Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Vitamin C Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Zat Besi

44 terutama sumber vitamin A kurang jumlahnya. Pada umumnya tingkat konsumsi murid terhadap vitamin A berasal dari sayuran seperti bayam dan kangkung. Meskipun sayuran tersebut mengandung vitamin A yang cukup tinggi, jika frekuensi pemberian jarang, maka kebutuhan tubuh terhadap vitamin A juga akan berkurang. Disamping berasal dari pangan nabati, vitamin A juga terdapat dalam pangan hewani seperti dalam hati, kuning telur, susu di dalam lemaknya dan mentega. Vitamin berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh diantaranya pada fungsi penglihatan. Vitamin A juga berfungsi terhadap kekebalan tubuh manusia yang disebut sebagai antioksidan dan fungsi metabolik lainnya. Sehingga jika terjadi kekurangan terhadap vitamin A akan menyebabkan gangguan penglihatan dan tidak adanya kekebalan terhadap infeksi serta gangguan pertumbuhan pada anak.

5.5 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Vitamin C

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin C yang diperoleh dari makanan sarapan pada umumnya berada pada kategori kurang dengan jumlah murid sebanyak 18 orang 24,3. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan belum memenuhi kebutuhan vitamin C. Selain itu, konsumsi sayuran dan buah-buahan pada saat sarapan belum menjadi kebiasaan pada murid. Kebiasaan anak yang tidak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan juga disebabkan sumber zat gizi tersebut tidak diperkenalkan pada anak sejak dini. Seperti yang dikatakan Hui dalam Gunanti 2006, bahwa beberapa prinsip utama dalam pembentukan kebiasaan makan yang baik pada anak adalah dengan memperkenalkan beragam jenis makanan kepada anak termasuk sayur sejak dini. Menurut Kapiten 2003, seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini akan sangat mudah mengarahkan kebiasaan makan yang baik. Universitas Sumatera Utara 45 Vitamin C juga berfungsi terhadap kekebalan tubuh manusia yang disebut sebagai antioksidan dan mencegah infeksi serta membantu proses absorbsi zat besi. Jika terjadi kekurangan terhadap vitamin C akan menyebabkan sariawan dan gusi berdarah dan tidak adanya kekebalan terhadap infeksi.

5.6 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Zat Besi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan zat besi yang diperoleh dari makanan sarapan pada umumnya berada pada kategori kurang dengan jumlah murid sebanyak 46 orang 62,2. Hal ini disebabkan rendahnya konsumsi sayur-sayuran dan kacang-kacangan yang merupakan sumber besi Fe. Sumber besi baik lainnya berasal dari makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan. Meskipun konsumsi pangan yang mengandung besi sudah cukup, perlu diperhatikan kualitas besi dalam makanan. Sehingga ada baiknya diperhatikan kombinasi makanan yang terdiri atas campuran sumber besi dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu absorbsi besi. Besi Fe bersama protein merupakan unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Kekurangan besi dan protein dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan akan menyebabkan anemia gizi. Salah satu kelompok yang rawan anemia gizi adalah anak usia sekolah. Menurut Santoso 2004, pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Pada anak usia sekolah, anemia gizi akan mengakibatkan konsentrasi dalam belajar menurun dan anak akan lebih mudah terserang penyakit infeksi. Hal ini tentu menghambat upaya pengembangan kualitas SDM. Zat besi juga berperan dalam perkembangan psikomotor anak. Defisiensi besi berpengaruh terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi neurotransmitter pengantar Universitas Sumatera Utara 46 saraf, kerusakan struktur myelin dan mengurangi metabolisme energi di otak. Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun Almatsier, 2009. Kondisi tersebut berkaitan dengan proses pengaktifan enzim Mono Amin Oksidase MAO. Zat besi diperlukan sebagai kofaktor untuk mengaktifkan enzim Mono Amin Oksidase MAO di otak yang berperan untuk daya konsentrasi.

5.7 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Kalsium