonomi seperti Pendapatan Domestik Bruto, fenomena finansial seperti angsuran pajak penghasilan, dan statistik
perbankan yang telah dikumpulkan Bank Sentral. Pemerintah juga dapat memperoleh asistensi para ekonometrisian dalam mengembangkan model tersebut
serta auditor eksternal untuk menguji validitas model sesuai dengan standar audit internasional dan nasional.
Model yang telah dikembangkan akan memungkinkan entitas untuk mengukur secara andal aset dan pendapatan yang timbul dari pendapatan
perpajakan secara akrual selama periode pelaporan, yang mana hasilnya akan diakui dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan
akan mengungkapkan kebijakan akuntansi, termasuk dasar pengukuran pendapatan dari pajak penghasilan. Dalam kondisi ini dimungkinkan estimasi dari
pendapatan pajak pada periode pelaporan yang satu direvisi pada periode selanjutnya. Koreksi ini telah diakomodir dalam IPSAS No. 3 tentang Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi dan Eror.
4.2.2.3 Pengakuan Pendapatan Perpajakan Di Negara Australia
Metode penerapan basis akrual pada pengakuan pendapatan perpajakan juga dapat dilihat pada negara yang telah lebih dulu menerapkan akuntansi akrual pada
lingkungan akuntansi pemerintahan. Dalam hal ini, penulis akan memaparkan pengakuan pendapatan perpajakan seperti yang telah diterapkan pemerintah
Australia sebagaimana dinyatakan dalam laporan keuangan otoritas pajak pemerintah Australia, Australian Taxation Office ATO.
Universitas Sumatera Utara
Dalam laporan keuangannya, ATO mengakui pendapatan pajak jika kondisi berikut ini terpenuhi:
1 Pembayar pajak atau grup pembayar pajak dapat didentifikasi secara andal
reliable 2
Jumlah pajak terutang atau denda yang terutang oleh pembayar pajak atau grup pembayar pajak didasarkan peraturan yang sah.
3 Jumlah pajak atau denda yang terutang oleh pembayar pajak atau grup
pembayar pajak dapat diukur secara andal reliably measured dan memiliki kemungkinan besar untuk ditagih.
Dalam hal pengakuan pendapatan pajak sejumlah kriteria juga dipertimbangkan seperti upaya-upaya hukum yang relevan, pelaksanaan kebijakan
atau keputusan dan pembayaran kembali refunds dan atau perubahan nilai kredit pajak yang menjadi hak wajib pajak. Revisi atas estimasi dan variasi dalam hasil
aktual digambarkan pada pendapatan tahun berjalan. ATO mengakui pendapatan perpajakan ketika, dan hanya ketika,
kemungkinan besar manfaat ekonomis di masa depan akan terjadi dan dapat diukur secara andal. Estimasi dari pendapatan akan menjadi sulit dilakukan karena
adanya efek kondisi ekonomi pada penghasilan kena pajak. Oleh karena itu ATO menggunakan dua metode dalam pengakuan pendapatan pajak sebagaimana
diungkapkan dalam Australian Taxation Office Financial Statement 2009-10 : 1
Economic transaction method ETM Under this basis, taxation revenue is recognised when the Government,
through the application of legislation to taxation and other relevant activities, gains control over the future economic benefits that arise from
taxes and other statutory charges. This methodology relies on the estimation of the probable future flows of taxes from transactions that have occurred in
Universitas Sumatera Utara
the economy, but have not been reported, and are likely to be reported, to the ATO through an assessment or other disclosure. However, while the
ETM basis is conceptually a more accurate representation of taxation revenue, estimation can be difficult due to impacts of economic conditions
on final taxable income for certain classes of taxpayers, in particular income tax for individuals, companies and superannuation funds.
2 Taxation Liability Method TLM
Under this basis, taxation revenue is recognised at the earlier of when an assessment of a tax liability is made or payment is received by the ATO.
Further, revenue is recognised when there is sufficient information to raise an assessment but an event has occurred which delays the issue of the
assessment. This method is permitted under AASB 1004 paragraph 30 in circumstances when there is an ‘inability to reliably measure taxes when the
underlying transactions or events occur’. This recognition policy means that taxation revenue is generally measured at a later time than would be the
case if it were measured under the ETM method.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan untuk metode ETM, pendapatan pajak diakui ketika pemerintah memperoleh pengendalian atas manfaat ekonomi
di masa depan yang timbul dari pajak atau denda lainnya. Metode ini berdasarkan estimasi kemungkinan aliran pajak di masa depan dari transaksi yang telah terjadi
dalam perekonomian namun belum dilaporkan, dan kemungkinan besar akan dilaporkan ke ATO melalui surat pemberitahuan atau pengungkapan lainnya.
Basis ini diterapkan ATO pada Fringe Benefit Tax, Good and Service Tax Pajak Barang dan Jasa – semacam PPN untuk Indonesia, Excise Duty, Petroleum
Resource Rent Tax, Luxury Car Tax, dan Wine Equalisation Tax. Sedangkan pada metode TLM, pendapatan pajak diakui mana yang lebih
dulu antara pemberitahuan pajak terutang atau pembayaran pajak diterima oleh ATO. Lebih jauh, pendapatan diakui ketika terdapat informasi yang cukup untuk
melakukan penaksiran namun terdapat kejadian yang menunda pemberitahuan pajak terutang. Basis ini digunakan untuk Pajak Penghasilan Individu dan
Universitas Sumatera Utara
Badan, Pajak Penghasilan Superannuation Fund, Superannuation Surcharge, dan Superannuation Guarantee Charge.
4.2.2.4 Wacana Pengakuan Pendapatan Perpajakan Secara Akrual Menurut Penulis
Terkait wacana pengakuan pendapatan perpajakan secara akrual di Indonesia, dengan melihat kondisi sistem administrasi perpajakan Indonesia,
sistem teknologi informasi yang tersedia, serta kemampuan SDM di lingkungan akuntansi pemerintahan saat skripsi ini ditulis, penulis berpendapat standar yang
diterapkan IPSAS dan standar Negara Australia metode ETM belum bisa diterapkan sepenuhnya di Indonesia, terutama masalah pembuatan model statistik
dalam rangka mengestimasi pendapatan perpajakan dari PPh meskipun belum dilakukan pelaporan. Karena untuk menerapkan stadar tersebut dibutuhkan sistem
informasi yang andal dan terintegrasi antara instansi pemerintah dan wajib pajak, SDM yang mumpuni, serta model statistik yang akurat dan teruji.
