Pola Konsumsi Sarapan Pagi Murid Sekolah Dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

(1)

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR

DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

RATNA JUWITA SARI NIM : 111000287

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR

DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

RATNA JUWITA SARI NIM : 111000287

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

PERNYATAAN

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

TAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015 Ratna Juwita Sari


(4)

(5)

ABSTRAK

Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas setiap hari dan berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik pada anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua murid kelas 5 dan 6 tahun ajaran 2014/2015 SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal sebanyak 74 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 74 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juli 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 41,9% dari murid SDN 060921 Kecaatan Medan Sunggal memiliki frekuensi sarapan setiap hari. Sebanyak 20,3% murid mengkonsumsi nasi dan ayam pada saat sarapan dan sebanyak 50% mengkonsumsi teh manis sebagai minuman sarapan. Sebagian besar murid mempunyai sumbangan sarapan terhadap kecukupan energi (59,5%), protein (59,5%) dan vitamin A (55,4%) kategori cukup. Sedangkan sumbangan vitamin C (75,7%), zat besi (62,2%) dan kalsium (85,1%) sebagian besar berada pada kategori kurang.

Pola konsumsi sarapan murid sekolah dasar menurut frekuensi sudah baik, akan tetapi kecukupan gizi sarapan pada murid sebagian besar belum baik. Kepada pihak sekolah agar melakukan upaya peningkatan pengetahuan tentang sarapan dan kepada orangtua murid diharapkan untuk membantu anak agar terbiasa sarapan setiap hari dengan memperhatikan pemilihan makanan serta kandungan gizi sarapan sesuai kebutuhan murid.


(6)

ABSTRACT

Breakfast is important activity to start activity every morning and purpose to increase of learning concentration and physical ability of school children. This purpose of study was to know model of breakfast consumption of students in SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal year 2015.

This study is a survey research with cross sectional approach. This study population is all grades 5 and 6 of the academic year 2014/2015 SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal. Sampling tecnique used was total sampling with a sample obtained as many as 74 people. Means of collecting data used are questionnaires. The study conducted in April until July 2015.

The result of the study showed that students of SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal have frequency of breakfast everyday (41.9%), students eat rice and chicken for breakfast (20.3%) and students drink tea for breakfast (50%). Most of students have breakfast contribution of adequate nutrition energy (59.5%), protein (59.5%) and vitamin A (55.4) with enough categories. Meanwhile contribution of vitamin C (75.7%), iron (62.2%) and calcium (85.1%) most of students have adequate nutrition with less categories.

Breakfast models students based on frequency was good, but adequate nutrition breakfast of most student not quite good. Recommended for principal increase knowledge about breakfast and students parent help breakfast habits everyday with selection menu and nutrition value of breakfast based on needed.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang tidak pernah berhenti

mencurahkan kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Pola Konsumsi Sarapan Pagi Murid Sekolah Dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015”. Shalawat beriring salam kepada Rasulullah

Muhammad SAW, manusia sempurna yang diciptakan oleh-Nya yang sangat mencintai

umatnya dan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dan mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia.

Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Arfah Mardiana, S.Psi, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Prof. Dr. Albiner Siagian, M.Si, selaku Kepala Bagian Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat di FKM USU beserta Staf bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Dra. Jumirah, Apt., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II.


(8)

5. Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D dan Fitri Ardiani, SKM, MPH, selaku Dosen Penguji I dan Penguji II serta Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi, selaku Dosen Pengganti Penguji II.

6. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Dodi Maida, S.Pd, Selaku Kepala Sekolah SD Negeri 060921 Kecamatan Medan Sunggal.

