Penganggaran berbasis akrual Periode Reformasi

akrual atau tidak pada periode waktu tertentu. Oleh karena itu dimungkinkan untuk menerapkan rancangan yang berbeda pada tiap entitas, bergantung pada tipe dan ukuran masing-masing entitas. Tiap entitas memiliki pendekatan masing- masing dalam penerapan akuntansi berbasis akrual.

c. Laporan Pemerintah Secara Keseluruhan

Ketika pemerintah menentukan untuk mengimplementasikan Laporan Pemerintah secara keseluruhan, terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh. Laporan pemerintah yang pertama berbasis akrual bisa saja dibutuhkan pada saat yang sama dengan kebutuhan akan laporan akrual yang pertama sekali dibentuk masing-masing entitas. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan adanya jeda waktu antara penerapan akuntansi akrual di tiap entitas dengan penerapan akuntansi akrual pemerintah secara keseluruhan.

d. Penganggaran berbasis akrual

Jika penganggaran akrual telah dinyatakan sebagai bagian dari reformasi dalam beberapa kasus, penganggaran akrual tidak diadopsi perubahan dalam proses penganggaran akan terjadi pada saat yang sama ketika adopsi pelaporan keuangan menggunakan basis akrual. Meksipun demikian, di beberapa aturan, implementasi penganggaran akrual dapat terjadi setelah beberapa waktu implementasi basis akrual untuk pelaporan keuangan.

e. Periode Reformasi

Biasanya, sumber daya yang tersedia atau keberadaan komitmen politik akan menentukan rentang waktu reformasi akuntansi berbasis akrual. Lamanya periode dapat bervariasi, tergantung yurisdiksi yang berlaku di Negara masing- Universitas Sumatera Utara masing. Reformasi dapat berlangsung dalam waktu pendek satu sampai tiga tahun, menengah empat sampai enam tahun, atau panjang lebih dari enam tahun. Transisi menuju akuntansi berbasis akrual merupakan proyek utama di kebanyakan pemerintahan dunia. Sebagaimana proyek besar lainnya, transisi ini membutuhkan perencanaan yang hati-hati dan manajemen yang baik. Transisi akan berjalan dengan mulus jika tersedia hal-hal berikut: a. Mandat yang jelas b. Komitmen politik c. Komitmen entitas pusat dan pejabat kunci d. Sumber daya yang andal manusia dan keuangan; e. Struktur manajemen proyek yang efektif f. Kapasitas teknologi dan sistem informasi yang memadai g. Penggunaan undang-undang

2.2.8 Penerapan Akuntansi Sektor Publik Berbasis Akrual di Beberapa Negara

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, transisi menuju akuntansi sektor publik berbasis akrual merupakan salah satu prioritas dalam reformasi keuangan di banyak Negara. Dalam proses penerapan akuntansi sektor publik berbasis akrual terdapat beberapa sikap yang berbeda yang diambil masing- masing Negara. Menurut Widjajarso 2010,5 terdapat tiga sikap yang umumnya diambil, yaitu: 1. Basis akrual untuk akuntansi dan anggaran. Negara-negara Kanada, Italia, Inggeris, dan Selandia Baru adalah contoh negara yang Universitas Sumatera Utara menerapkan basis akrual baik untuk akuntansi maupun anggarannya. Negara-negara tersebut ingin menerapkan secara total basis akrual, baik dalamakuntansinya maupun dalam penganggarannya, karena sistem yang dikembangkan akan disinkronisasikan antara perlakuan akuntansi sejak dari hulu penganggarannya. 2. Basis akrual untuk akuntansi dan basis kas untuk anggaran. Amerika Serikat dan Spanyol adalah contoh negara yang menerapkan basis akrual untuk akuntansinya, meskipun belum seluruh state local governments menerapkan basis akrual untuk anggarannya. Dalam kelompok ini, masih terdapat variasi penyikapan lain, yakni negara-negara ini telah menerapkan basis akrual hanya untuk kementerianlembaga,tetapi belum laporan konsolidasian, misalnya Jepang, Portugal dan Swiss. Negara- negara tersebut diatas merasa bahwa masalah akuntansi dapat dilepaskan dengan masalah penganggaran, sehingga dalam anggaran dirasa tidak perlu berbasis akrual. 3. Basis Kas untuk akuntansi dan untuk anggaran. Negara-negara dalam kelompok ini belum menerapkan basis akrual yang ternyata masih cukup banyak, seperti misalnya Jerman, Austria, Ceko, Luxemburg, Meksiko, Norwegia, Slovakia, dan Turki. Negara-negara tersebut masih menerapkan basis kas baik untuk akuntansinya maupun untuk anggarannya, karena mereka berprinsip bahwa operasional kegiatan pemerintahan tertuju pada peningkatan pelayanan, bukan pada operasional sistem, sehingga apa pun pilihannya disesuaikan dengankondisi masing-masing negara. Standar yang dikembangkan oleh lembaga internasional pun, seperti IPSASB memberikan pilihan. Pada bagian ini, penulis akan memaparkan beberapa pengalaman Negara lain dalam penerapan akuntansi berbasis akrual serta beberapa hal yang dapat diadopsi oleh pemerintah Indonesia dalam proses penerapan basis akrual.