Penulis berpendapat metode yang tepat dan best practice untuk Indonesia untuk saat ini saat skripsi ini ditulis adalah adopsi metode TLM setelah
disesuaikan, yaitu pengakuan pendapatan perpajakan diakui ketika munculnya hak pemerintah atas pendapatan perpajakan yang ditandai dengan penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Tagihan Pajak STP, Keputusan Keberatan,
Banding, atau Peninjauan Kembali yang menyatakan adanya pajak yang kurang dibayar selama periode pelaporan keuangan atau ketika masuknya penerimaan
kas di Rekening Kas Umum Negara selama periode pelaporan keuangan. Saat
Universitas Sumatera Utara
penyampaian SPT Masa atau SPT Tahunan tidak penulis masukkan sebagai dasar pengakuan pendapatan akrual karena dalam regulasi perpajakan di Indonesia
pembayaran pajak akan dilakukan sebelum adanya penyampaian SPT Masa atau SPT Tahunan.
Metode yang diwacanakan penulis dimungkinkan berdasarkan Study No 14 IPSASB tentang Transition to the Accrual Basis of Accounting: Guidance for
Public Sector Entities. Dalam studi tersebut chapter 16 paragraf 16.34 dinyatakan jika pendapatan perpajakan tidak dapat diukur dengan andal pada saat terjadinya
transaksi kena pajak, maka untuk pendapatan perpajakan dari PPh dapat diakui pada titik alternatif berikut:
1 Pada saat akhir tahun penghasilan;
2 Saat dilakukan pengisian Surat PemberitahuanFormulir Perpajakan;
3 Ketika Pajak dihitung;
4 Ketika utang pajak diakui oleh Wajib Pajak; atau
5 Ketika pembayaran diterima
Selanjutnya dalam paragraf 16.36 dinyatakan dalam beberapa regulasi, pendapatan perpajakan akan diakui ketika pembayaran pajak jatuh tempo dan
dapat dibayar tergantung pada peraturan atau saat hasil pemeriksaanpenelitian diterbitkan oleh otoritas pajak. Pendekatan ini memberikan kepastian yang lebih
dalam hal pencatatan pendapatan dan kemungkinan kecil untuk terjadi kesalahan pencatatan yang material.
Oleh karena itu penulis berpendapat adopsi metode TLM setelah disesuaikan dimana pendapatan perpajakan diakui ketika terbitnya ketetapan pajak
Universitas Sumatera Utara
oleh Fiskus Direktorat Jenderal Pajak atau saat masuknya kas di Rekening Kas Umum Negara, paling tepat dan merupakan best practice untuk diterapkan di
Indonesia saat ini. Dengan metode ini persyaratan pengakuan pendapatan akrual berdasarkan PP 71 tahun 2010 dapat terpenuhi serta tidak menyalahi standar
akuntansi sektor publik internasional. Selain itu, pendapatan perpajakan juga dapat diukur secara andal karena telah adanya pemberitahuan pajak terutang
melalui Surat ketetapan pajak atau tagihan pajak yang diterbitkan otorisasi pajak itu sendiri, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak. Kemungkinan manfaat
ekonomi di masa datang juga terpenuhi karena jika Wajib Pajak tidak melakukan pembayaran terhadap Surat Ketetapan Pajak atau Tagihan Pajak yang diterbitkan,
akan dilakukan proses penagihan pajak secara paksa. Berdasarkan hal tersebut, metode ini akan digunakan penulis dalam melakukan analisa pencatatan terhadap
pendapatan perpajakan berbasis akrual di KPP Pratama Medan Kota.
4.2.3 Pengukuran Pendapatan Perpajakan KPP Pratama Medan Kota Berdasarkan Basis Kas Menuju Akrual dan Basis Akrual
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi. KPP Pratama Medan Kota dalam hal ini telah melaksanakan pengukuran pendapatan
perpajakan sesuai dengan standar yang ditetapkan PP 71 tahun 2010, yaitu didasarkan pada nilai mata uang Rupiah atau mata uang lain yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan. Berdasarkan PP 71 tahun 2010 tidak terdapat perbedaan
Universitas Sumatera Utara
dalam pengukuran pendapatan perpajakan antara basis kas menuju akrual dengan basis akrual.
4.2.4 Pencatatan Pendapatan Perpajakan Berbasis Kas Menuju Akrual di KPP Pratama Medan Kota
Sesuai dengan yang telah dipaparkan dalam dasar teori, jurnal standar yang diterapkan di KPP Pratama Medan Kota adalah jurnal standar untuk Sistem
Akuntansi Instansi. Dalam hal ini KPP Pratama Medan Kota telah melaksanakan jurnal sesuai dengan basis kas menuju akrual menurut peraturan yang berlaku,
yaitu PP 71 tahun 2010 dan standar yang diberlakukan Kementerian Keuangan. Berikut ini adalah kondisi pendapatan perpajakan non PBB yang terjadi
pada KPP Pratama Medan Kota pada tahun 2011: Pada awal tahun 2011, KPP Pratama Medan Kota mendapatkan amanah
berupa target penerimaan Pajak PPh sebesar Rp 297.245.440.000, penerimaan PPN sebesar Rp 146.845.196.448, penerimaan PPnBM sebesar Rp 510.123.552,
serta penerimaan dari Bunga Penagihan PPh dan PPN sebesar Rp 6.742.070.000. Sepanjang tahun 2011, penerimaan perpajakan KPP Pratama Medan Kota dari
Pajak Penghasilan adalah sebesar Rp 190.059.731.628, penerimaan PPN sebesar Rp 314.848.015.271, penerimaan PPnBM sebesar Rp 1.382.017.157, dan
penerimaan dari Bunga Penagihan sebesar Rp 8.767.217. Selama tahun 2011 KPP Pratama Medan Kota telah menerbitkan SKPKB
sebesar Rp 9.426.764.855 dan STP sebesar Rp 2.057.150.663. KPP Pratama
Medan Kota juga menerbitkan SKPLB senilai Rp 23,017,277,768. Dari SKPLB tersebut, diterbitkan SPMKP untuk Pajak Non PBB sebesar Rp 22,766,880,578
Universitas Sumatera Utara
dengan rincian SPMKP Pajak Penghasilan sebesar Rp 9.477.325.695 dan SPMKP PPN sebesar Rp 13.289.554.883.
Adapun jurnal yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota terhadap transaksi diatas adalah:
4.2.4.1 Penganggaran target penerimaan pajak.
Jurnal yang dilakukan untuk mencatat anggaran target penerimaan pajak yang telah dialokasikan ke KPP di awal tahun adalah dengan menggunakan jurnal
estimasi penerimaan perpajakan dialokasikan , yaitu:
Keterangan Dr
Cr
Estimasi Pendapatan Pajak-PPh 297.245.440.000
Estimasi Pendapatan Pajak-PPN 146.845.196.448
Estimasi Pendapatan Pajak-PPnBM 510.123.552
Estimasi Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan
6.742.070.000 Utang kepada KUN
451,342,830,000
4.2.4.2 Penerimaan pajakRealisasi pendapatan
Sesuai dengan standar yang ditetapkan PP 71 tahun 2010 pencatatan pendapatan dicatat dengan azas bruto, artinya dengan membukukan penerimaan
bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya setelah dikompensasikan dengan pengeluaran. Oleh karena itu, ketika KPP memperoleh penerimaan pajak, maka
dilakukan penjurnalan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Dr
Cr
Utang kepada KUN 506.298.531.273
Pendapatan Pajak-PPh 190.059.731.628
Pendapatan Pajak-PPN 314.848.015.271
Pendapatan Pajak-PPnBM 1.382.017.157
Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan
8.767.217
4.2.4.3 Penerbitan SKPKB, SKPKBT, STP dan SKPLB
Berdasarkan basis kas menuju akrual, ketika KPP menetapkan jumlah pajak terutang melalui SKPKB, SKPKBT dan STP, serta jumlah kelebihan pembayaran
pajak melalui SKPLB maka tidak dilakukan penjurnalan. Meskipun konsekuensi dari penerbitan SKPKB,SKPKBT, dan STP akan memunculkan adanya piutang
pajak, serta penerbitan SKPLB akan memunculkan adanya pengakuan pendapatan pajak diterima di muka, namun berdasarkan basis kas menuju akrual pengakuan
piutang pajak dan pendapatan pajak diterima di muka hanya dilakukan di akhir tahun. Oleh karena itu KPP tidak melakukan penjurnalan saat penerbitan
ketetapan pajak.
4.2.4.4 Pengembalian Pendapatan Pajak
Pengembalian pendapatan pajak merupakan kesalahan yang bersifat berulang dan alamiah. Untuk itu dilakukan penjurnalan untuk mendebet akun
Pengembalian Pendapatan Pajak yang nantinya akan mengurangi nilai Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
Pajak. Keputusan besaran pajak yang lebih dibayar oleh wajib pajak dicantumkan dalam SKPLB Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Kemudian, kelebihan
pembayaran pajak tersebut akan diperhitungkan terlebih dahulu dengan Utang Pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Perhitungan kelebihan pembayaran
pajak dengan Utang Pajak sebagaimana dimaksud ditindaklanjuti dengan kompensasi Utang Pajak, dan dalam hal tidak ada Utang Pajak, seluruh kelebihan
pembayaran pajak dikembalikan kepada Wajib Pajak bersangkutan. Nilai sisa dari kelebihan pembayaran pajak setelah dikompensasi dengan utang pajak akan
dituangkan dalam SPMKP Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran Pajak. Oleh karena itu, dalam penjurnalan pengembalian pendapatan pajak, nilai
yang menjadi dasar pencatatan adalah nilai SPMKP. Jurnal yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota untuk mencatat
pengembalian pajak adalah:
Keterangan Dr
Cr
Pengembalian Pendapatan Pajak-PPh 9.477.325.695
Pengembalian Pendapatan Pajak-PPN 13.289.554.883
Utang pada KUN 22,766,880,578
4.2.4.5 Jurnal Penutup Pendapatan Perpajakan
Untuk menutup seluruh perkiraan pendapatan perpajakan maka dilakukan jurnal penutup. Jurnal ini terdiri dari jurnal penutup anggaran dengan realisasinya.
Untuk menutup akun pendapatan perpajakan maka jumlah yang dicantumkan adalah jumlah pendapatan bersihnetto, yaitu jumlah pendapatan bruto setelah
Universitas Sumatera Utara
dikurangi pengembalian pendapatan pajak. Dalam hal ini nilai pendapatan pajak bersih untuk PPh adalah sebesar Rp 180.582.405.933, dan nilai pendapatan pajak
bersih untuk PPN adalah sebesar Rp 301.558.460.388. adapun selisih antara realisasi penerimaan dengan target penerimaan akan dicatat pada akun Utang Pada
KUN. Adapun jurnal yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai
berikut:
Keterangan Dr
Cr
Pendapatan Pajak-PPh 180.582.405.933
Pendapatan Pajak-PPN 301.558.460.388
Pendapatan Pajak-PPnBM 1.382.017.157
Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan 8.767.217
Estimasi Pendapatan Pajak-PPh 297.245.440.000
Estimasi Pendapatan Pajak-PPN 146.845.196.448
Estimasi Pendapatan Pajak- PPnBM
510.123.552
Estimasi Pendapatan Pajak- Bunga Penagihan
6.742.070.000
Utang kepada KUN 32,188,820,695
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 Analisis Pencatatan Pendapatan Perpajakan Berbasis Akrual Triple
Entry
Sebagaimana telah diungkapkan pada landasan teori, menurut Abdul Halim terdapat tiga buah sistem pencatatan yang dapat diterapkan dalam akuntansi
keuangan pemerintah, yaitu single entry, double entry, dan triple entry. Terkait pencatatan pendapatan perpajakan secara akrual, penulis berpendapat sistem
pencatatan triple entry adalah yang paling cocok untuk diterapkan dalam pencatatan pendapatan perpajakan berbasis akrual
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry ditambah dengan pencatatan pada
buku anggaran. Sistem pencatatan triple entry paling cocok untuk diterapkan dalam pencatatan pendapatan berbasis akrual karena pencatatan double entry saja
tidak cukup untuk mengakomodir pengakuan akun pendapatan LO dan pendapatan LRA yang keduanya harus disajikan dalam Laporan Keuangan
berbasis akrual sesuai PP 71 tahun 2010. Untuk itu dibutuhkan satu entry lagi yang akan digunakan khusus untuk pencatatan di buku anggaran.
Hingga saat skripsi ini ditulis, buletin teknis serta aturan khusus yang memuat jurnal standar pencatatan pendapatan perpajakan berbasis akrual belum
tersedia. Dalam prakteknya KPP Pratama Medan Kota juga belum melakukan penjurnalan pendapatan perpajakan berbasis akrual penuh. Oleh karena itu pada
bagian ini akan disajikan wacana pencatatan pendapatan perpajakan berbasis akrual menurut penulis dengan mengadopsi kondisi pendapatan perpajakan di
KPP Pratama Medan Kota pada tahun 2011 sebagaimana yang telah dijelaskan
Universitas Sumatera Utara
pada contoh sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut:
