Berdasarkan analisis hasil uji coba dengan N = 36 dan taraf signifikan 5 diperoleh r
hitung
= 0,342 sedangkan r
tabel
= 0,329. Karena r
11
r
tabel
maka soal reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15 dan nilair
tabel
dapat dilihat pada Lampiran 48.
3.7.1.3 Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai
berkemampuan rendah Arikunto, 2007: 211. Semakin tinggi daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan siswa yang
pandai dan yang kurang pandai. Teknik yang digunakan adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata mean yaitu antara rata-rata dari
kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap item. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan: : rata-rata kelompok atas
: rata-rata kelompok bawah : jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas
: jumlah kuadrat deviasi individual kelompok bawah N
: banyaknya subjek uji coba n
: 27 N
n
1
: banyaknya subjek uji coba kelas atas n
2
: banyaknya subjek uji coba kelas bawah Arifin 2012: 278.
Hasil t kemudian dikonsultasikan dengan tabel t. Jika t
hitung
t
tabel
dengan dk = n
1
– 1 + n
2
– 1 dan taraf signifikan 5 maka daya pembeda butir soal tersebut signifikan. Perhitungan daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Daya Pembeda
Nomor soal Nilai t hitung Harga t tabel
dk=18, α = 5 Terima H
1. 0,28
1,73 Tidak signifikan
2. 2,56
1,73 signifikan
3. 2,46
1,73 signifikan
4. 2,06
1,73 signifikan
5. 1,76
1,73 signifikan
6. 3,86
1,73 signifikan
7. 2,68
1,73 signifikan
Berdasarkan analisis hasil uji coba diperoleh empat soal dengan kriteria signifikan yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 dan soal dengan kriteria insignifikan
yaitu soal nomor 1. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
3.7.1.4 Analisis Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari
tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional Sudjana,
2006:135. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index.Teknik perhitungannya adalah dengan
menghitung berapa persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau berada pada batas lulus passing grade untuk tiap-tiap soal Arifin, 2009: 273.
Menurut Arifin 2009: 273, tingkat kesukaran diklasifikasikan berikut. 1. Jika jumlah siswa yang gagal mencapai 27 dari seluruh siswa, maka soal
termasuk kategori mudah. 2. Jika jumlah siswa yang gagal antara 28 sampai dengan 72 dari seluruh
siswa, maka soal termasuk kategori sedang. 3. Jika jumlah siswa yang gagal lebih dari atau kurang dari 72 dari seluruh
siswa, maka soal termasuk kategori sukar. Pada penelitian inidigunakan interpretasi indeks kesukaran dengan memisalkan
adalah jumlah siswa yang gagal sebagai berikut. 1.
, maka soal termasuk kategori mudah. 2.
, soal termasuk kategori sedang. 3.
, maka soal termasuk kategori sukar. Hasil perhitungan analisis taraf kesukaran terdapat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Soal
nomor keterangan
1 sukar
2 sedang
3 mudah
4 sukar
5 sedang
6 sukar
7 sedang
Dari Tabel 3.6 diperoleh nomor 3 tergolong soal mudah, nomor 2, 5 dan 7 tergolong soal sedang dan nomor 1, 4 dan 6 tergolong soal sukar. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
3.7.2 Penentuan