2.2.4.1 Penerapan Akuntansi Akrual Di Selandia Baru

Selandia Baru merupakan salah satu Negara yang paling awal dalam melakukan reformasi akuntansi menuju basis akrual. Reformasi akuntansi di Selandia Baru tergolong berhasil karena adanya usaha dan komitmen yang tinggi dari mulai level tertinggi strategis hingga level terendah operasional. Universitas Sumatera Utara Keberhasilan reformasi ini membawa perubahan positif, terutama dari segi keuangan yang terbukti dengan terciptanya surplus anggaran 1994-1995 setelah Selandia Baru mengalami defisit selama 20 tahun. Dalam menerapkan basis akrual Selandia Baru menyiapkan aturan dan menjalankannya dalam beberapa fase. Fase yang dijalani Selandia Baru dalam penerapan akuntansi sektor publik berbasis akrual yaitu: 1. Fase marketisasi 1986-1991. Pada fase ini akuntansi serta penganggaran sektor publik berbasis akrual diperkenalkan. Hasilnya pada tahun 1991, semua departemen di Selandia Baru menggunakan akuntansi , biaya, dan anggaran dengan basis akrual penuh. 2. Fase strategi kolektif 1992-1996. Pada fase ini, Selandia Baru menjadi negara pertama yang berhasil membuat laporan keuangan seluruh instansi pemerintahan dengan basis akrual penuh. Fase ini juga ditandai dengan adanya diskusi terbuka dalam pembuatan kebijakan anggaran sehingga dapat ditentukan anggaran yang paling sesuai dengan kebutuhan tahun tersebut. 3. Fase Fase Kapasitas Adaptif 1997-Sekarang. Pada fase ini dilakukan evaluasi proses reformasi sistem akuntansi pemerintahan Selandia Baru serta dilakukan penguatan kapasitas stratejik.

2.2.4.2 Penerapan Akuntansi Akrual Di Swedia

Swedia juga termasuk Negara pionir dalam penerapan akuntansi berbasis akrual. Hal ini terbukti dengan penerapan basis akrual di tingkat kementerian pada tahun 1993, dan tingkat konsolidasi setahun setelahnya. Pengembangan dan Universitas Sumatera Utara penerapan akuntansi berbasis akrual berjalan mulus karena tidak ada perdebatan di pemerintah dan tidak ada penolakan dari kementerian. Menurut Simanjuntak 2010,3 standar akuntansi berbasis akrual di Swedia memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1. Standar akuntansi berbasis akrual mencakup pemerintah secara keseluruhan dan kementerianlembaga. 2. Standar akuntansi berbasis akrual yang diterapkan dapat dikelompokkan sebagai relatively full accrual accounting. Pengecualian hanya terhadap perlakuan aset bersejarah heritage asset dan pajak. 3. Penggunaan nilai historis. 4. Setiap kementerianlembaga menyiapkan Laporan Operasional, Neraca, Laporan Dana dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penganggaran akrual tidak diterapkan di Swedia meskipun keinginan penerapan akrual telah ada sejak 1960. Setelah dilakukan berbagai studi, Departemen Keuangan Swedia memutuskan untuk membatalkan penerapan penganggaran berbasis akrual dengan alasan penerapan dual system sistem akuntansi berbasis akrual dan penganggaran berbasis kas telah sesuai dengan perkembangan internasional.

2.2.4.3 Penerapan Akuntansi Akrual Di Australia

Seperti halnya Selandia Baru, Australia juga telah lama menerapkan akuntansi akrual untuk lingkungan pemerintahan. Hanya saja reformasi akuntansi akrual di Australia lebih sederhana daripada Selandia Baru. Penerapan akuntansi akrual telah dimulai sejak 1995 dimana akuntansi akrual telah diimplementasikan di tingkat kementerianlembaga. Dilanjutkan di tahun 1997 dalam penerapan laporan konsolidasian akrual. Penerapan akutansi akrual di Australia juga melalui beberapa tahap, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Periode 1989-1992. Periode ini ditandai dengan penerapan akuntansi modifikasi kas. 2. Periode 1992-1994. Periode adalah periode dimana pemerintah menerapkan akuntansi akrual penuh. Pada periode ini menteri keuangan Australia mengumumkan agar setiap kementerian melaporkan dengan basis akrual paling lambat 30 Juni 1995. Pada periode ini juga dikeluarkan peraturan mengenai pedoman baru untuk laporan berbasis akrual yang diterapkan secara progresif mulai 1993. 3. Periode 1995 – setelahnya. Pada periode ini proses peralihan menuju akuntansi berbasis akrual penuh telah berlangsung stabil dan terukur. Implementasi akuntansi akrual penuh ditetapkan untuk tahun berakhir 30 Juni 1995. Keberhasilan ketiga Negara di atas dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam lingkungan pemerintah tak lepas dari komintmen politik yang tinggi, SDM yang mumpuni, serta teknologi informasi yang memadai. Ketiga persyaratan ini merupakan hal utama yang menjadi pendukung kesuksesan reformasi akuntansi akrual. Hal ini dapat diadopsi pemerintah Indonesia dalam reformasi akuntansi akrual secara penuh hingga akhir 2015 nanti. 2.3 Pengakuan, Pengukuran,dan Pengungkapan Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan dan Standar Akuntansi Internasional. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan pendapatan berdasarkan SAP menurut PP 71 tahun 2010. Selain itu juga akan dijelaskan tentang pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan pendapatan berdasarkan standar akuntansi sektor publik yang diterbitkan oleh Universitas Sumatera Utara IPSASB yang merupakan lembaga yang bertanggung jawab mengeluarkan International Publik Sektor Accounting Standards IPSAS yang merupakan standar internasional untuk akuntansi sektor publik.

2.3.1 Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan

Dalam PP 71 tahun 2010 Lampiran I.01 Kerangka Konseptual paragraf 84- 86, definisi pengakuan dan penjelasan tentang manfaat ekonomi adalah sebagai berikut 84 Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan-LO, dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait. 85 Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu : 1. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang bersangkutan; 2. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal. 86 Dalam menentukan apakah suatu kejadianperistiwa memenuhi kriteria pengakuan, perlu dipertimbangkan aspek materialitas. 87 Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan terjadi digunakan dalam pengertian derajat kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos atau kejadianperistiwa tersebut akan mengalir dari atau ke entitas pelaporan. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan operasional pemerintah. Pengkajian derajat kepastian yang melekat dalam arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan. Sedangkan penjelasan tentang pengukuran dapat ditemukan di PP 71 tahun 2010 Lampiran I.01 Kerangka Konseptual paragraf 98-99 sebagaimana berikut Universitas Sumatera Utara 98 Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. 99 Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Kriteria pengakuan umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun terkadang pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi apabila kriteria pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa atau keadaan lain di masa mendatang

2.3.1.1 Basis Akuntansi Pendapatan

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah berdasarkan PP 71 tahun 2010 pada dasarnya menganut basis akuntansi akrual sebagaimana disebutkan dalam pasal 4. Namun untuk masalah penganggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas. Oleh karena itu, terdapat dua jenis pelaporan yang melaporkan penggunaan sumber daya ekonomis suatu entitas, yaitu Laporan Operasional LO untuk melaporkan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah dengan basis akrual dan Laporan Realisasi Anggaran LRA untuk melaporkan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah dengan basis kas. Karena adanya pembagian pelaporan tersebut, maka pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu Pendapatan LO dan Pendapatan LRA Universitas Sumatera Utara

2.3.1.2 Definisi Pendapatan

Berdasarkan PP 71 tahun 2010, definisi pendapatan LRA adalah sebagai berikut: Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum NegaraBendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah Lampiran I.01 Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan paragraf 62. Pendapatan-LRA juga dapat didefinisikan sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum NegaraDaerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah Lampiran I.02 PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan paragraf 8 Sedangkan definis pendapatan LO adalah sebagaimana berikut: Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih Lampiran I.01 Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan paragraf 79. Pendapatan-LO juga dapat didefinisikan sebagai hak pemerintah pusatdaerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali Lampiran I.02 PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan paragraf 8.

2.3.1.3 Pengakuan pendapatan

1. Pendapatan LRA Berdasarkan PP 71 tahun 2010, pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum NegaraDaerah Lampiran I.03 PSAP No 02 LRA Berbasis Kas paragraf 21. Hal ini berarti berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum NegaraDaerah atau oleh entitas pelaporan. Namun demikian, bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. Universitas Sumatera Utara 2. Pendapatan LO Untuk pendapatan LO, PP 71 tahun 2010 menyatakan dalam Lampiran I.13 PSAP 12 Laporan Operasional paragraf 19 bahwa Pendapatan-LO diakui pada saat: a Timbulnya hak atas pendapatan; b Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Hal ini berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum NegaraDaerah atau oleh entitas pelaporan. Penjelasan berikutnya tentang saat pengakuan pendapatan LO dapat dilihat pada paragraf 20-22 Lampiran I.13 PSAP 12 sebagaimana berikut 20Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan. 21 Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan, diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan. 22 Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan 2.3.1.4 Pengukuran Pendapatan Berdasarkan PP 71 tahun 2010 Lampiran I.01 Kerangka Konseptual paragraf 99 dinyatakan “Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah” Universitas Sumatera Utara

2.3.1.5 Pengungkapan Pendapatan

1. Pendapatan LRA Aturan dalam pengungkapan pendapatan LRA berdasarkan Lampiran I.03 PSAP 02 PP 71 tahun 2010 paragraf 22-29 adalah sebagai berikut: 22 Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan 24 Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya setelah dikompensasikan dengan pengeluaran 25 Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto biaya bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan 27 Pengembalian yang sifatnya sistemik normal dan berulang recurring atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA 28 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang non recurring atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan- LRA pada periode yang sama 29 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang non recurring atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut 2. Pendapatan LO Aturan dalam pengungkapan pendapatan LO berdasarkan Lampiran I.13 PSAP 12 PP 71 tahun 2010 paragraf 23-31 adalah sebagai berikut: 23 Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan 26 Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya setelah dikompensasikan dengan pengeluaran 27 Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto biaya bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan Universitas Sumatera Utara 29 Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang recurring atas pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan 30 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang non recurring atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama 31 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang non recurring atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. 2.3.2 Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional IPSAS No. 23 Pada standar IPSAS, terdapat dua jenis pendapatan, yaitu pendapatan dari transaksi pertukaran Revenue from exchange transaction yang diatur dalam IPSAS No.9, dan pendapatan dari transasksi non pertukaran revenue from non exchange transaction yang diatur dalam IPSAS No. 23. Contoh dari pendapatan transaksi pertukaran adalah pendapatan dari penjualan asset Negara atau dari pemberian jasa. Sedangkan contoh dari pendapatan dari transaksi non pertukaran adalah pajak dan transfer. Karena pendapatan perpajakan masuk dalam kategori pendapatan non pertukaran, maka dalam skripsi ini standar internasional yang akan dibahas adalah standar dalam IPSAS No.23,khususnya tentang pendapatan perpajakan.

2.3.2.1 Basis akuntansi dan Ruang Lingkup

Basis akuntansi yang digunakan pada standar ini adalah basis akuntansi akrual. Standar akuntansi ini diterapkan pada seluruh entitas pemerintah kecuali BUMN. Standar akuntansi ini tidak berlaku untuk entitas kombinasi yang melakukan transaksi non pertukaran. Pendapatan yang diatur dalam standar ini Universitas Sumatera Utara adalah pendapatan non pertukaran, seperti pajak dan transfer, termasuk hibah, penghapusan utang, pemberian, dan hadiah.