4.2.5.1 Penganggaran target penerimaan pajak.
Untuk jurnal penganggaran tidak ada perbedaan antara basis kas menuju akrual dengan akrual karena sistem penganggaran yang ditetapkan di Indonesia
masih berbasis kas. Oleh karena itu jurnal yang dilakukan sama dengan jurnal penganggaran target penerimaan sebelumnya, yaitu:
Keterangan Dr
Cr
Estimasi Pendapatan Pajak-PPh 297.245.440.000
Estimasi Pendapatan Pajak-PPN 146.845.196.448
Estimasi Pendapatan Pajak-PPnBM 510.123.552
Estimasi Pendapatan Pajak-Bunga Penagihan
6.742.070.000 Utang kepada KUN
451,342,830,000
4.2.5.2 Penjurnalan Perolehan Pendapatan Perpajakan
Dalam penerapan basis akrual, akan terdapat dua macam pendapatan perpajakan, yaitu pendapatan perpajakan LO untuk mengakui pendapatan berbasis
akrual, dan pendapatan perpajakan LRA untuk mengakui realisasi penerimaan yang masuk ke rekening kas umum Negara saja. Terkait hal ini, pendapatan
perpajakan berbasis akrual di KPP Pratama Medan Kota akan bersumber dari dua jenis transaksi:
1 Penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, Keputusan Pembetulan, Keberatan,
Banding, atau Peninjauan Kembali yang menyatakan adanya pajak yang
Universitas Sumatera Utara
kurang dibayar. Kondisi ini memenuhi persyaratan PP 71 tahun 2010 dalam mengakui pendapatan yaitu timbulnya hak atas pendapatan walaupun belum
ada aliran ekonomi atau belum ada pembayaran oleh wajib pajak. Transaksi ini akan mempengaruhi jenis pendapatan perpajakan LO saja.
2 Masuknya penerimaan perpajakan berupa kas di Rekening Kas Umum
Negara. Transaksi ini akan mempengaruhi pendapatan perpajakan LO dan pendapatan LRA sekaligus atau pendapatan LRA saja.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada penjelasan berikut:
1 Pencatatan pengakuan pendapatan dari penerbitan ketetapan pajak, tagihan
pajak, dan keputusan pajak yang menyatakan adanya pajak kurang bayar Penerbitan ketetapan pajak berupa SKPKB, SKPKBT, STP, keputusan
pembetulan, keberatan, banding dan peninjauan kembali yang menyatakan adanya pajak kurang dibayar akan digunakan sebagai sumber pengakuan adanya
pendapatan perpajakan. Yang perlu diperhatikan dalam mengakui pendapatan pajak dari penerbitan SKPKB atau SKPKBT untuk ketetapan pajak di atas tahun
pajak 2007, jumlah yang digunakan sebagai nilai pendapatan adalah senilai jumlah yang disetujui oleh wajib pajak. Hal ini berhubungan dengan aturan dalam
Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan KUP No 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 16 tahun 2009 yang
menyatakan wajib pajak yang ingin mengajukan keberatan atas ketetapan pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah
disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. Konsekuensi dari hal ini, KPP selaku otoritas pajak hanya
Universitas Sumatera Utara
akan mengakui piutang pajak sejumlah nilai yang disetujui oleh Wajib Pajak dalam pembahasan akhir pemeriksaan. Oleh karena itu, pendapatan pajak LO
yang diakui pun akan sebesar nilai yang disetujui oleh Wajib Pajak. Jika dalam tempo 3 bulan batas waktu pengajuan keberatan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan wajib pajak tidak mengajukan keberatan, maka nilai piutang pajak serta nilai pendapatan pajak-LO atas ketetapan pajak tersebut akan dikoreksi menjadi
nilai yang ditetapkan oleh KPP fiskus. Sebagaimana telah diketahui, KPP Pratama Medan Kota menerbitkan
SKPKB sebesar Rp 9.426.764.855 dan STP sebesar Rp 2.057.150.663 sepanjang tahun 2011. Dari SKPKB tersebut, Rp 3.790.054.377 merupakan SKPKB PPh, Rp
5.582.112.693 merupakan SKPKB PPN, dan Rp 54.597.785 merupakan SKPKB PPnBM. Semua nilai tersebut disetujui oleh wajib pajak. Sedangkan untuk STP,
sebesar Rp 857.182.994 merupakan STP untuk PPh, dan Rp 1.199.967.669 merupakan STP untuk PPN. Jurnal pengakuan pendapatan untuk transaksi ini
adalah sebagai berikut:
Keterangan Dr
Cr
Piutang Pajak-PPh 4,647,237,371
Piutang Pajak-PPN 6,782,080,362
Piutang Pajak -PPnBM 54,597,785
Pendapatan Pajak LO-PPh 4.647.237.371
Pendapatan Pajak LO -PPN 6,782,080,362
Pendapatan Pajak LO - PPnBM 54,597,785
Universitas Sumatera Utara
2 Pencatatan pengakuan pendapatan dari realisasi penerimaan perpajakan berupa
masuknya kas di Rekening Kas Umum Negara. Berdasarkan PP 71 tahun 2010
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi.
Realisasi penerimaan pajak yang telah masuk ke rekening kas umum Negara telah memenuhi kriteria aliran masuk sumber daya ekonomi sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pengakuan pendapatan perpajakan. Untuk keperluan pengakuan pendapatan secara akrual, informasi
penerimaan pajak sebagaimana yang telah digambarkan pada contoh sebelumnya tidaklah cukup. Terkait hal ini, penulis berpendapat diperlukannya
pengklasifikasian penerimaan menjadi : a
Penerimaan pajak yang bersifat rutin yang bersumber dari pembayaran wajib pajak atas pajak terutang melalui proses self assessment atau
pemotongan dan pemungutan oleh pihak ketiga. Tipe penerimaan ini akan mempengaruhi pendapatan LO dan pendapatan LRA sekaligus.
