Analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk, perusahaan kerupuk cap dua gajah, Indramayu, Jawa Barat

(1)

ii

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KERUPUK

PERUSAHAAN KERUPUK CAP DUA GAJAH

INDRAMAYU, JAWA BARAT

SKRIPSI

RINA KUSRINA H34062604

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

ii

RINGKASAN

RINA KUSRINA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk

Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor (di bawah bimbingan RATNA WINANDI). Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang sangat melimpah. Peranan

sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menyediakan bahan pangan hewani, menyediakan bahan baku untuk mendorong agroindustri, meningkatkan devisa melalui penyediaan ekspor perikanan, menyediakan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009). Jawa Barat memiliki potensi sektor perikanan yang sangat besar, baik perikanan darat maupun perikanan lepas pantai yang tidak hanya mencukupi untuk kebutuhan lokal, namun juga diekspor ke luar negeri. Salah satu daerah potensial di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu. Produksi perikanan Indramayu yang menyumbang 32,87 persen dari produksi perikanan Jawa Barat yaitu sebesar 94,6 ribu ton pada tahun 2007. Pengembangan Industri hasil perikanan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional di sektor perindustrian. Industri pengolahan ikan di Indramayu yang potensial adalah industri pengolahan kerupuk ikan/udang yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah unit usaha dalam setiap tahunnya. Di kabupaten Indramayu, industri pengolahan ikan yang memiliki produksi paling tinggi adalah produksi pengolahan kerupuk ikan yaitu sebesar 3,5 ribu ton atau sebesar 45,20 persen dari seluruh total produksi olahan hasil perikanan. Salah salah satu desa yang merupakan sentra industri pengolahan kerupuk ikan/udang adalah Desa Kenanga Kecamatan Sindang. Salah satu perusahaan yang memproduksi kerupuk ikan/udang di Desa Kenanga Kecamatan Sindang adalah Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang mengolah kerupuk ikan/udang dengan jumlah produksi terbesar di Indramayu (Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, 2010). Pada tahun 2009 perusahaan ini melakukan penambahan teknologi mesin terutama pada bidang produksi untuk meningkatkan produksinya agar dapat memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk melihat sejauh mana manfaat bersih yang diperoleh perusahaan dengan adanya penambahan teknologi tersebut.

Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Desa Kenanga Kecamatan Sindang. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Juli hingga Agustus 2010. Penelitian ini menggunakan Analisis Kelayakan Investasi baik finansial ataupun non-finansial.

Analisis aspek non finansial meliputi analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan. Dari hasil analisis dari aspek non finansial, usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat dikatakan layak, kecuali pada aspek lingkungan. Analisis aspek lingkungan dikatakan tidak layak karena usaha tersebut menimbulkan pencemaran lingkungan. Perusahaan perlu melakukan perbaikan dalam aspek lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat. Hasil analisis pada aspek finansial usaha pengolahan kerupuk


(3)

iii

ikan/udang dengan adanya penambahan teknologi ini layak untuk dijalankan. Dapat dilihat dari nilai NPV sebesar Rp2,74 milyar, IRR sebesar 26 persen, Net

B/C sebesar 2,37 dan PP selama enam tahun, dua bulan, 22 hari. Analisis sensitivitas dilakukan jika terjadi kenaikan harga ikan sebesar 17 persen dan tepung tapioka sebesar 25 persen. Pemilihan persentase kenaikan harga tersebut merupakan kenaikan harga yang pernah dialami oleh perusahaan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa bahwa usaha pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah tidak sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku ikan/udang sebesar 17 persen dan tepung tapioka sebesar 25 persen, sehingga perusahaan masih layak menjalankan usahanya. Hal ini, dapat dilihat dari nilai kriteria investasinya yaitu, jika terjadi kenaikan harga ikan/udang sebesar 17 persen akan mengakibatkan nilai NPV sebesar Rp37 juta, IRR sebesar 12,2 persen, dan Net B/C sebesar 1,01 yang berarti bahwa ketika harga ikan naik sebesar 17 persen perusahaan masih layak menjalankan usahanya, namun jika harga ikan naik lebih dari 17 persen usahanya menjadi tidak layak. Jika terjadi kenaikan harga tepung tapioka sebesar 25 persen akan mengakibatkan nilai NPV sebesar Rp352 juta, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,17 yang berarti bahwa ketika harga tepung tapioka naik sebesar 25 persen perusahaan masih layak menjalankan usahanya, namun jika harga ikan naik lebih dari 17 persen usahanya menjadi tidak layak. Nilai analisis sensitivitas tersebut juga menunjukkan bahwa kenaikan harga bahan baku ikan lebih sensitif daripada kenaikan harga bahan baku tepung tapioka.

Dari hasil analisis finansial dan non finansial, usaha pengolahan kerupuk Perusahan kerupuk Cap Dua Gajah dikatakan layak. Namun demikian, perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan terhadap pengelolaan aspek lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat setempat yaitu dengan membuat tempat untuk pengolahan limbah pabrik beserta salurannya agar tidak mencemari sungai yang digunakan warga sekitar.


(4)

iv

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KERUPUK

PERUSAHAAN KERUPUK CAP DUA GAJAH

INDRAMAYU, JAWA BARAT

Rina Kusrina H34062604

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(5)

v

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk Perusahaan Kerupuk

Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat

Nama : Rina Kusrina

NIM : H34062604

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ratna Winandi, M.S

NIP. 19530718 197803 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1002


(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir.

Bogor, April 2011

Rina Kusrina H34062604


(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 19 Februari 1989 sebagai anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Nata dan Ibu Dayem.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Juntinyuat IV pada tahun 2000 dan pendidikan menengah di SLTP N 1 Juntinyuat-Indramayu pada tahun 2003. Pendidikan menengah atas di SMAN 1 Sindang-Indramayu diselesaikan pada tahun 2006. Penulis juga menempuh pendidikan informal pendidikan Bahasa Inggris (English Course) di GET- House Indramayu pada tahun 2003

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajamen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai Koordinator Danus Deputi BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) IPB tahun 2007/2008 dan tahun 2008/2009, Sekretaris Divisi Eksternal SES-C (Shariah Economics Student Club) tahun 2007/2008, Bendahara IKADA (Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Darma Ayu) tahun 2007/2008, Divisi Koperasi IKADA (Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Darma Ayu) tahun 2008/2009, Koordinator Event Organizer Deputi BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) IPB tahun 2009/2010, Ketua Umum IKADA (Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Darma Ayu) tahun 2009/2010, Sekretaris AMIN (Aliansi Mahasiswa Indramayu se-Nusantara) tahun 2010, dan BPO (Badan Pengawas Organisasi) IKADA tahun 2010/2011 serta berbagai kepanitiaan dalam berbagai acara skala lokal daerah, kampus maupun nasional. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai Asisten Dosen MK Sosiologi Umum Periode 2008/2009 dan 2009/2010, Penerima Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) tahun 2006-2010, dan Penerima Beasiswa Bank Ekspor Indonesia tahun 2008.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. Atas segala berkah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kerupuk ikan/udang merupakan produk unggulan Kabupaten Indramayu. Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan potensi perikanan Indramayu yang dapat menyediakan bahan baku bagi usaha pengolahan tersebut. Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang dapat dikembangkan dengan penggunaan teknologi baru. Penggunaan teknologi baru membuat perusahaan menambah investasinya sehingga akan berpengaruh pada aspek kelayakan usaha pengolahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang baik dari segi finansial maupun non finansial serta menganalisis sensitivitas usaha tersebut akibat adanya perubahan baik input maupun output.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah baik secara finansial maupun non finansial layak untuk dijalankan, namun perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan terhadap pengelolaan aspek lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat setempat.

Bogor, April 2011


(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ratna Winandi, M.S selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Tintin Sarianti, S.P, M.M selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Eva Yolynda, S.P, M.M selaku dosen penguji komdik yang telah meluangkan

waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Bapak H.Saein dan seluruh keluarga besar Perusahaan Kerupuk Cap Dua

Gajah atas semua bantuan yang diberikan selama penelitian.

5. Pihak Pemerintah Kabupaten Indramayu, Kecamatan Sindang dan Desa

Kenanga atas bantuan, izin, waktu, dan kesempatan yang diberikan.

6. Dr. Dra. Waysima, M.M yang telah menjadi konselor penulis selama kuliah di IPB.

7. Ir. Lusi Fausia, M.Ec yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh

dosen dan staf Departemen Agribisnis.

8. Orang tua dan kakak-kakak tercinta untuk setiap doa dan dukungan yang telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik.

9. Teman-teman Agribisnis seperjuangan angkatan 43 atas semangat dan

kenangan selama perkuliahan dan penelitian.

10. Dan untuk semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, April 2011 Rina Kusrina


(10)

x

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan ... 9

1.4 Manfaat ... 9

1.4 Ruang Lingkup ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Gambaran Umum Kerupuk ... 11

2.2 Definisi agribisnis dan Agroindustri……… 15

2.3 Pengertian Industri ……….. 15

2.4 Usaha Kecil dan Menengah ………. 16

2.5 Perusahaan Perseorangan ……… 18

2.6 Penelitian Terdahulu ... 19

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1 Analisis Kelayakan Bisnis ... 21

3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Bisnis ... 22

3.1.2.1 Aspek Pasar... 23

3.1.2.2 Aspek Teknis ………... 24

3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum ………... 27

3.1.2.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 27

3.1.2.5 Aspek Lingkungan ... 28

3.1.3 Aspek Finansial ... 28

3.1.3.1 Biaya dan Manfaat …... 29

3.1.3.2 Kriteria Kelayakan Investasi ... 31

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

IV METODE PENELITIAN ... 35

4.1 Lokasi dan Waktu ... 35

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 35

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 36

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 36

4.4.1 Analisis Kelayakan Non Finansial ... 37

4.4.2 Aspek Kelayakan Finansial ……... 39

4.5 Definisi Operasional ……… 42

4.6 Asumsi Dasar ………... 43

V GAMBARAN UMUM USAHA ... …... 45

5.1 Lokasi Perusahaan ………..……... 45

5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 45


(11)

xi

5.4 Proses Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang …………. ... 50

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

6.1 Analisis Aspek Non Finansial ... 53

6.1.1 Aspek Pasar …………... 53

6.1.2 Aspek Teknis…... 62

6.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum ………... 72

6.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ……… 76

6.1.5 Aspek Lingkungan ……… 78

6.2 Analisis Kelayakan Finansial ….. ... 80

6.2.1 Proyeksi Arus Kas (Casflow) ... 80

6.2.2 Analisis Laba Rugi ………... 92

6.2.3 Analisis Kelayakan Investasi.………. 93

6.2.4 Analisis Sensitivitas ………... 96

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

7.1 Kesimpulan ... 100

7.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Volume Pengolahan Ikan Produk Produk Hasil Olahan

Perikanan Kabupaten Indramayu Tahun 2009 ……... ... 3

2. Perusahaan Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang di Kabupaten Indramayu Tahun 2009 ... 5

3. Jumlah Produksi, Nilai Penjualan, Keuntungan, Harga jual rata-rata dan Pengeluaran Bahan Baku Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ... 6

4. Kandungan Gizi Kerupuk Ikan ... 12

5. Data Permintaan dan Penawaran Kerupuk Udang/Ikan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Tahun 2010... 54

6. Daftar Harga Kerupuk Udang/Ikan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Periode Agustus Tahun 2010... 58

7. Rincian Pekerjaan Karyawan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah 75 8. Rekapitulasi Total Produksi dan Nilai Penjualan Kerupuk ...…….. 83

9. Investasi pada Awal Tahun Selain Mesin dan Peralatan …………. 85

10.Re-investasi Selama Umur usaha ………..……….……. 85

11.Nilai Investasi Peralatan dengan Umur Ekonomis Lima Tahun …. 86

12.Nilai Investasi Tambahan pada Tahun Keenam ….………...…….. 86

13.Nilai Sisa pada Akhir Periode Umur Usaha ……… 87

14.Rincian Biaya Karyawan per Tahun (Rupiah)... 89

15.Rekapitulasi Proyeksi Laba/Rugi………... 92


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional... 34

2. Bangunan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ………... 45

3. Struktur Organisasi Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah…………. 48

4. Diagram Alir Proses Pengolahan Kerupuk Udang/ikan ……… 52

5. Kerupuk Ikan/Udang ………...……….. 56


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perbedaan, Persaamaan Penelitian yang dilakukan dengan

Penelitian Sebelumnya ………... 105

2. Kuisioner Penelitian ………... 107

3. Layout Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ... 114

4. Layout Fasilitas Bangunan Pabrik…..……… 115

5. Proyeksi Penerimaan dan Nilai Penjualan …... 116

6. Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan ... 117

7. Biaya Tetap Selain Biaya untuk karyawan... 120

8. Biaya Variabel ... 121

9. Proyeksi Laba Rugi ………... 122

10.Cashflow ……… 125

11.Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas……….. 130


(15)

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi perikanan sangat melimpah karena sebagian besar wilayahnya adalah lautan atau perairan. Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan Indonesia pada tahun 2010 mencapai 10,83 juta ton dan pada tahun 2011 ditargetkan mencapai 12,26 juta ton1. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menyediakan bahan pangan hewani, menyediakan bahan baku untuk mendorong agroindustri, meningkatkan devisa melalui penyediaan ekspor perikanan, menyediakan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009).

Dilihat dari pasar luar negeri yang sangat menyenangi produk perikanan yang berasal dari Indonesia karena ikan Indonesia tumbuh di daerah yang beriklim tropis sehingga kandungan kolesterolnya yang sangat rendah membuat kualitas ikan Indonesia memiliki daya saing tinggi di pasar internasional. Sehingga sumber daya ikan yang unggul itu menjadi peluang yang sangat menjanjikan untuk mencapai agribisnis perikanan yang unggul.

Jawa Barat memiliki potensi sektor perikanan yang sangat besar, baik perikanan darat maupun perikanan lepas pantai yang tidak hanya mencukupi untuk kebutuhan lokal, namun juga diekspor ke luar negeri. Saat ini tingkat konsumsi hasil perikanan di Jawa Barat baru mencapai 25,7 kg per kapita per tahun yaitu sekitar 85 persen dari konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang mencapai 30,17 kg per kapita dan masih dibawah anjuran Pola Pangan Harapan sebesar 31,40 kg per kapita. Sedangkan jumlah produksi perikanan Provinsi Jawa Barat ini terus meningkat dalam setiap tahunnya. Sebagai contoh Tahun 2007 produksi perikanan Jawa Barat 500.000 ton, dan pada 2008 meningkat hingga mencapai 600.000 ton atau mengalami peningkatan sebesar 20 persen (Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2009).

1

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Potensi Perikanan Indonesia 2010.


(16)

2

Peningkatan jumlah produksi perikanan Jawa Barat yang terus meningkat ini merupakan suatu keunggulan tersendiri bagi Provinsi Jawa Barat yang berkontribusi bagi produksi nasional sehingga sejalan dengan Visi Kementrian Kelautan dan Perikanan yaitu “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015”.

Salah satu daerah potensial di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu. Indramayu sebagai daerah pantai utara dengan panjang pantai 114 kilometer memiliki potensi yang besar di bidang perikanan, baik itu perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap yang didapatkan dari sumber daya lautnya (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2009). Produksi perikanan Indramayu yang menyumbang 32,87 persen dari produksi perikanan Jawa Barat yaitu sebesar 94.614,72 ton pada tahun 2007. Pada tahun 2008 kontribusi perikanan Indramayu terhadap Jawa Barat meningkat menjadi 147.415,78 ton yaitu sebesar 32,92 persen dari total produksi perikanan provinsi Jawa Barat (Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2009). Kontribusi produksi perikanan Indramayu merupakan produksi tertinggi dari 25 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Produksi ikan laut Provinsi Jawa Barat sepertiganya berasal dari Kabupaten Indramayu yaitu mencapai 37,2 persen (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009).

Pengembangan Industri hasil perikanan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional di sektor perindustrian. Industri pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu bagian dari agroindustri yang sangat berpeluang memilki daya saing kuat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Agroindustri hasil perikanan yang sudah berkembang baik dalam skala besar/menengah maupun skala kecil adalah industri pengolahan ikan, pembekuan ikan, pengolahan tepung ikan, penggaraman ikan, pengasapan ikan, pengolahan kerupuk ikan, serta pengolahan dan pengawetan ikan lainnya.

Pengolahan pada hakikatnya mempunyai fungsi untuk memaksimumkan

manfaat hasil tangkapan, meningkatkan nilai tambah ekonomi dan

memperpanjang daya tahan simpanan, serta mendiversifikasikan kegiatan dan komoditas yang dihasilkan sehingga sangat berpengaruh terhadap keadaan sosial ekonomi nelayan. Dalam posisinya pada sembilan bahan pokok, olahan ikan juga


(17)

3

berperan sangat besar dalam masalah gizi dan kesehatan masyarakat, disamping sumbangannya bagi pendapatan devisa negara (Ilyas, 1979). Industri pengolahan ikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah ikan dan termasuk kedalam sub sektor agribisnis hilir karena mengolah ikan segar dari nelayan menjadi produk hasil olahan yang lebih tahan lama dan terdiversifikasi.