8. Para guru di SDN 060921, khususnya guru kelas 5 dan kelas 6 Kecamatan Medan Sunggal yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Siswa SD Negeri 060921 khusunya Kelas V dan Kelas VI Kecamatan Medan Sunggal yang telah bersedia menjadi responden dan membantu penulis dalam penelitian ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tidak terhingga kepada :

1. Ayahanda tercinta, Muhammad Nasir, SB, yang selalu menjadi motivator dalam hidup penulis. Tak lupa pula almh. ibunda tercinta Ramadhanis yang selalu mendongkrak semangat penulis ketika mengenang beliau, yang selalu ada di hati penulis. Kepada ibu Siti Juwairiyah, terima kasih telah mengisi kekosongan peran ibu di rumah. Kepada Mak Uwo Suwarti terima kasih telah membantu penulis.

2. Kepada abang tercinta, Ahmad Septiyan calon sarjana teknik, yang sama-sama sedang berjuang dan selalu memberikan bantuan tak terhingga kepada penulis.

3. Adik tercinta, Fakhrozi Umari yang dengan keisengannya selalu membuat rindu hati penulis.

4. Sahabat-sahabat terbaik saya di UKMI FKM yang selalu ada bersama penulis baik suka maupun duka, khususnya Fira, Nura, Siti, Dian, Atika, Henti, Rici, Yolan, Kak Nisa, Saadah, Ica.


(9)

6. Kakak-kakak stambuk atas, khusunya Kak Rahmi, Kak Isna, Kak Una, Kak Defi, Kak Ulfa, Kak Nina, Kak Sri, Kak Anggi.

7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU, khususnya Halis, Aini, Ici, Fani, Elvira, Jejen, Chintya.

8. Teman Mahasiswa Angkatan 2010 dan 2011, khususnya kak Mariana Siregar, Bang Mustafa Kamal, Kak Rini, Kak Vini, Kak Entiwe, Kak Yani dan Kak Dila, Anes, Kak Fatima atas dukungannya.

9. Yang terakhir dan yang teristimewa, abangda Ahmarus Siddiq yang selalu menasihati dan setia menanti.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk semua kalangan.

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Juli 2015


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1Sarapan Pagi ... 9

2.1.1 Manfaat Sarapan Pagi ... 10

2.1.2 Kerugian Tidak Sarapan Pagi ... 12

2.2Kebiasaan Sarapan Pagi Anak Sekolah ... 14

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Sarapan Pagi Anak Sekolah ... 15

2.3Jenis Makanan Sarapan ... 17

2.4Pola Konsumsi Sarapan Pagi Anak Sekolah ... 19

2.5Kecukupan Gizi Anak Sekolah ... 21

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1Jenis Penelitian ... 28

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 28

3.2.2 Waktu Peneltitian ... 28

3.3Populasi dan Sampel ... 28

3.4Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5Definisi Operasional ... 29

3.6Aspek Pengukuran ... 30

3.6.1 Jenis Makanan Sarapan Pagi ... 30

3.6.2 Jumlah Zat Gizi Sarapan Pagi ... 31

3.6.3 Frekuensi Sarapan Pagi ... 32

3.6.4 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi ... 32


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 33

4.2 Gambaran Umum Murid Sekolah Dasar ... 34

4.2.1 Jenis Kelamin ... 34

4.2.2 Umur ... 34

4.2.3 Pekerjaan Orangua ... 35

4.3 Pola Konsumsi Sarapan Murid Sekolah Dasar ... 36

4.3.1 Frekuensi Sarapan ... 36

4.3.2 Jenis Sarapan ... 36

4.3.3 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi ... 38

4.3.4 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Karakteristik Murid Sekolah Dasar ... 39

BAB V PEMBAHASAN ... 50

5.1 Pola Konsumsi Sarapan Murid SD ... 50

5.1.1 Jenis Makanan Sarapan dan Frekuensi Sarapan Murid SD ... 50

5.2 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Energi ... 52

5.3 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Protein ... 54

5.4 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Vitamin A ... 55

5.5 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Vitamin C ... 56

5.6 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Zat Besi ... 57

5.7 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Kalsium ... 58

5.8 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupam Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