b Penerimaan yang bersumber dari pembayaran wajib pajak atas piutang
pajak yang berasal dari ketetapan pajak,tagihan pajak, atau keputusan yang dikeluarkan otoritas pajak. Penerimaan dengan jenis ini hanya akan
mempengaruhi pendapatan LRA saja karena pendapatan LO telah diakui ketika ketetapan pajak, tagihan pajak atau keputusan yang menyatakan
adanya pajak yang kurang dibayar diterbitkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh KPP Pratama Medan Kota
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana telah digambarkan sebelumnya, penerimaan perpajakan KPP Pratama Medan Kota sepanjang tahun 2011 dari Pajak Penghasilan adalah sebesar
Rp 190.059.731.628, penerimaan PPN sebesar Rp 314.848.015.271, penerimaan PPnBM sebesar Rp 1.382.017.157, dan penerimaan dari Bunga Penagihan
sebesar Rp 8.767.217. Dari realisasi penerimaan Pajak tersebut, sebesar Rp 3.226.183.328 merupakan peneriman dari pelunasan piutang pajak, yang terdiri
atas Rp 2.659.638.586 berupa pelunasan piutang PPh, sebesar Rp 557.777.525 berupa pelunasan piutang PPN,dan sebesar Rp 8.767.217 berupa
pelunasan dari STP Bunga Penagihan Pajak. Pencatatan untuk transaksi ini adalah:
a Penerimaan pajak yang bersifat rutin
Nilai dari penerimaan pajak yang bersifat rutin adalah selisih antara total penerimaan perpajakan dengan penerimaan dari pelunasan piutang pajak, yaitu
untuk penerimaan PPh menjadi sebesar Rp 187.400.093.042, penerimaan PPN menjadi
sebesar Rp
314.290.237.746, penerimaan
PPnBM sebesar
Rp 1.382.017.157, dan penerimaan Bunga Penagihan sebesar Rp 0. Untuk melakukan penjurnalan atas transaksi ini akan dilakukan dengan
metode triple entry, karena dalam satu transaksi akan terdapat pengakuan pengakuan penerimaan pajak yang masuk ke kas Negara, pendapatan LO dan
pengakuan LRA sekaligus. Jurnal pada transaksi ini adalah dengan mendebit Utang pada KUN untuk mengakui masuknya sejumlah kas ke rekening kas umum
Negara dan mengkredit Pendapatan LO untuk mengakui pendapatan akrual atas masuknya aliran ekonomi. Ditambah lagi jurnal untuk keperluan realisasi
Universitas Sumatera Utara
anggaran yang dengan mengkredit Pendapatan LRA untuk mengakui masuknya pendapatan secara kas. Jurnalnya adalah:
Keterangan Dr
Cr Jurnal Pengakuan Pendapatan LO
Utang pada KUN 503,072,347,945
Pendapatan Pajak LO-PPh 187,400,093,042
Pendapatan Pajak LO –PPN 314,290,237,746
Pendapatan Pajak LO - PPnBM 1.382.017.157
Jurnal Pengakuan Pendapatan LRA
Pendapatan LRA-PPh 187,400,093,042
Pendapatan LRA-PPN 314,290,237,746
Pendapatan LRA-PPnBM 1.382.017.157
b Pelunasan piutang pajak
Penjurnalan pada transaksi ini juga akan dilakukan dengan metode triple entry, karena dalam satu transaksi akan terdapat pengakuan pengakuan
penerimaan pajak yang masuk ke kas Negara, pengurangan piutang pajak dan pengakuan LRA sekaligus. Jurnal pada transaksi ini adalah dengan mendebit
Utang pada KUN untuk mengakui masuknya sejumlah kas ke rekening kas umum Negara dan mengkredit Piutang Pajak untuk mengakui pengurangan nilai piutang
pajak atas pembayaran ketetapan . Ditambah lagi jurnal untuk keperluan realisasi anggaran yang dengan mengkredit Pendapatan LRA untuk mengakui masuknya
Universitas Sumatera Utara
pendapatan secara kas. Pendapatan LO tidak dijurnal lagi karena sudah diakui ketika ketetapan atau keputusan yang menyatakan adanya pajak kurang bayar
diterbitkan. Jurnalnya adalah:
Keterangan Dr
Cr Jurnal Pelunasan Piutang Pajak
Utang pada KUN 3,226,183,328
Piutang Pajak-PPh 2,659,638,586
Piutang Pajak –PPN 557,777,525
Piutang Pajak - Bunga Penagihan
8,767,217
Jurnal Pengakuan Pendapatan LRA
Pendapatan LRA-PPh 2,659,638,586
Pendapatan LRA-PPN 557,777,525
Pendapatan LRA-Bunga Penagihan
8,767,217
4.2.5.3 Koreksi atas kesalahan penjurnalan atau penyajian pendapatan perpajakan
Dalam akuntansi pendapatan perpajakan berbasis akrual, kesalahan terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah kesalahan tidak berulang, yaitu
kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi kembali, terdiri atas Kesalahan
Universitas Sumatera Utara
tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan dan Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya. Kesalahan tipe ini harus segera dikoreksi
melalui jurnal koreksi. Dalam praktek di KPP Pratama Medan Kota, penulis tidak menemukan adanya kesalahan yang masuk tipe tidak berulang karena
keterbatasan data yang diperoleh sehingga kesalahan ini tidak akan dibahas. Berikutnya yaitu kesalahan berulang dan sistemik, yaitu kesalahan yang
disebabkan sifat alamiah normal dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara berulang. Kesalahan ini lumrah terjadi dalam
akuntansi pendapatan perpajakan. Contoh kesalahan ini adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau
tambahan pembayaran dari wajib pajak. Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang dimaksud tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadi
pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan. Dalam praktek di
KPP Pratama Medan Kota, telah terjadi kesalahan yang berulang dan sistemik. penulis telah mengumpulkan tiga jenis kesalahan berulang, yaitu:
1 Pengembalian Pendapatan PajakResititusi Pajak
Pengembalian pendapatan pajak merupakan kesalahan yang bersifat berulang dan alamiah. Dalam akuntansi berbasis akrual penjurnalan untuk restitusi
dilakukan dengan mendebet akun Pendapatan Pajak LO dan mengkredit akun pendapatan diterima dimuka untuk mengakui adanya utang kepada wajib pajak
sejumlah nilai yang dicantumkan dalam SKPLB.
Universitas Sumatera Utara
Setelah penjurnalan SKPLB dilakukan, kelebihan pembayaran pajak tersebut diperhitungkan terlebih dahulu dengan Utang Pajak dari wajib pajak
yang bersangkutan. Perhitungan kelebihan pembayaran pajak dengan Utang Pajak sebagaimana dimaksud ditindaklanjuti dengan kompensasi Utang Pajak. Nilai sisa
dari kelebihan pembayaran pajak setelah dikompensasi dengan utang pajak akan dituangkan dalam SPMKP Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran
Pajak. Untuk mengakui kompensasi utang pajak dalam SPMKP dan pembayaran kelebihan pembayaran pajak dilakukan dengan metode triple entry, yaitu dengan
mendebet akun Pendapatan diterima dimuka sebesar nilai SKPLB, mengkredit nilai piutang pajak sejumlah nilai piutang pajak yang dikompensasi, dan
mengkredit nilai utang pada KUN sejumlah nilai SPMKP. Selain itu, dibutuhkan satu lagi entry untuk mengakui pengembalian pendapatan pajak di LRA.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kondisi di KPP Pratama Medan Kota sebagai berikut :
Sepanjang tahun 2011 KPP Pratama Medan Kota menerbitkan SKPLB
senilai Rp 23.017.277.768, yang terdiri dari SKPLB Pajak Penghasilan sebesar
Rp 9.727.222.885 dan SKPLB PPN sebesar Rp 13.290.054.883. Setelah dilakukan
kompensasi ke utang pajak. dari SKPLB tersebut, diterbitkan SPMKP sebesar Rp
22,766,880,578 dengan rincian SPMKP Pajak Penghasilan sebesar Rp 9.477.325.695 dan SPMKP PPN sebesar Rp 13.289.554.883.