Salah satu olahan ikan adalah kerupuk ikan. Kerupuk ikan digunakan sebagai salah satu penunjang makanan, yang dikonsumsi sehari-hari karena mengandung nilai gizi yang tinggi sehingga banyak dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat. Nilai gizi yang tertinggi terdapat pada karbohidrat yaitu sebesar 65,6 persen dan nilai gizi yang terendah terdapat pada zat besi yaitu sebesar 0,1 mg/100g (Saraswati, 1986). Tabel 1 menunjukkan volume pengolahan ikan produk olahan hasil perikanan Kabupaten Indramayu pada tahun 2009.

Tabel 1. Volume Pengolahan Ikan Produk Olahan Hasil Perikanan Kabupaten Indramayu Tahun 2009

No Jenis Olahan Jumlah (Ton) Persentase (%)

1 Produk segar/ bandeng 96 1,24

2 Pengalengan 60 0,77

3 Pembekuan 85 1,10

4 Penggaraman/pengeringan 2360 30,48

5 Pemindangan 500 6,46

6 Pengasapan 50 0,65

7 Fermentasi 350 4,52

8 Pereduksian - 0,00

9 Surimi - 0,00

10 Kerupuk Ikan/udang 3500 45,20

11 Sirip Hiu 120 1,55

12 Hypio 60 0,77

13 Fillet Kuniran 12 0,15

14 Perebusan 240 3,10

15 Baso Ikan 10 0,13

16 Jenis Masakan Ikan 300 3,87

Total 7743 100

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2010 (data diolah)

Tabel 1 diatas menginformasikan tentang produk hasil olahan perikanan guna meningkatkan nilai tambah produk agribisnis perikanan di Indramayu. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jenis olahan yang memiliki produksi paling


(18)

4

tinggi adalah produksi pengolahan kerupuk ikan yaitu sebesar 3500 ton atau sebesar 45,20 persen dari seluruh total produksi olahan hasil perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk ikan/udang merupakan usaha agribisnis perikanan yang potensial pada sub sektor pengolahan hasil perikanan.

Kerupuk ikan dan udang merupakan produk agribisnis yang dijadikan sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Indramayu dan sampai saat ini masih terus berkembang. Hal ini dapat terlihat dari jumlah unit usaha pengolahan kerupuk ikan atau udang yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 jumlah perusahaan yang tercatat memiliki izin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan yaitu sebanyak 45 unit usaha, kemudian pada tahun 2004 jumlah perusahaan tersebut bertambah menjadi sebanyak 53 unit usaha, dan pada tahun 2009 jumlah perusahaan kerupuk ikan/udang menjadi sebanyak 62 unit usaha (Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2010). Perusahaan Kerupuk yang ada di Indramayu tidak hanya memproduksi kerupuk ikan/udang, tetapi juga memproduksi kerupuk lainnya seperti kerupuk aci dan kerupuk kulit ikan.

Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Indramayu termasuk kedalam Industri Kecil Menengah (IKM). Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dari total sebanyak 62 unit usaha pengolahan kerupuk, 49 unit usaha diantaranya merupakan perusahaan yang tergolong dalam perusahaan skala kecil. Dengan demikian, dalam industri pengolahan kerupuk ikan/udang yang ada di Indramayu ini perusahaan yang termasuk dalam perusahaan skala menengah berdasarkan tenaga kerjanya yaitu dengan tenaga kerja lebih dari sama dengan 20 orang berjumlah sebanyak 13 unit usaha. Peningkatan jumlah unit usaha dalam setiap tahun pada industri pengolahan kerupuk ikan/udang ini menunjukkan bahwa industri pengolahan kerupuk ikan/udang tersebut merupakan industri dalam bidang pengolahan hasil perikanan yang potensial. Hal ini sejalan dengan potensi perikanan Kabupaten Indramayu yang memiliki kontribusi terbesar untuk produksi perikanan Provinsi Jawa Barat. Tabel 2 menginformasikan perusahaan kerupuk ikan/udang skala menengah di Indramayu.


(19)

5

Tabel 2. Perusahaan Pengolah Kerupuk Ikan/Udang di Kabupaten Indramayu Tahun 2009

No Nama Perusahaan Jumlah Produksi/tahun (ton)

1 Candramawa 300

2 Gajah Tunggal 150

3 Bunga Matahari 240

4 Dua Mawar 324

5 Sri Tanjung 480

6 Perahu Kencana 300

7 Dua Naga 100

8 Kereta Kencana 100

9 Ganesha Utama Group 480

10 Dua Jempol 250

11 Kelapa Gading 450

12 Dua Gajah 720

13 Indrasari 545

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2010 (data diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan perusahaan dengan skala menengah yang memilki produksi terbesar diantara perusahaan-perusahaan kerupuk ikan/udang lainnya di Indramayu yaitu dengan total produksi kerupuk ikan/udang sebesar 720 ton yakni menyumbang 20,57 persen dari total produksi kerupuk ikan/udang di Kabupaten Indramayu (Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2010). Selain itu, Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah juga merupakan perusahaan pelopor yang mengolah produk hasil perikanan berupa ikan/udang menjadi kerupuk. Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah menjadi induk bagi perusahaan kerupuk lainnya yang ada di Indramayu dan mengalami perkembangan pesat mulai tahun 1989 sampai sekarang.

1.2 Perumusan Masalah

Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha pengolahan kerupuk ikan/udang yang ada dan berkembang di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu. Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah terus berupaya untuk meningkatkan produksinya sehingga pada tahun 2009 perusahaan tersebut melakukan penambahan teknologi. Penambahan teknologi ini dilakukan dalam hal teknologi produksi kerupuk yaitu menambah


(20)

6

teknologi mesin dalam rangka meningkatkan efisiensi proses produksi kerupuk di perusahaan tersebut. Adapun jumlah produksi, nilai penjualan, keuntungan, harga jual rata-rata dan pengeluaran kebutuhan input bahan baku Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat ditunjukkan oleh tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi, Nilai Penjualan, Keuntungan, Harga jual rata-rata dan Pengeluaran Bahan Baku Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Produksi (Ton)

384 396 408 420 444

Nilai Penjualan (Rp000)

3.340.000 4.435.200 5.181.600 5.754.000 7.326.000 Keuntungan

(Rp000)

460.000 672.200 734.400 882.000 932.400

∆ Keuntungan (%) - 31,57 8,47 16,73 5,41

Kebutuhan Input (Rp000)

2.880.000 3.762.000 4.447.200 4.872.000 6.393.000 Produktivitas

(Rp/kg)

7.500 9.500 10.900 11.600 14.397

∆Produktivitas (%) - 26,67 14,74 6,42 24,11

Harga Jual Rata-rata (Rp/kg)

8.700 11.200 12.700 13.700 16.500

Sumber: Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah, 2010 (data diolah)

Dari Tabel 3. diatas dapat diketahui bahwa jumlah produksi (ton) untuk setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2005-2008 jumlah produksi meningkat 12 ton/tahun, sedangkan pada tahun 2009 jumlah produksi meningkat 24 ton dari tahun sebelumnya, hal ini terjadi karena perusahaan melakukan penambahan teknologi dalam proses produksi pengolahan kerupuk ikan/udang tersebut. Adapun nilai penjualan dan kebutuhan input bahan baku mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya, artinya berkorelasi positif dengan jumlah produksi. Peningkatan jumlah produksi diikuti peningkatan nilai penjualan dan kebutuhan input bahan baku. Pada tabel 3 juga dapat dilihat, harga jual rata-rata hasil produksi setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini sejalan dengan adanya peningkatan kebutuhan input bahan baku dalam setiap tahunnya. Adapun produktivitas perusahaan diperoleh dari ratio kebutuhan input dengan jumlah produksi, dari tabel tersebut diperoleh nilai produktivitas yang selalu mengalami peningkatan dalam setiap tahun. Produktivitas rata-rata meningkat sebesar 17,98


(21)

7

persen per tahun dan pada tahun 2009 produktivitas meningkat sebesar 24,11 persen, artinya dengan adanya penambahan teknologi yang dilakukan, perusahaan dapat meningkatkan produktivitasnya sebesar 24,11 persen. Sedangkan pada data keuntungan perusahaan, dapat dilihat terjadi peningkatan dalam setiap tahunnnya, peningkatan keuntungan berbeda-beda tiap tahunnya, namun dapat dilihat perubahan peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 justru mengalami peningkatan dengan perubahan peningkatan yang lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,41 persen (lebih rendah dari peningkatan keuntungan rata-rata pertahun yaitu sebesar 15,55 persen), padahal pada tahun 2009 tersebut perusahaan mulai menambah teknologi produksinya dengan penggunaan teknologi mesin.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan selisih total penerimaan dengan total biaya pada perusahaan. Jumlah produksi mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapatkan oleh sebuah perusahaan. Produksi berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan, artinya semakin tinggi jumlah produksi maka keuntungan yang didapatkan akan semakin besar, cateris paribus. Adapun kebutuhan biaya produksi berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan. Semakin tinggi biaya produksi maka akan semakin rendah keuntungan yang didapatkan. Dengan demikian, perubahan peningkatan keuntungan yang lebih rendah dari tahun sebelumnya dapat terjadi karena perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih besar terutama untuk investasi penambahan teknologi yang dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilihat sejauh mana pengaruh adanya penambahan teknologi dan investasi yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat kelayakannya. Dalam hal ini, penambahan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan menjadikan perusahaan agar semakin efektif dan efisien, sehingga perlu diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan di waktu yang akan datang sehingga dibutuhkan analisis tingkat kelayakan dengan kondisi adanya penambahan teknologi.

Adanya penambahan teknologi mesin yang dilakukan, Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah mengharapkan ada manfaat tambahan yang dapat


(22)

8

diperoleh oleh perusahaan. Sehingga perlu ditinjau tingkat kelayakan usaha pengolahan kerupuk yang telah dilakukan oleh perusahaan baik sebelum adanya penambahan teknologi maupun setelah adanya penambahan teknologi.

Keuntungan perusahaan sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan biaya produksi. Penurunan jumlah produksi dan peningkatan biaya produksi akan membuat keuntungan yang diterima perusahaan semakin berkurang, sehingga perusahaan harus melihat perubahan yang terjadi pada input dan output perusahaan tersebut. Berdasarkan riwayat perusahaan, seperti terlihat pada tabel 3, perusahaan tidak pernah mengalami penurunan produksi sehingga penurunan jumlah produksi merupakan faktor yang kurang sensitif terjadi pada perusahaan. Faktor biaya, terutama biaya bahan baku utama (ikan dan tepung tapioka) yang merupakan input bagi perusahaan tentu akan mengalami perubahan seiring dengan adanya inflasi. Umumnya, perubahan yang terjadi pada biaya input adalah perubahan harga (kenaikan harga) sehingga jika harga input mengalami kenaikan maka keuntungan perusahaan akan semakin berkurang karena perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memproduksi produknya. Oleh karena itu, pada penelitian ini juga akan dikaji bagaimana pengaruh perubahan harga input terhadap keuntungan perusahaan sehingga dibutuhkan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga input terhadap tingkat kelayakan perusahaan.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha agar dapat diketahui manfaat bersih yang diperoleh perusahaan dengan adanya penambahan teknologi. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui apakah usaha pengolahan kerupuk dengan teknologi mesin Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek non finansial dan finansial. Dari aspek finansial, pengukuran kelayakan menggunakan indikator NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan kerupuk ini juga dilakukan analisis dari berbagai aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh kenaikan harga bahan baku terhadap tingkat kelayakan perusahaan.


(23)

9

yang akan ditinjau dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi non-finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan)?

2. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PP)? 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha pengolahan kerupuk

ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah apabila terjadi perubahan input bahan baku?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan

Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi non-finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan)

2. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan

Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PP). 3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha pengolahan kerupuk

ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah apabila terjadi perubahan input bahan baku.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi mahasiswa, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi Perusahaan kerupuk ikan/udang berguna sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan dalam hal pengambilan keputusan dalam terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya.

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu, berguna sebagai bahan

pertimbangan dalam menetapkan kebijakan khususnya dalam


(24)

10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu yaitu pada perusahaan pengolahan kerupuk ikan/udang yakni Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Pembahasan yang dititikberatkan pada penelitian ini adalah bagaimana implikasi penambahan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan. Penambahan teknologi yang terjadi adalah teknologi dalam bidang produksi, yaitu menggunakan teknologi mesin dimana sebelumnya masih menggunakan tenaga manual. Dalam pembahasan ini akan dilihat manfaat bersih yang didapat dari adanya penambahan teknologi tersebut. Adanya penambahan teknologi berpengaruh terhadap aspek kelayakan perusahaan dalam menjalankan usahanya terutama dalam hal keuntungan yang diperoleh perusahaan. Analisis kelayakan yang dilakukan meliputi kelayakan perusahaan dengan kondisi adanya penambahan teknologi pada pertengahan umur usaha sehingga manfaat bersih yang diperoleh perusahaan dapat diketahui. Aspek kelayakan usaha tersebut ditinjau dari aspek finansial dan non finansial. Pada aspek finansial yang akan diteliti adalah pengukuran kelayakan menggunakan indikator NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Sedangkan pada aspek non-finansial, aspek yang akan diteliti adalah aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan.


(25)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Kerupuk

2.1.1. Pengertian Kerupuk

Menurut Standar Industri Indonesia (SII) No. 0272-90 kerupuk didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung tapioka dengan atau tanpa penambahan bahan makanan atau bahan tambahan makanan lainnya yang diijinkan, harus disiapkan dengan cara menggoreng atau memanggang sebelum. Kerupuk dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu kerupuk tidak berprotein dan kerupuk yang memiliki kandungan protein. Kerupuk tidak berprotein adalah kerupuk yang dalam pembuatannya tidak menggunakan bahan yang merupakan sumber protein, baik itu protein hewani atau protein nabati, sedangkan kerupuk yang memiliki kandungan protein adalah kerupuk yang dalam pembuatannya menggunakan bahan sumber protein hewani maupun nabati seperti udang dan ikan.

Menurut Wijandi et al., 1975, jenis kerupuk dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu kerupuk kasar yang dibuat dari bahan baku utama pati ditambahkan bumbu-bumbu dan kerupuk halus yang dibuat selain dari bahan baku utama pati dan bumbu, juga ditambahkan dengan ikan, susu dan telur ke dalam adonan. Pemanfaatan ikan yang digunakan sebagai bahan baku dapat berasal dari hasil sampingan proses pengolahan lain atau bahan segar, tergantung kualitas kerupuk yang diharapkan (Afrianto dan Liviawaty, 1989).

2.1.2. Mutu Kerupuk dan Nilai Gizi Kerupuk

Menurut Sofiah dan Sutrisniati (1991), mutu kerupuk dapat dinilai dengan menggunakan parameter-parameter baik terhadap sifat yang dapat dilihat, misalnya keutuhan, keseragaman pencetakan, dan daya mengembang; maupun sifat-sifat yang tersembunyi seperti nilai gizi dan rasa.

Dalam kerupuk ikan, nilai gizi yang terkandung didalamnya cukup tinggi. Oleh karena itu, kerupuk ikan digunakan sebagai salah satu penunjang makanan, yang sehari-hari banyak dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat. Kandungan/nilai gizi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 4.


(26)

12

Tabel 4. Kandungan Gizi Kerupuk Ikan

Komposisi Kerupuk Ikan

Protein (%) 16,0

Lemak (%) 0,4

Karbohidrat (%) 65,6

Air (%) 16,6

Kalsium (mg/100mg) 2,0

Fosfor (mg/100mg) 20,0

Besi (mg/100mg) 0,1

Vit B1 (mg/100mg) 0,04

Sumber: Saraswati, 1986

2.1.3. Bahan Baku Kerupuk Udang/Ikan

Kerupuk udang/ikan dibuat dengan bahan dasar tepung tapioka dan atau tepung sagu, bahkan gaplek pun dapat digunakan untuk pembuatan kerupuk udang/ikan. Dari bahan dasar tersebut ditambahakan sejumlah udang/ikan segar atau udang/ikan kering dan bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah, garam, gula, air dan bleng (Winarno, 1983). Perbandingan antara daging udang/ikan: tepung tapioka: garam: gula: telur ayam adalah 6 Kg: 6 Kg: 0,2 Kg: 0,25 Kg: 3 butir. Besar perbandingan bahan-bahan itu dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan dan tujuan, misalnya tingkat mutu kerupuk. Jika komposisi daging udang/ikan ditambah maka kerupuk dianggap lebih bermutu tinggi (Moeljanto, 1982).

a. Udang/ikan

Bahan baku udang/ikan yang digunakan dalam kerupuk udang/ikan adalah daging dari ikan atau udang, atau bisa juga dengan menggunakan udang kering. Bahan baku ikan umumnya selalu ada baik pada produk yang berlabel kerupuk ikan maupun kerupuk udang. Tidak seperti kerupuk ikan, kerupuk udang biasanya mengandung campuran daging udang dengan proporsi daging ikan yang lebih banyak. Hal ini dipertimbangkan karena adonan akan pecah-pecah jika menggunakan daging udang sepenuhnya.

b. Tepung tapioka


(27)

13

karbohidrat, tapi miskin akan lemak dan protein. Tepung tapioka tidak termasuk dalam amilopektin, namun tepung tapioka memiliki sifat-sifat yang mirip dengan amilopektin. Diantara sifat-sifat amilopektin yang sangat disukai oleh para ahli pengolahan pangan adalah: sangat jernih, tidak mudah menggumpal, memiliki daya perekat yang tinggi, tidak mudah pecah atau rusak, dan suhu gelatinasi lebih rendah. Walaupun demikian amilopektin lebih memiliki sifat yang kurang menyenangkan, diantaranya adalah sifat yang kohesif, viskositas tinggi, serta mudah rusak jika mendapat perlakuan panas dan asam (Tjokroadikoesoemo,

1986). c. Telur

Telur yang ditambahkan pada pembuatan kerupuk udang/ikan dimaksudkan untuk meningkatkan gizi, rasa dan bersifat sebagai pengemulsi serta pengikat komponen-komponen adonan. Telur juga berperan sebagai pengikat udara dan menahannya sebagai gelembung. Penggunaan telur pada pembuatan kerupuk udang/ikan akan mempengaruhi kemekaran kerupuk ikan/udang pada waktu digoreng (Saraswati, 1986).

d. Gula, Garam, dan Bumbu

Pada dasarnya pemberian gula dalam pembuatan kerupuk udang/ikan penting untuk memberikan efek rasa. Pemberian garam juga sangat penting karena selain memberikan efek rasa juga mempengaruhi tingkat kekuatan adonan. Gula dalam adonan kerupuk ikan/udang berperan dalam memberikan rasa manis, memperbaiki mutu kerupuk, menambah nilai gizi, dan sebagai pengikat. Sedangkan garam selain sebagai penambah rasa juga sebagai bahan pengawet (Saraswati, 1986).

Untuk menambah cita rasa udang/ikan, kadang-kadang ditambah bumbu-bumbu berupa rempah-rempah seperti: bawang merah, bawang putih, ketumbar, bawang daun, dan terasi. Monosodium glutamat (MSG) atau penyedap rasa dapat juga digunakan sebagai pengganti rempah-rempah tetapi jumlah yang digunakan harus sesuai dengan peraturan pemakaian yang berlaku (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, 1979 dalam Apriyadi 2003).

e. Air


(28)

14

pada tepung tapioka, juga melarutkan gula, garam, serta bahan-bahan lain agar bisa bercampur (Saraswati, 1986).

2.1.4. Proses Pembuatan Kerupuk Ikan/Udang

Daging ikan/udang yang telah dipisahkan dari bagian kulit, kepala, ekor, dan tulangnya, setelah dicuci kemudian ditumbuk halus. Kemudian dicampur dengan bumbu dan telur ayam atau telur bebek sambil diaduk sampai rata. Setelah semua bahan tercampur rata, ditambahkan tepung tapioka kedalam adonan dan dilakukan pengadukan kembali. Sementara itu ditambahkan air sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk sampai betul-betul lumat.

Adonan yang telah lumat itu kemudian dibuat berbentuk silinder dengan ukuran silinder sesuai kebutuhan. Adonan-adonan berbentuk silinder itu kemudian dimasukan kedalam cetakan (mal) yang terbuat dari bahan kaleng atau alumunium. Adonan yang telah terbentuk untuk selanjutnya dikukus selam lebih kurang 1,5-2 jam atau sampai masak. Kemudian didinginkan selama 12 jam. Setelah cukup keras, dipotong-potong tipis (kurang lebih 2 mm) dengan pisau tajam atau dengan alat pemotong. Untuk memudahkan pemotongan, pisau potong sering dilumuri minyak goreng. Hasil irisan tersebut kemudian dijemur sampai kering, dan didapatkanlah kerupuk ikan/udang mentah yang siap dikemas.

2.1.5. Pengemasan

Pengemasan merupakan bagian akhir dari proses produksi bahan pangan atau produk lain. Syarat-syarat yang digunakan untuk kemasan pangan antara lain transparan, tidak mengandung bahan berbahaya (toksik), kontrol yang baik terhadap pemindahan uap air dan gas-gas, cocok pada kisaran suhu yang luas baik dalam penyimpangan maupun penggunaan, dan murah (Syarif dan Soenarjo, 1985).

Salah satu fungsi kemasan adalah untuk menampakkan identifikasi, informasi dan penampilan yang jelas agar dapat membantu promosi atau penjualan. Keterangan yang memuat hal tersebut dinamakan etiket atau label. Etiket yang tercantum harus cukup besar agar dapat menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas, luntur atau lekang air. Pernyataan yang terdapat dalam etiket harus ditulis dengan jelas,


(29)

15

ukuran angka dan huruf cukup besar dan warna yang cukup kontras dengan latar belakangnya. Label ini harus memuat nama makanan dan merek dagang, komposisi, isi netto, nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan, nomor pendaftaran, dan kode produksi (Syarif dan Soenarjo, 1985).

2.2. Definisi Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis adalah paradigma baru memandang pertanian yang merupakan suatu konsep yang utuh, mulai dari kegiatan yang menyediakan input untuk produksi, proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian dalam arti luas termasuk didalamnya lembaga penunjang. Menurut Drillon dalam Saragih 2000, peran agribisnis tidak terlepas dari industri sebab agribisnis diartikan sebagai “ ....the sum sub total of all operation activities in the manufacture and distribution off farm supplies, production activities on the farm and storage, processing and distribution off farm commodities and item made form them....”.

Ekonomi industri modern dicirikan oleh perkembangan dan pertumbuhan industri pengolahan dimana konsumen menghendaki komoditi yang telah mengalami perubahan bentuk sehingga dapat dikonsumsi secara langsung. Dalam kenyataannya macam dan jumlah jasa yang ditumbuhkan dalam industri ini merupakan indikator pembangunan dan pertumbuhan suatu negara. Konsumen akan bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk produk-produk pertanian yang diolah, diawetkan, didinginkan dan diperkaya oleh zat-zat tertentu (Halcrow, 1981).

Agroindustri merupakan salah satu contoh dari industri pengolahan yang menurut Badan Pusat Statistik definisi industri pengolahan adalah suatu unit (kesatuan) produksi yang terletak di suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah barang baik secara mekanik maupun kimia atau mengubah barang yang nilainya rendah menjadi barang yang tinggi nilainya sehingga menjadi barang/produk yang sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir.

2.3. Pengertian Industri

Lembaga atau organisasi sosial bisa terdapat dalam kehidupan


(30)

16

ekonomi, misalnya koperasi, industri dan lain-lain. Pemerintah kegiatannya untuk kepentingan masyarakat umum seperti pembuatan jalan, sekolah, rumah sakit sedangkan industri mempunyai kegiatan disamping untuk memperoleh keuntungan juga merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan pemerintah dan membantu masyarakat disekitar.

Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.5 tahun 1984 tentang perindustrian:

1. Industri adalah kegiatan ekonomi mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya. Termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

2. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri yakni kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir dan kelompok industri kecil.

Definisi industri menurut Swastha B, 1980 adalah suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang yang sama untuk pasar yang sama pula. Sedangkan pengertian perusahaan diartikan sebagai suatu organisasi produksi yang mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara menguntungkan. Untuk organisasi Swastha B, 1980 mendefinisikan sebagai suatu bentuk dan hubungan yang mempunyai sifat dinamis, dalam arti dapat menyesuaikan diri kepada perubahan pada hakekatnya merupakan suatu bentuk yang dengan sadar diciptakan manusia untuk mencapai tujuan yang sudah diperhitungkan.

2.4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa usaha menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau yang menjadi bagian baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah


(31)

17

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang2. Kriteria usaha menengah dalam Undang-Undang tersebut tercantum pada pasal 6 ayat 3 yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)

Dalam Keputusan Menperindag No.257/MPP/Kep/1997 dalam

Tresnaprihandini 2006 mendefinisikan industri skala kecil menengah sebagai suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp 5 milyar termasuk tanah dan bangunan. Adapun World Bank membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu:

1) Medium enterprise, dengan kriteria:

a) Jumlah karyawan maksimal 300 orang

b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 15 juta, dan c) Jumlah aset tidak melebihi $ 15 juta

2) Small enterprise, dengan kriteria:

a) Jumlah Karyawan kurang dari 30 orang

b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, dan c) Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

3) Micro commision, dengan kriteria:

a) Jumlah Karyawan kurang dari 10 orang

b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu, dan c) Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

Menurut Marbun 2003, keunggulan usaha kecil menengah di Indonesia adalah pengalaman bisnis sederhana, tidak birokratis, mandiri, cepat tanggap dan fleksibel, cukup dinamis, ulet atau mau kerja keras serta tidak boros. Namun kelemahannya juga dapat diidentifikasi sebagai berikut:

2

[Kemenperin] Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. 2011. Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.2011. http://www.kemenperin.go.id. [11 Februari 2011


(32)

18

1) tidak/jarang mempunyai perencanaan tertulis,

2) tidak berorientasi pada masa depan melainkan pada hari kemarin atau hari ini, 3) manajer tidak memiliki pendidikan yang tepat atau relevan,

4) tanpa pembukuan yang teratur dan neraca rugi-laba,

5) tidak mengadakan analisis pasar yang tepat waktu dan mutakhir, 6) kurang spesialisasi atau diversifikasi berencana,

7) jarang mengadakan inovasi,

8) tidak ada/jarang melakukan kaderisasi tenaga kerja, 9) keluarga sentries,

10) cepat puas diri,

11) Kurang tanggap pada teknologi modern,

12) kurang pengetahuan mengenai hukum dan peraturan.

2.5. Perusahaan Perseorangan

Menurut Swastha B. 1980, bentuk kepemilikan usaha perseorangan merupakan usaha yang dimiliki oleh seseorang yang menjalankan pekerjaannya untuk mendapatkan keuntungan sendiri dan tanggung jawab terhadap risiko dan kegiatan perusahaan adalah sepenuhnya tanggung jawab pemilik. Bentuk perusahaan seperti ini merupakan bentuk perusahaan yang paling banyak dijumpai di Indonesia, maupun negara lain di dunia.

Adapun kebaikan bentuk perusahaan perseorangan adalah seluruh laba menjadi miliknya, kepuasan pribadi dan fleksibilitas, lebih mudah memperoleh kredit dan sifat kerahasiaan. Sedangkan keburukannya yaitu tanggung jawab pemilik terbatas, sumber keuangan terbatas, kesulitan dalam manajemen, kelangsungan usaha kurang terjamin, kurang kesempatan pada karyawan. Sifat-sifat perusahaan perseorangan dijelaskan juga menurut Prodjosoehardjo dalam

Tresnaprihandini, 2006, adalah sebagai berikut:

1) Modal perusahaan berasal dari pengusaha perusahaan itu sendiri. Sering pula menggunakan modal pinjaman.

2) Dalam perusahaan tidak terdapat pemisahan secara tegas antara kekayaan perusahaan dengan kekayaan milik pengusaha.

3) Tidak ada pemisahan bunga modal dan upah tenaga. Hal ini karena pemimpin


(33)

19

dan berapa bunga untuk modal yang digunakan.

4) Bentuk perusahaan perseorangan pada umumnya tidak tetap, tetapi sangat tergantung pada subyektifitas dari pemiliknya.

Bentuk perusahaan perseorangan ini pada umumnya merupakan bentuk perusahaan kecil yang memiliki banyak hambatan seperti: 1) produktivitas kerja umumnya belum dikenal dan belum menerapkan sistem manajemen usaha yang teratur, 2) Tingkat pendapatan pengusaha kecil sehingga pendapatan pekerjanya relatif rendah, 3) Status karyawan yang belum jelas menggunakan tenaga keluarga dan tenaga luar keluarga, 4) Jumlah pekerja yang relatif sedikit, 5) Margin keuntungan yang minim dengan risiko yang maksimum (Ravianto, 1986).

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha dan analisis pada perusahaan pengolahan kerupuk ikan/udang. Beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha yaitu penelitian yang dilakukan oleh Widyastono (2006) dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha penggorengan Kerupuk (Studi kasus usaha Kecil Sumber Makmur Sentosa Darmaga, Kabupaten Bogor) yaitu menganalisis usaha penggorengan kerupuk SMS yang didirikan oleh mahasiswa IPB merupakan salah satu usaha yang dibinan oleh PT FITS Mandiri. Metode pengolahan data yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif yaitu dengan menganalisis kelayakan usaha penggorengan kerupuk dilihat dari aspek pasar, teknik, manajemen dan ekonomi sosial sedangkan metode kuantitatifnya dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha ini dari aspek finansialnya meliputi NPV, IRR, Net B/C, BEP, Payback Period, analisis sensitivitas dan analisis switching value.

Oktafiyani (2009) dalam Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau (studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) mendeskripsikan permintaan kerupuk rambak meingkat namun permintaan ini tidak diimbangi oleh penawaran dari indistri kerupuk rambak, sehingga mengindikasikan masih ada peluang bagi pelaku usaha untuk mengambil pangsa pasar yang masih terbuka tersebut. Analisis yang digunakan yaitu analisis


(34)

20

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar, teknik, manajemen, ekonomi, sosial dan lingkungan dalam usaha pembuatan kerupuk rambak. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial menggunakan kriteria NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, analisis sensitivitas dan analisis switching value.

2.6.2 Hubungan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan pada usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah, Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu mengkaji tentang kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang dengan penambahan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun 2009. Jika dibandingkan dengan penelitian Widyastono (2006) dan Oktaviyani (2009), penelitian ini memiliki kesamaan yaitu mengkaji aspek kelayakan usaha baik kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan letak perbedaannya adalah waktu dan lokasi penelitian, serta aspek yang dikaji lebih luas terhadap pengembangan usaha perusahaan karena adanya penambahan teknologi. Penelitian tersebut dijadikan sebagai referensi bahan pustaka untuk menganalisis kriteria kelayakan usaha baik aspek finansial maupun non finansial dalam penelitian ini. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Lampiran 1.


(35)

24

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Suatu bisnis erat kaitannya dengan kegiatan investasi. Pihak yang menginvestasikan modalnya tentu harus mengkaji secara mendalam bisnis tersebut. Oleh karena itu, di setiap bisnis perlu dilakukan analisis berupa studi kelayakan bisnis beserta aspek-aspeknya untuk melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu bisnis dalam memberikan manfaat terhadap modal. Adapun aspek-aspek kelayakan bisnis yang dianalisis antara lain : aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial.

3.1. 1. Analisis Kelayakan Bisnis

Nurmalina et al. (2009) mengungkapkan bahwa bisnis secara umum merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Menurut Gray et al. (1992) dalam Nurmalina et al. (2009), kegiatan investasi diartikan sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

benefit.

Dalam kegiatan usaha terdapat peluang dan kesempatan yang membuat para pelaku usaha berfikir untuk mengambil manfaat dari usaha tersebut sehingga perlu dilakukan sebuah peninjauan terhadap sejauhmana kegiatan atau kesempatan itu dapat memberikan manfaat yang diusahakan. Peninjauan ini dapat dilakukan dengan menggunakan studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al. 2009). Dengan demikian studi kelayakan bisnis erat kaitannya dengan keputusan investasi. Senada dengan pernyataan tersebut, Husnan dan Muhammad (2005) juga mendefinisikan studi kelayakan investasi sebagai suatu penelitian tentang dapat tidaknya proyek investasi dilaksankan secara menguntungkan dengan indikasi


(36)

22

adanya manfaat bagi masyarakat luas yang bisa terwujud dari penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah ataupun manfaat untuk pemerintah berupa penghematan atau penambahan devisa.

Hasil dari analisis studi kelayakan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada bisnis itu sendiri. Adapun pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat dari analisis ini antara lain (Nurmalina et al. 2009) :

1) Investor, dengan adanya analisis kelayakan bisnis, maka investor dapat menilai apakah dana yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sehingga investor dapat membuat keputusan investasi secara lebih objektif, 2) Kreditor/Bank, hasil analisis yang diperoleh dapat dijadikan acuan apakah

dana yang dipinjamkan pada suatu bisnis dapat dikembalikan, selain itu

payback period dari bisnis tersebut juga sangat diperhatikan oleh kreditor/bank,

3) Analis, hasil yang diperoleh dari analisis studi kelayakan digunakan oleh analis untuk dapat menunjang tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai bisnis yang sudah ada,

4) Masyarakat, hasil dari analisis ini diharapkan dapat meningkatkan

perekonomian serta kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui nilai tambah yang muncul akibat bisnis tersebut,

5) Pemerintah, dilihat dari sudut pandang mikro, analisis ini diharapkan mampu mengembangkan pemanfaatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, peningkatkan pemasukan pemerintah melalui pajak dan retribusi, sedangkan secara makro, analisis ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional sehingga terjadi pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita

Selain dilihat dari aspek finansial, analisis studi kelayakan ini juga didasarkan pada berbagai aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan.

3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Bisnis


(37)

23

dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek yaitu dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan dan dari aspek finansial (keuangan). Beberapa aspek non finansial yang merupakan aspek dalam studi kelayakan bisnis dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Aspek non finansial yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan .

3.1.2.1 Aspek Pasar

Pasar meliputi keseluruhan pembeli potensial yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia dan mampu membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran (Kotler, 1988) diacu dalam Sudiyono (2002). Menurut Husnan dan Muhammad (2005) aspek pasar mengkaji tentang:

1) Permintaan (Demand)

Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), jumlah yang diminta untuk jumlah komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut permintaan. Dari konsep permintaan tersebut dapat diketahui bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan adalah harga komoditi tersebut, harga komoditi barang lain, pendapatan rata-rata rumah tangga, selera, distribusi pendapatan diantara rumah tangga, dan jumlah penduduk. Kajian permintaan perlu dianalisis baik secara total ataupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan proyeksi permintaan tersebut di masa yang akan datang

2) Penawaran (Supply)

Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), jumlah yang ditawarkan untuk jumlah komoditi yang ingin dijual oleh perusahaan disebut penawaran, sehingga dari konsep penawaran tersebut dapat diketahui bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran yang dilakukan oleh suatu industri (perusahaan) adalah harga barang tersebut, harga barang lain, harga faktor produksi, dan teknologi. Kajian penawaran perlu dianalisis baik yang


(38)

24

berasal dari dalam negeri maupun dari impor, baik perkembangannya di masa lalu maupun proyeksi di masa yang akan datang.

3) Program pemasaran

Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), program pemasaran sering disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix), yang terdiri dari empat komponen yaitu produk (product), harga (price), distribusi (distribution), dan promosi (promotion). Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan digunakan bauran pemasaran serta identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk akan dibuat.

Sebuah perusahaan sebelum memproduksi sebuah produk harus terlebih dahulu melihat permintaan yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, penawaran yang dilakukan oleh produsen dalam industri tersebut, market share

perusahaan selama ini, serta peluang market share yang masih bisa ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan agar produk yang ditawarkan perusahaan tepat sasaran dan menghindari kerugian bagi perusahaan.

Kondisi pasar cenderung memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga untuk memudahkan maka perlu dilakukan segementasi pada pasar tersebut agar pasar memiliki karakteristik yang lebih sama. Segmentasi dapat berdasarkan aspek geografis yang terdiri dari bangsa, negara, provinsi, dan kabupaten/kota madya, aspek demografis yang terdiri dari usia dan tahap daur hidup, jenis kelamin, dan pendapatan, aspek psikografis yang meliputi kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian serta aspek perilaku yang terdiri dari kesempatan, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembelian, dan sikap. Setelah dilakukan segementasi perlu analisis untuk menentukan segmen pasar yang dicakup dan dapat dilayani. Tahap terakhir adalah penentuan posisi pada segmen terpilih yang akan ditempati. Pesaing juga akan menentukan keberlanjutan sebuah bisnis sehingga perlu dilakukan analisis pesaing. Pesaing merupakan suatu perusahaan lain yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri : (1) perusahaan yang menawarkan produk dan harga yang sama di pasar, (2) perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama, (3) perusahaan yang membuat produk dan memasok yang sama, dan (4) perusahaan yang memperebutkan uang dari konsumen yang sama.


(39)

25

3.1.2.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan analisis yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa, dimana Aspek teknis

berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan

pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2005). Analisis teknis akan dapat menentukan hasil-hasil yang potensial di areal proyek, pengujian fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, pengujian sistem-sistem pengolahan yang dibutuhkan.

Menurut Nurmalina et al. (2009) beberapa hal yang perlu dikaji dalam aspek teknis antara lain lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment.

1) Lokasi Bisnis

Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis ini terdiri atas variabel utama dan variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah. Variabel utama antara lain (1) ketersedian bahan baku, bila suatu usaha memerlukan bahan baku dalam jumlah yang besar maka bahan baku menjadi variabel yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis sehingga pengusaha perlu mengetahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan, kelayakan harga bahan baku, kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku, serta biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku diproses. (2) letak pasar yang dituju, informasi yang perlu diperoleh antara lain daya beli konsumen, pesaing dan analisis pasar lainnya. (3) Tenaga listrik dan air, pada perusahaan yang menggunakan listrik dalam jumlah besar tentu perlu mengetahui ketersediaan listrik di suatu lokasi. Sama halnya dengan kebutuhan air bagi perusahaan yang menggunakan air cukup banyak. (4)

Supply tenaga kerja yang sangat mempengaruhi biaya produksi yang ditanggung oleh perusahaan harus tersedia dengan baik. (5) Fasilitas transportasi, hal ini berkaitan dengan pertimbangan bahan baku dan pertimbangan pasar. Jika lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku, maka pertimbangan utama adalah transportasi menuju pasar.


(40)

26

Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, karena dimungkinkan ada peraturan yang melarang pendirian suatu bisnis di suatu lokasi atau adanya keringanan dari pemerintah untuk mendirikan suatu lokasi. (2) Sikap dari masyarakat setempat yang mendukung atau tidak pada pendirian suatu bisnis. (3) Rencana masa depan perusahaan dalan kaitannya dengan perluasan bisnis.

2) Luas Produksi

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Pada produk baru, kapasitas produksi biasanya masih belum optimal, namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih berada di tingkat titik impas.

3) Proses Produksi

Proses produksi terdiri atas tiga jenis yaitu proses produksi yang terputus-putus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi.

4) Layout

Layout ini mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitanya. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan yakni kosistensi dengan teknologi produksi, arus produk dalam proses produksi yang lancar dari satu proses ke proses lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi, meminimisasi biaya produksi, dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Saat ini digunakan pula teknologi tepat yang dalam hal ini dapat digunakan kriteria tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat.

Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali karena pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan


(41)

27

jenis teknologi yang telah ditetapkan walaupun juga mempertimbangkan faktor non teknologi lainnya seperti keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin, keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis, kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut.

3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek Manajemen meneliti sistem manajerial suatu usaha antara lain kesanggupan dan keahlian staf dalam menangani masalah proyek. Evaluasi aspek manajemen operasional bertujuan untuk menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi yang akan digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja. Dengan demikian, analisis aspek manajemen dibagi kedalam dua kelompok yaitu manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang perlu dipelajari meliputi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis tersebut, pelaku studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi meliputi struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, dan menentukan anggota direksi dan tenaga inti.

Analisis aspek hukum diperlukan dengan mempertimbangkan bentuk badan hukum dari badan usaha yang telah dibangunnya. Pertimbangan ini didasarkan dari kekuatan hukum, konsekuensi, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Dengan kata lain perijinan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan suatu cara untuk menghindari kesulitan yang mungkin dihadapi yang berasal dari pemerintah. Ketika perusahaan telah melakukan perijinan, maka perusahaan telah terdaftar sebagai badan usaha dan diakui keberadaannya oleh pemerintah setempat dan pusat.

3.1.2.4 Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya

Pada aspek ini, analisis yang dilakukan akan menilai apa dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Beberapa pertimbangan


(42)

28

sosial yang harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja yang merupakan masalah terdekat dari suatu wilayah (Gittinger, 1986). Nurmalina et al. (2009) menambahkan bahwa dalam menganalisis aspek sosial perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial yang lebih luas dari adanya investasi proyek. Sehingga pada aspek sosial yang dinilai antara lain penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Sedangkan dari aspek ekonomi akan dinilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Aspek budaya dapat dianalisis melalui dampak adanya bisnis pada budaya masyarakat sekitar. Suatu bisnis tidak akan ditolak bila secara sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat dan secara ekonomi mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3.1.2.5 Aspek Lingkungan

Pembangunan suatu usaha tentu akan memberikan dampak bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Analisis aspek lingkungan diperlukan untuk menganalisis dampak tersebut. Nurmalina et al. (2009) menyatakan bahwa dalam menganalisis aspek lingkungan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengaruh keberadaan bisnis terhadap lingkungan sekitar. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan. Sehingga untuk membangun sebuah usaha perlu dilakukan analisis terhadap aspek lingkungan.

3.1.3 Analisis Finansial

Menurut Husnan dan Muhammad (2005), analisis finansial (financial analysis) merupakan analisis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari sudut pandang perusahaan. Analisis aspek finansial merupakan bagian dari analisis studi kelayakan bisnis yang sangat diperlukan untuk menentukan manfaat yang diterima dari bisnis tersebut. Oleh karena itu analisis finansial yang


(43)

29

dilakukan ini akan mencakup definisi-definisi manfaat dan biaya yang berkaitan dengan suatu bisnis. Analisis finansial terhadap suatu bisnis dilakukan untuk menganalisis berbagai aspek finansial dalam bisnis tersebut. Aspek finansial bersifat sangat kuantitatif karena analisis ini mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Selain itu, aspek ini juga memperhitungkan penerimaan yang diperoleh selama suatu usaha berjalan. Beberapa data yang diperlukan antara lain biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur bisnis. Data-data ini akan diolah dengan menggunakan analisis kelayakan bisnis berupa kriteria investasi seperti Net Present Value

(NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period (PP). Adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama bisnis berjalan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas.

3.1.3.1 Biaya dan Manfaat

Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis yakni manfaat. Menurut Gittinger (1986) biaya yang digunakan dalam suatu bisnis dapat digolongkan ke dalam tujuh kelompok yakni :

1) Barang-barang fisik, biaya jenis ini pada umumnya mudah diidentifikasi. Contoh barang-barang fisik antara lain saluran irigasi, pupuk, dan obat-obatan, bahan untuk bangunan rumah, dan bangunan. Namun penentuan kapan dan berapa banyak barang ini diperlukan agak sulit dipastikan.

2) Tenaga Kerja

3) Lahan, tidak terlalu sulit untuk menetukan lokasi tanah yang cocok untuk bisnis maupun jumlah yang dibutuhkan.

4) Cadangan-cadangan tak terduga, biaya tak terduga dibagi kedalam biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga. Biaya tak terduga harga juga dibagi ke dalam dua golongan yakni perubahan harga relatif dan inflasi umum. Biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga membantu kenaikan biaya relatif yang didasarkan pada harapan kita mengenai perubahan fisik dan harga yang terjadi.

5) Pajak


(1)

128

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Timbangan duduk 500.000 0 0 0 0 500.000 0 0 0 0

Bak air 4.500.000 0 0 0 0 4.500.000 0 0 0 0

Keranjang besar 3.750.000 0 3.750.000 0 3.750.000 0 3.750.000 0 3.750.000 0

Langseng 62.500.000 0 0 62.500.000 0 0 62.500.000 0 0 62.500.000

Fiber 6.000.000 0 0 0 0 6.000.000 0 0 0 0

Rak oven/penjemuran 0 0 0 0 0 48.750.000 0 0 48.750.000 0

Meja adonan 6.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Baskom besar 1.250.000 0 1.250.000 0 1.250.000 0 1.250.000 0 1.250.000 0

Ember besar 900.000 0 900.000 0 900.000 0 900.000 0 900.000 0

Drum minyak 100.000 0 0 100.000 0 0 100.000 0 0 100.000

Garuk 100.000 0 0 0 0 100.000 0 0 0 0

kursi dudukan kecil 100.000 0 100.000 0 100.000 0 100.000 0 100.000 0

Alat Penarik 300.000 0 0 0 0 300.000 0 0 0 0

6 Lain-lain:

Tape Recorder 250.000 0 0 0 0 250.000 0 0 0 0

TOTAL INVESTASI 1.704.080.000 0 6.000.000 72.600.000 6.000.000 383.850.000 78.600.000 0 54.750.000 72.600.000

B2 BIAYA OPERASIONAL

B21 BIAYA VARIABEL

1 Ikan/Udang 331.500.000 1.666.320.000 2.028.384.000 2.327.222.400 2.562.855.744 3.304.841.269 7.476.580.952 7.925.175.809 8.400.686.358 8.904.727.540 2 Tepung Tapioka 172.800.000 934.416.000 1.173.139.200 1.376.853.120 1.545.864.307 1.919.626.667 3.830.355.200 4.060.176.512 4.303.787.103 4.562.014.329 3 Telur 7.500.000 38.160.000 45.792.000 50.371.200 53.393.472 58.732.819 137.780.758 146.047.603 154.810.459 164.099.087 4 Gula 6.750.000 40.704.000 48.844.800 53.729.280 56.953.037 62.648.340 146.966.141 155.784.110 165.131.156 175.039.026 5 Garam 1.800.000 12.211.200 14.653.440 16.118.784 17.085.911 18.794.502 44.089.842 46.735.233 49.539.347 52.511.708


(2)

129

No Uraian Tahun Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

6 Bumbu 2.250.000 10.176.000 12.211.200 13.432.320 14.238.259 15.662.085 36.741.535 38.946.027 41.282.789 43.759.756 7 Dus 6.000.000 25.440.000 30.528.000 33.580.800 35.595.648 39.155.213 64.698.626 68.580.543 72.695.376 77.057.098 8 Plastik 6.000.000 25.440.000 30.528.000 33.580.800 35.595.648 39.155.213 64.698.626 68.580.543 72.695.376 77.057.098 9 Biaya Bahan Bakar 4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 51.435.407 52.464.115 53.513.398 10 Biaya Transportasi Bahan Baku 4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 49.494.449 50.484.338 51.494.024 11 Biaya Transportasi Penjualan 4.500.000 19.080.000 22.896.000 25.185.600 26.696.736 29.366.410 48.523.969 49.494.449 50.484.338 51.494.024 TOTAL BIAYA VARIABEL 548.100.000 2.810.107.200 3.452.768.640 3.980.445.504 4.401.672.234 5.546.715.338 11.947.483.587 12.660.450.685 13.414.060.754 14.212.767.088

B22 BIAYA TETAP

1

Ember kecil 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

2

Tampah 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 5.625.000 3

Gayung 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

4

Serbet 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 5

Telenan 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000

6

Pisau 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000

7

Irig 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000

8

Penyaring tipis 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000

9

Karung goni 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000

10

Rak pring 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 11 Listrik 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 12 Pulsa telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 13 Biaya transportasi 6.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 14 Pemeliharaan Bangunan 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 15 Pemeliharaan Peralatan 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000


(3)

130

No Uraian Tahun Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

16 Pajak kendaraan 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 17 Pajak Bumi dan Bangunan 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 20 Tenaga Kerja Tetap 67.500.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 270.000.000 21 Perlengkapan kantor 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 22

Gaji Karyawan Borongan 128.712.525 554.522.855 562.406.715 563.359.355 568.743.760 590.703.260 907.382.210 916.218.710 924.853.430 955.656.520 23

THR 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 24

Konsumsi Karyawan 4.408.500 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 17.634.000 25

Biaya Kesehatan Karyawan 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 TOTAL BIAYA TETAP 283.086.025 956.121.855 964.005.715 964.958.355 970.342.760 992.302.260 1.308.981.210 1.317.817.710 1.326.452.430 1.357.255.520 TOTAL OUTFLOW 2.535.266.025 3.766.229.055 4.422.774.355 5.018.003.859 5.378.014.994 6.922.867.598 13.335.064.797 13.978.268.395 14.795.263.184 15.642.622.608

Pajak 0 0 0 6.849.159 43.032.856 146.285.388 813.828.215 858.488.415 893.038.318 910.772.062

NET BENEFIT (1.986.430.325) (419.872.595) 13.053.371 160.905.478 336.056.567 267.964.165 2.575.842.644 2.788.423.246 2.837.322.954 3.394.594.186 DF pada DR 12 % 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856 0.506631121 0.452349215 0.403883228 0.360610025 0.321973237 PV (1.773.598.504) (334.719.862) 9.291.132 102.258.340 190.687.521 135.758.985 1.165.180.399 1.126.197.381 1.023.167.101 1.092.968.477

PV negatif (1.996.768.895)

PV positif 4.733.959.864

NPV 2.737.190.970

IRR 26%

Net B/C 2,370

Rata-rata PV per tahun 273.719.097

PP 6,225652571 2.707830856 21.23492567

PP 6 tahun 2 bulan 22 hari

PV Inflow 490.031.875 2.667.694.882 3.157.334.558 3.295.643.275 3.266.735.657 3.717.211.888 7.565.421.051 7.118.514.615 6.680.525.898 6.422.718.535


(4)

131

Lampiran 11

. Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku

Kriteria Investasi

Kondisi Normal

Kenaikan Harga

Tepung Tapioka

25 %

Kenaikan Harga Ikan

17 %

PV negatif

(1.996.768.895)

(2.017.080.6470

(2.706.921.768)

PV positif

4.733.959.864

2.369.165.627

2.743.953.202

NPV

2.737.190.970

352.084.979

37.031.434

IRR

26%

14%

12.2%

Net B/C

2.370

1.174

1.013

Rata-rata PV per tahun

273.719.097

35.208.498

3.703.143

PV Inflow

490.031.875

490.031.875

490.031.875

% NPV terhadap PV


(5)

132

Lampiran 12

. Dokumentasi Kegiatan

a)

Mesin Pembuat Adonan

b)

Ketel Uap

c)

Mesin Giling Daging

d)

Fiber

Mesin Peng


(6)

133

f)

Pemfilletan

g)

Pembeberan

h)

Pencampuran Bumbu & bahan

i)

Pembuatan Adonan

l)

Pengemasan

k)

Penjemuran