2.3.2.2 Definisi Pendapatan

Berdasarkan IPSAS No.23: 1. Revenue comprises gross inflows of economic benefits or service potential received and receivable by the reporting entity, which represents an increase in net assetsequity, other than increases relating to contributions from owners paragraf 12. 2. Non-exchange transactions are transactions that are not exchange transactions. In a non-exchange transaction, an entity either receives value from another entity without directly giving approximately equal value in exchange, or gives value to other entity without directly receiving approximately equal value in exchange paragraf 7. 3. Taxes are economic benefits or service potential compulsorily paid or payable to public sector entities, in accordance with laws and or regulations, established to provide revenue to the government. Taxes do not include fines or other penalties imposed for breaches of the law paragraf 7. 4. Transfers are inflows of future economic benefits or service potential from non-exchange transactions, other than taxes. paragraf 7.

2.3.2.3 Pengakuan Pendapatan

Kriteria pengakuan pendapatan diatur dalam IPSAS No 23 paragraf 31 yaitu An inflow of resources from a non-exchange transaction, other than services in-kind, that meets the definition of an asset shall be recognized as an asset when, and only when: a It is probable that the future economic benefits or service potential associated with the asset will flow to the entity; and b The fair value of the asset can be measured reliably. Jadi pendapatan akan diakui jika ada kemungkinan besar bahwa aliran manfaat ekonomi atau potensi layanan terkait aliran asset ke entitas dan nilai wajar dari asset dapat diukur secara andal. Sebuah aliran sumber daya dari transaksi non- pertukaran yang diakui sebagai aset diakui sebagai pendapatan, kecuali terdapat kewajiban yang juga diakui sehubungan dengan aliran yang sama. Universitas Sumatera Utara

2.3.2.4 Pengukuran Pendapatan

Pengukuran pendapatan diatur dalam IPSAS No 23 paragraf 48, yaitu “Revenue from non-exchange transactions shall be measured at the amount of the increase in net assets recognized by the entity”. Pendapatan transaksi non pertukaran harus diukur pada jumlah kenaikan aktiva bersih yang diakui oleh entitas. Ketika, sebagai hasil dari transaksi non-pertukaran, suatu entitas mengakui aset, maka juga harus mengakui pendapatan yang ekivalen dengan jumlah aset yang diukur,kecuali entitas tersebut juga harus mengakui adanya kewajiban.

2.3.2.5 Pengungkapan Pendapatan

Berdasarkan IPSAS No 23 paragraf 106 dinyatakan informasi yang harus diungkapkan oleh entitas baik di muka, atau dalam catatan atas laporan keuangan: An entity shall disclose either on the face of, or in the notes to, the general purpose financial statements: a The amount of revenue from non-exchange transactions recognized during the period by major classes showing separately: i Taxes, showing separately major classes of taxes; and ii Transfers, showing separately major classes of transfer revenue. b The amount of receivables recognized in respect of non-exchange revenue; c The amount of liabilities recognized in respect of transferred assets subject to conditions; d The amount of assets recognized that are subject to restrictions and the nature of those restrictions; e The existence and amounts of any advance receipts in respect of non- exchange transactions; and f The amount of any liabilities forgiven. Selain itu, Berdasarkan IPSAS No 23 paragraf 107 Entitas harus mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a The accounting policies adopted for the recognition of revenue from non- exchange transactions; b For major classes of revenue from non-exchange transactions, the basis on which the fair value of inflowing resources was measured; Universitas Sumatera Utara c For major classes of taxation revenue which the entity cannot measure reliably during the period in which the taxable event occurs, information about the nature of the tax; and d The nature and type of major classes of bequests, gifts, donations showing separately major classes of goods in-kind received. Jadi dalam IPSAS No 23, jumlah pendapatan harus diungkapkan sesuai dengan klasifikasi pendapatan. Selain itu kebijakan akuntansi pendapatan juga harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan entitas. 2.4 Standar Akuntansi Pendapatan Perpajakan 2.4.1 Pengertian Pajak