Jurnal yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota untuk mencatat SKPLB adalah:
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Dr
Cr
Pendapatan Pajak-LO-PPh 9,727,222,885
Pendapatan Pajak-LO-PPN 13,290,054,883
Pendapatan Pajak diterima dimuka
23,017,277,768
Lalu untuk mencatat SPMKP yang diterbitkan:
Keterangan Dr
Cr Jurnal Pengurangan Piutang dan Utang pada KUN
Pendapatan Pajak diterima dimuka 23,017,277,768
Piutang Pajak-PPh 249,897,190
Piutang Pajak –PPN 500,000
Utang pada KUN 22,766,880,578
Jurnal Pengurangan Pendapatan LRA
Pengembalian Pendapatan Pajak-PPh 9.477.325.695
Pengembalian Pendapatan Pajak-PPN 13.289.554.883
2 Keputusan pembetulan, pengurangan, pembatalan, keberatan, banding, dan
peninjauan kembali yang menyatakan ketetapan pajak menjadi lebih kecil. Berdasarkan UU KUP, Direktorat Jenderal Pajak dapat
membetulkan,mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak. Wajib pajak juga dapat mengajukan
Universitas Sumatera Utara
keberatan,banding, atau peninjauan kembali atas ketetapan pajak yang menurut wajib pajak tidak benar. Jenis transaksi ini lumrah terjadi dalam praktek
perpajakan, sehingga termasuk dalam kesalahan yang berulang dan bersifat sistematik. Setiap keputusan pembetulan, pengurangan, pembatalan, keberatan,
banding, dan peninjauan kembali yang mengakibatkan jumlah ketetapan pajak semakin kecil harus dibukukan sebagai pengurang pendapatan LO, karena ketika
ketetapan pajak tersebut diterbitkan, KPP telah mengakui adanya pendapatan. Sepanjang tahun 2011, terdapat keputusan pembetulan, pengurangan,
pembatalan, keberatan, banding, dan peninjauan kembali yang mengakibatkan jumlah ketetapan pajak semakin kecil sebesar Rp1.063.192.113, yang terdiri dari
pengurangan piutang PPh sebesar Rp 1.012.460.202 dan pengurangan piutang PPN sebesar Rp 50.731.911. Jurnal yang harus dilakukan untuk mencatat
transaksi ini adalah:
Keterangan Dr
Cr
Pendapatan Pajak-LO-PPh 1,012,460,202
Pendapatan Pajak-LO-PPN 50,731,911
Piutang Pajak-PPh 1,012,460,202
Piutang Pajak-PPN 50,731,911
3 Pemindahbukuan Pbk
Ketika Wajib Pajak melakukan pembayaran, bukan hal yang mustahil Wajib Pajak melakukan kesalahan pengisian Surat Setoran Pajak SSP meskipun jumlah
pajak yang disetorkan sudah benar. Kesalahan tersebut dapat berupa kesalahan
Universitas Sumatera Utara
penulisan kode pembayaran, penulisan kode ketetapan pajak, dan lain-lain. Kesalahan ini juga dapat menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak
lain Untuk membetulkan kesalahan ini dilakukan melalui sarana Pemindahbukuan Pbk.
Pemindahbukuan adalah pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda administrasi dan kenaikan melalui perhitungan dengan kelebihan pembayaran
pajak atau bunga yang diterima atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain atas nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib Pajak lain. Kesalahan
yang harus dilakukan pemindahbukuan ini lumrah terjadi dalam praktek perpajakan, sehingga termasuk dalam kesalahan yang berulang dan bersifat
sistematik. Oleh karena itu Pbk yang mengakibatkan berkurangnya nilai piutang pajak harus dibukukan sebagai pengurang Pendapatan LO.
Terkait pembayaran utang pajak, tipe kesalahan yang sering terjadi dan mengakibatkan munculnya pemindahbukuan adalah kesalahan pengisian kode
SSP berupa kesalahan penulisan kode pembayaran pajak, kesalahan penulisan kode Kohir atau ketetapan pajak, atau kesalahan penulisan NPWP, contohnya
Wajib Pajak seharusnya melakukan pembayaran pelunasan ketetapan pajak, namun dalam SSP Wajib Pajak menuliskan kode setoran pembayaran rutin. Hal
ini menyebabkan utang pajak Wajib Pajak tidak berkurang karena pembayaran dibukukan sebagai pembayaran rutin. Karena itu dilakukanlah Pemindahbukuan
untuk membetulkan kesalahan tadi. Kesalahan juga dapat berupa kesalahan penulisan kode ketetapan pajak sehingga utang pajak yang dikompensasikan
melalui pembayaran bukan utang pajak yang seharusnya.
Universitas Sumatera Utara
Secara akuntansi, ketika wajib pajak menyetorkan pembayaran pajak yang bersifat rutin akan dibukukan dengan mendebit utang pada KUN, mengkredit
pendapatan LO dan pendapatan LRA. Namun jika pembayaran tersebut merupakan pembayaran atas ketetapan pajak dan bukan pembayaran rutin dan
sudah dilakukan pemindahbukuan, maka harus dilakukan koreksi terhadap pendapatan yang sudah dibukukan ke dalam pendapatan LO. Karena kesalahan ini
bersifat berulang dan sistemik maka koreksi dilakukan dengan mendebit pendapatan LO dan mengkredit piutang pajak.
Jika kesalahan penyetoran yang dipindahbukukan merupakan kesalahan penulisan kode kohir atau kesalahan penulisan NPWP dan telah dibukukan
dengan mendebit utang pada KUN dan mengkredit piutang pajak, maka tidak lagi diperlukan jurnal koreksi karena secara akuntansi pencatatan yang dilakukan
sudah benar. Sepanjang tahun 2011, KPP Pratama Medan Kota telah melakukan
pemindahbukuan sejumlah Rp 3.987.983.545, dengan rincian Pbk untuk PPh sebesar Rp 2.374.287.759, Pbk untuk PPN sebesar Rp 1.559.098.001 dan Pbk
untuk PPnBM sebesar Rp 54.597.785. Namun, karena keterbatasan informasi yang diperoleh, penulis tidak bisa memisahkan jumlah Pbk yang terjadi akibat
kompensasi kelebihan pembayaran pajak, jumlah Pbk yang berupa koreksi dari pembayaran rutin menjadi pembayaran atas piutang pajak, dan jumlah Pbk yang
berupa koreksi pembayaran atas piutang pajak karena kesalahan penulisan kode ketetapan. Seharusnya informasi ini dibutuhkan untuk memisahkan Pbk mana
yang akan dijurnal sebagai koreksi atas pendapatan LO dan Pbk mana yang tidak
Universitas Sumatera Utara
perlu dilakukan penjurnalan. Oleh sebab itu, dalam kasus ini penulis mengasumsikan seluruh Pbk senilai Rp 3,987,983,545 adalah Pbk yang timbul
dari koreksi pembayaran rutin menjadi pembayaran atas piutang pajak. Jurnal koreksi yang harus dilakukan KPP Pratama Medan Kota adalah:
Keterangan Dr
Cr
Pendapatan Pajak-LO-PPh 2,374,287,759
Pendapatan Pajak-LO-PPN 1,559,098,001
Pendapatan Pajak-LO-PPnBM 54,597,785
Piutang Pajak-PPh 2,374,287,759
Piutang Pajak-PPN 1,559,098,001
Piutang Pajak-PPnBM 54,597,785
4.2.5.4 Jurnal Penutup Pendapatan Perpajakan
Untuk menutup seluruh perkiraan pendapatan perpajakan maka dilakukan jurnal penutup. Jurnal ini terdiri dari jurnal penutup pendapatan LO dengan
SurplusDefisit LO dan estimasi pendapatan dengan realisasi pendapatan LRA. Untuk menutup akun pendapatan perpajakan LRA maka jumlah yang
dicantumkan adalah jumlah pendapatan LRA bersihnetto, yaitu jumlah pendapatan bruto setelah dikurangi pengembalian pendapatan pajak. Dalam hal ini
nilai pendapatan pajak LRA bersih untuk PPh adalah sebesar Rp 180.582.405.933, dan nilai pendapatan pajak LRA bersih untuk PPN adalah sebesar Rp
301.558.460.388.