5.9 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupam Gizi Berdasarkan Umur ... 60

5.10 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupam Gizi Berdasarkan Pekerjaan Ayah ... 62

5.11 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupam Gizi Berdasarkan Pekerjaan Ibu ... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1 Kesimpulan ... 66

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 DAFTAR LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Makanan Sarapan Per 100 Gram ... 18

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Anak Sekolah... 26

Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin pada Murid SDN 060921 Tahun 2015 .... 34

Tabel 4.2 Distribusi Umur Murid SDN 060921 Tahun 2015... 34

Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Ayah pada Murid SDN 060921 Tahun 2015 .. 35

Tabel 4.4 Distribusi Pekerjaan Ibu pada Murid SDN 060921 Tahun 2015 ... 35

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sarapan pada Murid SDN 060921 Tahun

2015 ... 36 Tabel 4.6 Distribusi Jenis Makanan Sarapan yang Paling Sering pada Murid

SDN 060921 Tahun 2015 ... 37 Tabel 4.7 Distribusi Jenis Minuman pada Saat Sarapan pada Murid SDN

060921 Tahun 2015 ... 37 Tabel 4.8 Distribusi Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan

Gizi pada Murid SDN 060921 Tahun 2015 ... 38 Tabel 4.9 Distribusi Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan

Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Murid di SDN 060921 Tahun 2015 40

Tabel 4.10 Distribusi Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan

Umur pada Murid di SDN 060921 Tahun 2015 ... 42

Tabel 4.11 Distribusi Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan

Pekerjaan Ayah pada Murid di SDN 060921 Tahun 2015 ... 44

Tabel 4.12 Distribusi Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian... 72

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ... 75

Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian ... 76

Lampiran 4. Tabel Sumbangan Zat Gizi ... 77

Lampiran 5. Output Tabel Frekuensi ... 80

Lampiran 6. Output Tabel Crosstabs ... 85


(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Ratna Juwita Sari

Tempat Lahir

: Medan

Tanggal Lahir

: 30 Januari 1994

Suku Bangsa

: Minang

Agama

: Islam

Nama Ayah

: Muhammad Nasir

Nama Ibu

: Almh. Ramadhanis

Pendidikan Formal

1.

SD Negeri 060864 Medan

: 1999-2005

2.

SMP Negeri 24 Medan

: 2005-2008

3.

SMA Swasta Panca Budi Medan : 2008-2011

4.

Lama studi di FKM USU

: 3 tahun 11 bulan

Riwayat Organisasi

1.

UKMI FKM

: 2012-2014


(16)

ABSTRAK

Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas setiap hari dan berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik pada anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua murid kelas 5 dan 6 tahun ajaran 2014/2015 SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal sebanyak 74 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 74 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juli 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 41,9% dari murid SDN 060921 Kecaatan Medan Sunggal memiliki frekuensi sarapan setiap hari. Sebanyak 20,3% murid mengkonsumsi nasi dan ayam pada saat sarapan dan sebanyak 50% mengkonsumsi teh manis sebagai minuman sarapan. Sebagian besar murid mempunyai sumbangan sarapan terhadap kecukupan energi (59,5%), protein (59,5%) dan vitamin A (55,4%) kategori cukup. Sedangkan sumbangan vitamin C (75,7%), zat besi (62,2%) dan kalsium (85,1%) sebagian besar berada pada kategori kurang.

Pola konsumsi sarapan murid sekolah dasar menurut frekuensi sudah baik, akan tetapi kecukupan gizi sarapan pada murid sebagian besar belum baik. Kepada pihak sekolah agar melakukan upaya peningkatan pengetahuan tentang sarapan dan kepada orangtua murid diharapkan untuk membantu anak agar terbiasa sarapan setiap hari dengan memperhatikan pemilihan makanan serta kandungan gizi sarapan sesuai kebutuhan murid.


