pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud dan mendapat hasil yang optmal.
Berdasarkan data dari Bapedda Kabupaten Tegal, Kabupaten Tegal memiliki jumlah sekolah menengah atas sebanyak 25 sekolah yang terdiri dari
11 sekolah negeri dan 14 sekolah swasta. Namun dalam kegiatan pembelajaran geografi belum ada yang memanfaatkan potensi Objek Wisata
Guci sebagai sumber belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh ketua MGMP Geografi Kebupaten Tegal, bahwa guru cenderung masih melakukan
proses transfer ilmu pengetahuan dan pengalamannya melalui metode ceramah yang terkesan monoton dan belum ada yang memanfaatkan Objek Wisata
Guci sebagai Sumber belajar. Seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan, kebutuhan akan
sumber belajar yang inovatif dan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik pun semakin meningkat. Hal seperti ini yang mendorong penulis
untuk mengetahui lebih dalam lewat penelitian ilmiah yang dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi yang berjudul
“Pemahaman Guru Terhadap Objek Wisata Guci Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kab
upaten Tegal”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana pemahaman guru geografi SMA di Kabupaten Tegal terhadap Objek Wisata Guci sebagai sumber belajar?
1.3 Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah yang tertera diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mengidentifikasi atraksi di Objek Wisata Guci yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
1.3.2 Mengetahui relevansi Objek Wisata Guci dengan materi pembelajaran pada mata pelajaran geografi SMA di Kabupaten Tegal.
1.3.3 Mengetahui pemahaman guru geografi SMA di Kabupaten Tegal terhadap Objek Wisata Guci sebagai sumber belajar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan positif mengenai
pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar khususnya pada mata pelajaran geografi di SMA.
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.1.1 Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi mengenai lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar
yang lebih inovatif dan mampu meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik yakni objek wisata Guci.
1.4.1.2 Bagi Peserta Didik Dapat menambah pemahaman akan materi yang diajarkan oleh
guru melalui pembelajaran yang lebih menyenangkan dan juga memberikan pengalaman lebih pagi peserta didik.
1.4.1.3 Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap
usaha peningkatan mutu pembelajaran melalui pemanfaatan Objek Wisata Guci sebagai sumber belajar.
1.5 Batasan Istilah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan cara memandang serta menghadapi permasalahan yang ada dalam proposal ini maka perlu ditekankan
istilah-istilah yang berkaitan dengan judul yang ditetapkan. Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari segala bentuk perbedaan penafsiran dalam
proposal ini. Istilah-istilah yang perlu ditegaskan tersebut adalah: 1.5.1 Pemahaman
Winkel dan Mukhtar dalam Sudaryono, 2012: 44 mengemukakan bahwa, pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari ari dari bahan yang dipelajari, yang
dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubag data yang disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu ke bentuk
yang lain.
Sedangkan dalam Taksonomi Bloom pemahaman Comprehension berada pada tingkatan kedua atau C2. Pemahaman diartikan sebagai kemampuan
untuk memahamani arti, interpolasi, interpretasi instruksi pengarahan dan masalah. Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan
dalam proses berfikir dimana objek dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan melihat dari berbagai segi. Pada tingkatan ini,
selain hapal objek juga harus memahami makna yang terkandung misalnya dapat menjelaskan sutu gejala, dapat menginterpretasi grafik, bagan atau
diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri Dhezun, 2013.
1.5.2 Guru Geografi SMA Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dijelaskan bahwa guru adalah tenaga profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam seminar dan lokakarya peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang tahun 1988, “Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan”.
Pengertian guru geografi SMA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang tenaga pendidikan yang memiliki tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan
mengevaluasi pada mata pelajaran yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau
kewilayahan dalam konteks keruangan pada taraf pendididikan menengah atau SMA.
1.5.3 Objek Wisata Guci Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisata menyebutkan objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Objek wisata yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah keadan alam Objek Wisata Guci yang menjadi sasaran wisata karena mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Daya terik tersebut berupa
keindahan alam dan suasana pegunungan dan sumber mata air panas dari Gunung Slamet.
1.5.4 Sumber Belajar Sumber belajar adalah segala daya yang dapat dipergunakan untuk
kepentingan proses atau aktivitas pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung Rohani dan Ahmadi, 2004:152.
Pengertian sumber belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adalah sumber belajar untuk mata pelajaran geografi, yakni semua sumber
daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun peserta didik dalam mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut
pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA