Analisis pada masing-masing aspek hasil belajar psikomotorik menunjukkan bahwa nilai tertinggi ditemukan pada aspek menulis hasil pengamatan. Menurut
Setyarsono 2012, hal tersebut karena suasana pembelajaran baru sehingga siswa begitu  antusias  untuk  mengikuti  pembelajaran.  Sedangkan  nilai  terendah
ditemukan  pada  aspek  menjawab  pertanyaan.  Hal  tersebut  terjadi  karena  siswa kurang  mempersiapkan  diri  untuk  melakukan  presentasi  sehingga  jawaban  yang
diberikan  kurang  maksimal.  Seperti  yang  diungkapkan  Darso  2011,  dan  Rizki 2013,  bahwa  kesiapan  sangat  penting  untuk  memulai  suatu  pekerjaan  apapun.
Selain itu, pembagian kelompok dilakukan secara acak sehingga kemampuan tiap kelompok tidak merata. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan kelompok
dalam menjawab pertanyaan saat presentasi.
4.2.4 Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Hasil  belajar  siswa  pada  tiga  ranah  yang  dinilai  pada  tiap  kelas  berbeda. Kelas VIIG dan VIIH mendapatkan nilai tinggi pada ranah kognitif tapi tidak pada
ranah  afektif  dan  psikomotorik.  Kelas  VIIF  cenderung  lebih  unggul  pada  ranah afektif  dan  psikomotorik.  Kelas  VIIG  yang  memiliki  nilai  tinggi  pada  ranah
kognitif  mendapatkan  nilai  terendah  pada  ranah  psikomotorik.  Fakta  tersebut menunjukkan  kelas  VIIG  kurang  terampil  dalam  melakukan  pengamatan  dan
presentasi hasil pengamatan. Kelas VIIH memperoleh nilai yang tinggi pada ranah kognitif, namun mendapat nilai terendah pada ranah afektif.
Hasil    penelitian    menunjukkan    bahwa      tidak      terlihat    kaitan    antara tingginya  nilai  kognitif  dengan  afektif  dan  psikomotorik  jika    dilihat    dari
perolehan  nilai    siswa.    Siswa    yang    memiliki  kemampuan  kognitif  tinggi  tidak selalu  memiliki  sikap  dan  ketrampilan  yang  baik.  Namun,  Carl  Roger  dalam
Sudjana  2009  menyatakan    seseorang    yang    telah    menguasai    tingkat kognitifnya  maka
perilakunya  sudah  bisa  diramalkan,  artinya  sebenarnya  prestasi  belajar  kognitif, afektif, dan psikomotorik selalu berhubungan satu dengan yang lain. Seperti yang
diungkapkan  Widyaningsih  et  al.  2012  yang  menyatakan  bahwa  jika  prestasi siswa  baik  secara  teori  dapat  diramalkan  bahwa  prestasi  afektif  dan
psikomotornya  akan  baik  pula.  Pada  penelitian  Ratnasari  2014,  juga menunjukkan  bahwa  terdapat  korelasi  antara  kognitif  dengan  psikomotorik  dan
psikomotorik dengan afektif meskipun hanya dalam kategori sedang. Pada penelitian ini analisis hasil belajar kognitif menunjukkan nilai  N-gain
yang diperoleh menempatkan peningkatan nilai pretes-postes siswa pada kategori sedang.  Namun  demikian,  melalui  metode  field  trip  memberi  kesempatan  pada
siswa untuk mengeksplorasi lingkungan Sungai Kaligarang dan jalan sekitarnya, mengonstruksi  pengetahuannya  sendiri  dari  kegiatan  mengamati  obyek  belajar,
melakukan  proses  sains  saat  dilakukan  kegiatan  pengamatan,  dan  terciptanya pembelajaran yang menyenangkan.
Selain  itu,  melalui  metode  field  trip  memberikan  dampak  positif  terhadap hasil  belajar  lain  yaitu  hasil  belajar  siswa  pada  ranah  afektif  dan  psikomotorik.
Kegiatan  field  trip  yang  dilakukan  juga  memberikan  ruang  untuk  guru  dalam menilai  hasil  belajar  afektif  dan  psikomotorik  yang  selama  ini  kurang
diperhatikan.
4.2.5 Angket tanggapan siswa