(17)

ABSTRACT

Breakfast is important activity to start activity every morning and purpose to increase of learning concentration and physical ability of school children. This purpose of study was to know model of breakfast consumption of students in SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal year 2015.

This study is a survey research with cross sectional approach. This study population is all grades 5 and 6 of the academic year 2014/2015 SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal. Sampling tecnique used was total sampling with a sample obtained as many as 74 people. Means of collecting data used are questionnaires. The study conducted in April until July 2015.

The result of the study showed that students of SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal have frequency of breakfast everyday (41.9%), students eat rice and chicken for breakfast (20.3%) and students drink tea for breakfast (50%). Most of students have breakfast contribution of adequate nutrition energy (59.5%), protein (59.5%) and vitamin A (55.4) with enough categories. Meanwhile contribution of vitamin C (75.7%), iron (62.2%) and calcium (85.1%) most of students have adequate nutrition with less categories.

Breakfast models students based on frequency was good, but adequate nutrition breakfast of most student not quite good. Recommended for principal increase knowledge about breakfast and students parent help breakfast habits everyday with selection menu and nutrition value of breakfast based on needed.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam

meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik (Martianto, 2006). Oleh karena itu untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik pada murid atau pelajar, saat sarapan pagi harus diperhatikan pemilihan menu serta kandungan gizi yang baik

untuk pemenuhan zat-zat gizi pada pagi hari.

Sarapan hanya memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pada pagi hari saja dengan

pemenuhan asupan zat gizi 15-30% dari kebutuhan sehari-hari yaitu sekitar 450-500 kalori

dan 8-9 gram protein. Kebiasaan makan pagi termasuk dalam salah satu tiga belas pesan dasar

gizi seimbang. Bagi anak sekolah sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina sehingga meningkatkan prestasi belajar. Bagi remaja dan orang dewasa sarapan yang cukup terbukti dapat mencegah kegemukan. Membiasakan sarapan juga berarti membiasakan disiplin bangun pagi dan beraktivitas pagi dan mencegah dari makan berlebihan di kala makan kudapan atau makan siang (Depkes, 2014).

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus

bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Anak sekolah memiliki banyak aktivitas di sekolah seperti proses belajar yang rutin dilakukan setiap hari, yang diikuti dengan kegiatan seperti bermain, berolahraga, berinteraksi baik individu maupun kelompok yang semuanya membutuhkan energi atau tenaga yang diperoleh dari sarapan pagi (Judarwanto, 2008).


(19)

Selain itu, pada anak usia sekolah terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan anak usia sekolah dasar berlangsung secara terus menerus, bersamaan dengan peningkatan asupan makanan secara konstan (Mahan &

Escott-Stump, 2004). Agar stamina anak akan tetap terjaga selama mengikuti kegiatan di

sekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler, maka anak perlu ditunjang dengan pangan yang bergizi dan berkualitas. Tetapi terdapat beberapa alasan bagi anak sekolah untuk tidak sarapan pagi seperti tidak lapar, tidak ada waktu, tidak ada yang menyiapkan makanan, tidak suka makanan yang disiapkan, makanan tidak ada dan sebagainya (Muhilal dan Damayanti, 2006).

Kebiasaan sarapan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan pagi yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan terhadap makanan. Kebiasaan ini meliputi sikap terhadap makanan yaitu kecenderungan bertingkah laku terhadap makanan yang didalamnya terkandung unsur suka atau tidak suka terhadap makanan, kepercayaan terhadap makanan, diterima atau tidak untuk dilakukan dan

biasanya berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan agama serta pemilihan terhadap makanan

yaitu macam makanan yang biasa dikonsumsi meliputi susunan menu dan porsi untuk sarapan pagi (Khumaidi, 1994).

Berdasarkan hasil survei konsumsi pangan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010), masih banyak anak yang tidak terbiasa sarapan sehat. Berdasarkan analisis dari hasil survei dapat diketahui bahwa dari 35.000 anak usia sekolah sekitar 26,1% sarapan hanya dengan air minum dan 44,6% memperoleh asupan energi kurang dari 15% kebutuhan gizi per hari.

Pada hasil riset Nestle Indonesia (2012), empat dari sepuluh anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi dan menurut Hardinsyah (2015), tujuh dari sepuluh anak Indonesia kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan minuman untuk sarapan tidak memenuhi standar gizi yang baik. Riset tersebut diperkuat oleh hasil penelitian sebuah lembaga terhadap 50.000 anak berusia lima sampai 12 tahun.


(20)

Berdasarkan penelitian hasil survei riset Nestle (2012), jenis makanan yang sering

dikonsumsi untuk sarapan pagi adalah nasi, rebusan umbi-umbian, mie, biskuit dan sereal.

Pada jenis makanan nasi dan rebusan tidak diimbangi dengan lauk yang mengandung protein dan vitamin. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi untuk sarapan adalah air mineral, sirup, susu dengan kadar gula yang tinggi dan susu dengan kadar gula yang rendah. Hal tersebut karena kecenderungan orang Indonesia melakukan sarapan pagi hanya untuk mengisi tenaga dan belum mengutamakan keseimbangan gizi. Berdasarkan penelitian Hardinsyah dan

Aries (2012), sepuluh jenis makanan yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan oleh anak 6

-12 tahun adalah nasi putih, telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mie instan, nasi goreng, sayuran (tumis), tahu goreng, serta roti dan turunannya. Lima jenis

minuman yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan oleh anak 6-12 tahun adalah air putih,

teh manis, susu kental manis, susu instan dan air teh.

Menurut Hardinsyah (2015), masyarakat kota pada dasarnya mampu untuk sarapan bergizi, namun karena faktor gaya hidup membuat mereka jarang sarapan. Hal ini terjadi

karena waktu istirahat terbuang akibat terlalu banyak berjejaring sosial, main games atau

menonton televisi hingga larut malam, hasilnya mereka sering telat bangun dan orangtua

tidak sempat membuatkan sarapan untuk anak-anaknya. Waktu sarapan yang baik adalah

antara pukul 05.00 hingga 09.00 pagi dengan kadar tidak lebih dari 300-400 kilo kalori atau

25% dari kebutuhan kalori harian sebesar 1.400-1.500 kilo kalori. Seorang anak yang sarapan

memiliki prestasi akademis yang jauh lebih baik ketimbang yang tidak sarapan.

Bagi anak sekolah meninggalkan sarapan membawa dampak yang kurang menguntungkan. Konsentrasi di kelas biasanya buyar karena tubuh tidak memperoleh masukan gizi yang cukup. Sebagai gantinya, siswa jajan di sekolah untuk sekedar mengganjal perut. Tetapi mutu dan keseimbangan gizi tidak seimbang. Oleh karena itu kebiasaan sarapan hendaknya dipertahankan dalam setiap keluarga (Khomsan, 2010). Selain itu, makan pagi berperan penting terutama untuk menyediakan energi serta gairah belajar dan kerja pada awal


(21)

hari baru (Soekirman, 2000).

Anak usia sekolah (10-12 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab

dan pada usia ini sudah termasuk remaja. Keadaan kesehatan gizi anak sekolah tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Apabila tingkatan kesehatan gizi tidak baik, maka akan timbul defesiensi gizi dengan yang paling menonjol adalah kurang energi atau kalori, kurang protein, kurang vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium dan lainnya (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. Bagi anak sekolah protein dibutuhkan untuk

membangun dan memperbaiki sel-sel tubuh dan menjadi penghasil energi bagi tubuh yang

jika kekurangan akan menghambat pertumbuhan, daya tahan tubuh menjadi lemah serta menyebabkan penyakit kwarshiorkor dan marasmus (Almatsier, 2009).

