42
energi yang diperoleh dari makanan sarapan pada umumnya berada pada kategori cukup dengan jumlah murid sebanyak 44 orang 59,5. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang
dikonsumsi pada saat sarapan sudah memenuhi kebutuhan energi. Namun, perlu diketahui bahwa sumbangan energi terhadap anjuran kecukupan energi kategori kurang pada murid
masih banyak ditemukan. Hal ini diduga karena porsi sarapan yang dikonsumsi terutama sumber energi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat sarapan.
Penelitian Sunarti dkk 2006 menunjukkan bahwa konsentrasi dipengaruhi oleh asupan energi makan pagi dan energi snack pagi, protein makan pagi dan protein snack pagi
dan skor konsentrasi pagi. Kondisi tersebut berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi. Dalam kedaaan normal, sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa
sebagai sumber energi. Dalam proses absorbsi, glukosa di absorpsi secara aktif menggunakan alat angkut protein dan energi sehingga jika kecukupan protein kurang maka proses
pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu yang menyebabkan otak mengalami kekurangan glukosa yang akan memengaruhi daya konsentrasi.
Kekurangan energi pada anak sekolah dapat mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Pada saat usia remaja atau dewasa kekurangan konsumsi energi dapat menurunkan
produktivitas kerja. Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan keadaan gizi kurang. Pada keadaan gizi kurang akan mengakibatkan
terhambatnya proses tumbuh kembang anak. Kelebihan energi akan mengakibatkan kelebihan berat badan atau kegemukan.
Kegemukan biasanya disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, lemak maupun protein, juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan
dalam fungsi tubuh dan merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan dapat memperpendek
harapan hidup Almatsier, 2009.
5.3 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Protein
Universitas Sumatera Utara
43
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein yang diperoleh dari makanan sarapan pada umumnya berada pada kategori cukup
dengan dengan jumlah murid sebanyak 44 orang 59,5. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan sudah memenuhi kebutuhan protein. Namun,
perlu diketahui bahwa sumbangan protein terhadap anjuran kecukupan protein kategori kurang pada murid juga masih banyak ditemukan. Hal ini diduga karena porsi sarapan yang
dikonsumsi terutama sumber protein tidak cukup dan makanan yang dikonsumsi sebagai sumber protein saat sarapan kurang bervariasi jenisnya.
Sumber protein yang paling banyak adalah protein hewani yaitu dari ikan, telur dan ayam. Bahan makanan hewani kaya dalam protein bermutu tinggi, tetapi hanya merupakan
18,4 konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Bahan makanan nabati yang kaya dalam protein adalah kacang-kacangan. Kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein
hanya 9,9. Sayuran dan buah-buahan rendah dalam protein, kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein adalah 5,3 Almatsier, 2009.
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan
bagi tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein dapat menimbulkan masalah lain seperti asidosis, dehidrasi, diare,
kenaikan amonia darah, kenaikan ureum dan demam.
5.4 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Vitamin A
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin A yang diperoleh dari makanan sarapan pada umumnya berada pada kategori cukup
dengan jumlah murid sebanyak 41 orang 55,4. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan sudah memenuhi kebutuhan vitamin A. Namun, perlu diketahui
bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin A kategori kurang pada murid masih banyak ditemukan. Hal ini diduga karena porsi sarapan yang dikonsumsi
Universitas Sumatera Utara
44
terutama sumber vitamin A kurang jumlahnya. Pada umumnya tingkat konsumsi murid terhadap vitamin A berasal dari sayuran
seperti bayam dan kangkung. Meskipun sayuran tersebut mengandung vitamin A yang cukup tinggi, jika frekuensi pemberian jarang, maka kebutuhan tubuh terhadap vitamin A juga akan
berkurang. Disamping berasal dari pangan nabati, vitamin A juga terdapat dalam pangan hewani
seperti dalam hati, kuning telur, susu di dalam lemaknya dan mentega. Vitamin berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh diantaranya pada fungsi penglihatan. Vitamin A juga
berfungsi terhadap kekebalan tubuh manusia yang disebut sebagai antioksidan dan fungsi metabolik lainnya. Sehingga jika terjadi kekurangan terhadap vitamin A akan menyebabkan
gangguan penglihatan
dan tidak adanya kekebalan terhadap infeksi serta gangguan pertumbuhan pada anak.
5.5 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Vitamin C