Universitas Sumatera Utara
Adapun jurnal yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota untuk menutup pendapatan LO sesuai dengan akumulasi transaksi yang dijelaskan sebelumnya
adalah sebagai berikut:
Keterangan Dr
Cr
Pendapatan Pajak-PPh 178,933,359,567
Pendapatan Pajak-PPN 306,172,433,313
Pendapatan Pajak-PPnBM 1,382,017,157
SurplusDefisit LO 486,487,810,037
Sedangkan jurnal untuk menutup pendapatan LRA adalah sebagai berikut:
Keterangan Dr
Cr
Pendapatan Pajak LRA-PPh 180.582.405.933
Pendapatan Pajak LRA-PPN 301.558.460.388
Pendapatan Pajak LRA-PPnBM 1.382.017.157
Pendapatan Pajak LRA-Bunga Penagihan
8.767.217
Estimasi Pendapatan Pajak-PPh 297.245.440.000
Estimasi Pendapatan Pajak-PPN 146.845.196.448
Estimasi Pendapatan Pajak- PPnBM
510.123.552
Estimasi Pendapatan Pajak- Bunga Penagihan
6.742.070.000
Utang kepada KUN 32,188,820,695
Universitas Sumatera Utara
4.2.6 Pelaporan Pendapatan Perpajakan Berbasis Kas Menuju Akrual di KPP Pratama Medan Kota
Berdasarkan PP 71 tahun 2010 Lampiran II tentang SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan bahwa Laporan Keuangan yang harus disajikan oleh
Entitas Pelaporan adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Pelaporan yang diwajibkan kepada KPP
Pratama Medan Kota adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Dalam hal ini,KPP Pratama Medan Kota telah
melaksanakan pelaporan sesuai dengan aturan. Pelaporan realisasi pendapatan Negara dan hibah serta belanja KPP
Pratama Medan Kota telah dituangkan dalam Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja untuk semester yang berakhir 31 Desember 2011. Pendapatan Negara dan
hibah yang diperoleh KPP Pratama Medan Kota terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Pelaporan dalam format LRA
telah disajikan pada tabel 4.1. Adapun pelaporan pendapatan beserta rinciannya yang telah dilaksanakan
KPP Pratama Medan Kota pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut
T T
a a
b b
e e
l l
4 4
. .
3 3
R R
e e
a a
l l
i i
s s
a a
s s
i i
P P
e e
n n
e e
r r
i i
m m
a a
a a
n n
P P
e e
r r
p p
a a
j j
a a
k k
a a
n n
D D
a a
l l
a a
m m
N N
e e
g g
e e
r r
i i
y y
a a
n n
g g
b b
e e
r r
a a
k k
h h
i i
r r
3 3
1 1
D D
e e
s s
e e
m m
b b
e e
r r
2 2
1 1
1 1
dalam rupiah
Uraian Penerimaan Pajak
Bruto Restitusi Pajak
Penerimaan Pajak Neto
PPh Migas -
- PPh Nonmigas dan Fiskal LN
190.059.731.628 9.477.325.695
180,582,405,933 PPN dan PPn BM
316.230.032.428 13.289.554.883
302,940,477,545 PBB
37.064.163.345 23.309.141
37,040,854,204 BPHTB
- -
-
Universitas Sumatera Utara
Pajak Lainnya -
- -
Bunga Penagihan 8.767.217
8,767,217
Jumlah 543.362.694.618
22.790.189.719 520,572,504,899
Pelaporan mengenai jumlah pendapatan perpajakan beserta rincian mengenai jenis pendapatan perpajakan sebagaimana pada tabel diatas dituangkan
pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Untuk pelaporan penyesuaian pendapatan perpajakan berbasis akrual yang telah diungkapkan pada Catatan Atas Laporan
Keuangan akan dianalisa pada sub bab berikutnya.
4.2.7. Perhitungan dan Pelaporan Proyeksi Nilai Pendapatan Pajak KPP Pratama Medan Kota dengan Basis Akrual berdasarkan PER-
62PB2009
Meskipun basis yang digunakan dalam pelaporan KPP adalah kas menuju akrual, PP 71 tahun 2010 membolehkan entitas untuk melaporkan pendapatan
secara akrual. Namun pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas cukup dituangkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. KPP Pratama Medan Kota telah melaksanakan hal ini
dengan menuangkan informasi penyesuaian atas pendapatan dari basis kas menuju akrual ke basis akrual dengan dasar PER-62PB2009 tentang tata cara penyajian
informasi pendapatan dan belanja secara akrual pada laporan keuangan. Untuk melakukan penyesuaian atas penyajian pendapatan perpajakan
menjadi basis akrual sesuai dengan PER-62PB2009 dibutuhkan informasi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
4.2.7.1 Pendapatan Perpajakan yang Masih Harus Diterima Piutang Pajak
Pendapatan perpajakan yang masih harus diterima atau piutang pajak merupakan pendapatan pajak yang seharusnya sudah diterima oleh Pemerintah,
namun belum dilunasi oleh wajib pajak. Untuk keperluan penyajian pendapatan perpajakan sesuai PER-62PB2009 terdapat dua jenis penyesuaian, yaitu
penyesuaian tambah dan penyesuaian kurang. Terkait piutang pajak, yang transaksi yang termasuk penyesuaian tambah adalah:
3 PPh yang Masih Harus Diterima, berupa STP, SKPKBSKPKBT, STP Bunga
Penagihan terkait piutang PPh yang diterbitkan di 2011, namun belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya tahun 2011. Nilai ketetapan pajak
PPh yang diterbitkan di tahun 2011 dan belum dibayarkan hingga akhir 2011 adalah sebesar Rp 543,305,014.
4 PPN dan PPnBM yang Masih Harus Diterima, berupa STP, SKPKBSKPKBT,
STP Bunga Penagihan terkait Piutang PPN dan PPnBM yang diterbitkan di tahun pajak 2011 namun belum dibayar oleh WP sampai dengan
berakhirnya tahun 2011. Nilai ketetapan pajak PPN dan PPnBM yang diterbitkan di tahun 2011 dan belum dibayarkan hingga akhir 2011 adalah
sebesar Rp 5,178,309,272. Sedangkan yang termasuk penyesuaian kurang adalah pembayaran yang
dilakukan wajib pajak atas STP, SKPKBSKPKBT, STP Bunga Penagihan yang terbit sebelum tahun 2011. Nilai yang dimasukkan sebagai penyesuaian kurang
merupakan kompilasi dari Masa Januari hingga Desember 2011. Adapun besaran
Universitas Sumatera Utara
pembayaran atas ketetapan yang terbit sebelum tahun 2011 di KPP Pratama Medan Kota untuk ketetapan PPh adalah sebesar Rp 1,457,814,397, ketetapan
PPN sebesar Rp 299,273,530, dan ketetapan atas bunga penagihan sebesar 8,767,217.
4.2.7.2 Pendapatan Perpajakan Diterima di Muka
Pendapatan pajak diterima di muka adalah pajak yang telah disetor ke Rekening Kas Umum Negara dari Wajib Pajak dan setelah dilaksanakan
pemeriksaan dan atau penelitian, pajak yang dibayar lebih besar dari pada pajak yang terutang. Transaksi ini disebut juga utang restitusi pajak. Dokumen sumber
yang digunakan untuk mencatat pajak diterima di muka adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB yang sampai dengan akhir tahun yakni tanggal
pelaporan belum dilakukan pengembalian restitusikompensasi oleh pemerintah kepada wajib pajak. Dalam penyajian informasi pendapatan secara akrual,
realisasi pendapatan secara kas tahun berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara mengurangkan pendapatan diterima di muka pada tahun berjalan.
Pada tahun 2011, di KPP Pratama Medan Kota tidak terdapat SKPLB yang sampai dengan akhir tahun
2011 belum dilakukan
pengembalian restitusikompensasi kepada wajib pajak. Seluruh SKPLB yang diterbitkan tahun
2011 telah dibayarkan ke wajib pajak melalui SPMKP. Oleh karena itu, jenis penyesuaian akrual untuk transaksi ini tidak terdapat di KPP Pratama Medan Kota
di tahun 2011. Berdasarkan informasi diatas, total penyesuaian akrual untuk pendapatan
perpajakan KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Penyesuaian Pendapatan Perpajakan Akrual Berdasarkan PER-62PB2009
Sumber : Diolah Penulis Informasi ini diungkapkan KPP Pratama Medan Kota dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan tahun 2011. Jika melihat angka tersebut, terdapat perbedaan nilai pendapatan akrual menurut PER-62PB2009 dengan hasil analisa
pendapatan akrual yang telah dijabarkan sebelumnya oleh penulis. Hal ini disebabkan PER-62PB2009 tidak memperhitungkan SKPLB yang diterbitkan,
keputusan pembetulan, pengurangan, pembatalan, keberatan, banding, dan peninjauan kembali yang menyatakan ketetapan pajak menjadi lebih kecil, serta
pemindahbukuan dimana ketiga macam transaksi tersebut secara otomatis akan mengurangi pendapatan akrual. Oleh karena itu penulis berpendapat PER-
62PB2009 masih belum sempurna karena peraturan tersebut diterbitkan sebelum keluarnya standar akuntansi akrual berdasarkan PP 71 tahun 2010 sehingga belum
mengakomodir beberapa transaksi yang menurut penulis berdasarkan PP 71 tahun 2010 akan berpengaruh terhadap pendapatan akrual.
No. Pendapatan LRA
nilai netto Realisasi Menurut
Basis Kas Penyesuaian Akrual
Informasi Akrual
Dok. Sumber
Tambah Kurang
1. Pendapatan Pajak-PPh
180,582,405,933 543,305,014
1,457,814,397 179,667,896,550
STP, SKPKB
2. Pendapatan Pajak-PPN
301,558,460,388 5,178,309,272
299,273,530 306,437,496,130
STP, SKPKB
3. Pendapatan Pajak-PPnBM
1,382,017,157 1,382,017,157
4. Pendapatan Pajak-Bunga
Penagihan 8,767,217
8,767,217 STP,
SKPKB
Universitas Sumatera Utara
4.2.8 Analisis Pelaporan Pendapatan Perpajakan Berbasis Akrual
Sebagaimana telah dijabarkan dalam PP 71 tahun 2010, sarana pelaporan pendapatan akrual adalah Laporan Operasional. Laporan ini akan menyajikan
ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh KPP Pratama Medan Kota untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Pendapatan LO akan disajikan menurut sumber pendapatan dimana untuk KPP Pratama Medan Kota di tahun
2010 sumber pendapatan adalah dari pendapatan perpajakan dan pendapatan bukan pajak.
Jurnal terhadap pendapatan perpajakan LO yang telah digambarkan sebelumnya, kecuali jurnal penutup, akan diposting ke dalam buku besar. Nilai
total pendapatan perpajakan akan dimasukkan ke dalam akun pendapatan perpajakan dan dirinci sesuai dengan klasifikasinya. Setelah itu dilakukan jurnal
penutup untuk menutup akun-akun nominal. Berikut ini laporan operasional KPP Pratama Medan Kota tahun 2011 sesuai dengan format yang disajikan oleh PP 71
tahun 2010:
Tabel 4.5 KPP PRATAMA MEDAN KOTA
LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER
2011 DAN 2010 No
Uraian 2011
2010 Kenaikan
Penurunan KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
Universitas Sumatera Utara
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3
Pendapatan Pajak Penghasilan 178,933,359,567
xxx xxx
xxx
4
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah
307,554,450,470
xxx xxx
xxx
………. ……….
………. ……….
……….
Total nilai pendapatan LO KPP Pratama Medan Kota selama tahun 2011 yang bersumber dari pendapatan perpajakan dan pendapatan Negara bukan pajak akan
ditandingkan dengan beban LO yang juga diakui dengan menggunakan basis akrual. Selisihnya akan dimasukkan ke dalam akun surplusdefisit. Nilai
surplusdefisit akan diposting ke dalam laporan perubahan ekuitas.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN