dengan menggunakan asam sulfat 72 dapat menghilangkan kadar metoksilnya sekitar 3-9.
Kadar metoksil yang tinggi akan menghalangi reaktivitas lignin selama pemakaian di bindang resin. Lignin mengandung gugus hidroksil
fenolik yang kebanyakan terikat dengan unit-unit fenil propana yang berdekatan, sehingga memungkinkan terjadinya ikatan lignin dengan
formaldehida yang mirip dengan hasil reaksi antara fenol dengan formaldehida Syahmani, 2000. Namun, dalam penggunaannya sebagai
bahan baku lignosulfonat surfaktan, lignin dengan kadar metoksil tinggi lebih menguntungkan karena semakin banyak gugus –OCH
3
yang terkandung didalam lignin maka lignin semakin larut didalam air. Sifat
tersebut sangat dibutuhkan pada bahan baku lignosulfonat.
6. Pencirian Gugus Fungsi dengan Spektrofotometer FT-IR
Pada penelitian ini, dalam rangka pencirian gugus fungsi polimer isolat lignin dari tandan kosong kelapa sawit TKKS dilakukan dengan
cara sidik jari fingerprinting dengan piranti inframerah IR, yaitu menggunakan
Fourier Transform InfraRed Spectroscopy FT-IR.
Pencirian unsur dan gugus fungsi dalam suatu polimer diperlukan dalam rangka kontrol proses maupun menyidik polimer yang belum diketahui
jenisnya, karena seringkali dalam suatu polimer terkandung aneka unsur kimia baik logam maupun bukan logam. Pencirian gugus fungsi polimer
bisa dijalankan secara kimia halogenasi, titrasi, penyabunan, asetilasi dan lain-lain maupun fisik inframerah, kromatografi, pirolisis dan lain-lain
Santoso, 2003. Spektrum inframerah dari senyawa organik mempunyai sifat fisik
yang khas, artinya kemungkinan dua senyawa mempunyai spektrum sama adalah kecil sekali. Energi radiasi inframerah akan diabsorpsi oleh
senyawa organik sehingga molekulnya akan mengalami rotasi atau vibrasi. Setiap ikatan kimia yang berbeda seperti C-C, C=C, C=O, O-H dan
sebagainya mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda sehingga
kemungkinan dua senyawa berbeda akan mempunyai absorpsi yang sama adalah kecil sekali.
Isolat lignin yang diuji merupakan isolat lignin hasil kombinasi perlakuan terbaik yaitu kombinasi perlakuan isolat lignin dari lindi hitam
NaOH 10 dengan pengasaman menggunakan asam sulfat pada konsentrasi 20 A3B2. Hasil spektrum serapan isolat lignin tersebut
kemudian dibandingkan dengan spektrum standar rujukan jenis polimer yang telah diketahui yaitu lignin dengan merek dagang Indulin AT.
Berdasarkan hasil identifikasi dengan spektrofotometer FT-IR Tabel 5 dan Gambar 19 pada rentang bilangan gelombang antara 400-
4000 cm
-1
menunjukkan bahwa isolat lignin dari lindi hitam NaOH 10 dengan pengasaman menggunakan asam sulfat pada konsentrasi 20
A3B2 memiliki pola serapan pada daerah bilangan gelombang yang sebagian besar mirip dengan lignin standar yaitu Indulin AT. Hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa isolat lignin yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki sifat-sifat lignin yang khas sesuai dengan lignin standar yang
telah dipasarkan. Beberapa peak puncak absorbsi yang muncul pada spektra FT-IR isolat lignin menunjukkan bahwa dalam isolat lignin yang
dianalisa terdapat lebih dari satu jenis ikatan gugus fungsi. Lignin merupakan polimer dari gugus hidroksil fenolik, hidroksil benzilik dan
gugus karbonil. Polimer lignin mengandung gugus-gugus metoksil yang karakteristik, gugus hidroksil fenol, dan beberapa gugus aldehida ujung
dalam rantai samping Sjostrom, 1995. Adanya pita-pita serapan pada bilangan gelombang dengan
intensitas yang kuat sekitar 1.270 – 1.330 cm
-1
pada isolat lignin yang dihasilkan dari lindi hitam proses delignifikasi
organosolv ini, mengisyaratkan adanya siringil dan guaiasil yang merupakan unit-unit
penyusun lignin di dalam lignin non kayu. Hal tersebut dimungkinkan mengingat bahwa bahan baku delignifikasi yang digunakan adalah tandan
kosong kelapa sawit yang tersusun atas unit siringil, guaiasil dan para- hidroksil propana.
Gambar 19. Spektrum FT-IR Indulin AT dengan Isolat Lignin A3B2
Tabel 5. Pita serapan spektrofotometer FT-IR isolat lignin dari serat tandan kosong kelapa sawit cm
-1
No Standar
Kisaran Pita Serapan
1
Indulin AT
Isolat Lignin
A3B2 Keterangan
1
1 3.450-3.400 3.411,36 3.422,73 Rentangan
OH 2
2.940-2.820 2.936,36 2.927,27 Rentangan OH pada gugus metil
dan metilena 3
1.715-1.710 -
1.713,64 Rentangan C=O
tak terkonjugasi
dengan cincin aromatik 4
1.675-1.660 1.668,18 1661,36 Rentangan C=O terkonjugasi
dengan cincin aromatik 5 1.605-1.600 1.602,27
1.602,27 Vibrasi cincin aromatik 6 1.515-1.505 1.511,36
1.513,64 Vibrasi cincin aromatik 7 1.470-1.460 1.465,91
1.463,64 Deformasi C-H asimetri 8 1.430-1.425 1.427,27
1.426,14 Vibrasi cincin aromatik 9 1.370-1.365 1.365,91
1.393,18 Deformasi C-H simetri 10 1.330-1.325
- 1.327,27 Vibrasi
cincin siringil
11 1.270-1.275 1.270,45 1.272,73 Vibrasi cincin guaiasil
12 1.085-1.030 1.031,82 1.040,91 Deformasi C-H, C-O
1
Hergert 1971 Menurut Hergert 1971, unit penyusun lignin berupa siringil pada
umumnya muncul pada daerah bilangan gelombang sekitar 1330 - 1325 cm
-1
. Pergeseran bilangan gelombang mungkin saja terjadi akibat adanya pengaruh struktur batas bordering pada inti aromatik yang terkandung
dalam bahan yang dianalisis Fengel dan Wegener, 1995. Di lain pihak, lignin Indulin AT cenderung didominasi oleh lignin guaiasil yang banyak
terkandung dalam kayu daun jarum. Hal tersebut dikarenakan lignin tersebut berasal dari daerah Eropa yang didominasi oleh kayu daun jarum
sehingga Indulin AT memiliki banyak unit guaiasil dibandingkan siringil. Hasil identifikasi gugus fungsi yang tersaji pada Gambar 19
menunjukkan adanya gugus fungsi yang tidak terdapat pada molekul lignin seperti gugus C C. Gugus fungsi tersebut diduga berasal dari
pengotor pada saat penyiapan sampel atau tablet lignin dengan KBr. Selain itu adanya renggangan absorbansi antara isolat lignin dengan Indulin AT
pada gugus OH 3.250-3.500 cm
-1
disebabkan karena perbedaan kondisi sampel pada saat pengujian. Isolat lignin memiliki kadar air yang lebih
rendah dibandingkan dengan kadar air Indulin AT.
V. KESIMPULAN DAN SARAN