Mineral seperti zat besi pada anak sekolah dibutuhkan untuk mencegah anemia dan membantu meningkatkan kebugaran tubuh anak. Sedangkan kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Vitamin juga dibutuhkan pada anak sekolah seperti vitamin A yang berfungsi bagi kesehatan mata, kulit dan menjaga imunitas anak yang jika kekurangan akan menyebabkan rabun senja dan kebutaan. Vitamin lain seperti vitamin C juga berperan penting untuk meningkatkan ketahanan tubuh anak dan mencegah penyakit infeksi yang jika kekurangan akan menyebabkan sariawan dan gusi berdarah (Almatsier, 2009)

Menurut Rohayati (2001), perilaku makan pagi anak sekolah harus mendapat perhatian yang serius karena hal ini berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan. Mengingat pentingnya kebiasaan sarapan terutama pada kalangan anak sekolah menuntut siswa lebih selektif dalam memilih makanan dan lebih memperhatikan pentingnya sarapan. Oleh karena itu perlu dikaji bagaimana perilaku sarapan pagi siswa sekolah dasar sebagai


(22)

bentuk kepedulian mereka terhadap prestasi dan sebagai penerapan pengetahuan yang mereka peroleh.

Penelitian Kurniasari (2005) menemukan sebesar 25% anak sekolah dasar di Yogyakarta jarang mempunyai kebiasaan sarapan. Menurut penelitian Djusmaidar (1991), sebanyak 18,8% anak sekolah dasar tidak melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah. Beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain : faktor sosiologis (55,6%), faktor waktu (33,3%) dan faktor kesehatan (11,1%). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Rohayati (2003), faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan dan prestasi belajar siswa di Kudus, Semarang, yaitu peranan ibu, tingkah laku orang terdekat (keluarga) dan selera makan pada anak.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa konsumsi sarapan murid di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal kurang memenuhi kecukupan gizi dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Dari survei terhadap 20 murid di SDN tersebut sebanyak 13 orang (65%) yang sarapan dan 7 orang (35%) yang tidak sarapan. Dari 13 orang yang sarapan, ada 5 orang (38,5%) sarapan hanya dengan teh manis dan roti, 5 orang (38,5%) sarapan dengan nasi dan lauk dan 3 orang (23%) sarapan dengan nasi, lauk, sayur ditambah susu. Dalam survei tersebut, alasan para murid tidak sarapan adalah karena tidak sempat (57,1%), tidak ada yang menyiapkan (28,6%) dan tidak lapar atau tidak selera makan (14,3%).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.


(23)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jenis sarapan pagi yang dikonsumsi oleh murid SDN 060921.

2. Mengetahui jumlah energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium dari sarapan pagi yang dikonsumsi oleh murid SDN 060921.

3. Mengetahui sumbangan sarapan pagi terhadap anjuran kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium pada murid SDN 060921

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi bagi pihak SDN 060921 tentang pola konsumsi sarapan pagi murid pada tahun 2015.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru di SDN 060921 agar memberikan informasi dan tentang pentingnya sarapan pagi kepada muridnya.

3. Sebagai informasi bagi pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya bidang Gizi Kesehatan Masyarakat dan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sarapan Pagi

Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2010).

Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam pesan ke delapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000).

Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi terdapat ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009). Anak-anak yang tidak melewatkan waktu sarapan akan mengalami gangguan fisik terutama kekurangan energi untuk beraktivitas. Dampak lain juga akan dirasakan pada proses belajar mengajar yaitu anak menjadi kurang konsentrasi, mudah lelah, mudah mengantuk dan gangguan fisik lainnya. Anak-anak yang sarapan memiliki performa yang lebih baik dalam perkembangan kognitif di sekolah dibandingkan mereka yang tidak sarapan (Ahmad dkk, 2011)

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi, selain


(25)

itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji, 2009).

2.1.1 Manfaat Sarapan Pagi

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).

Berikut ini adalah beberapa manfaat sarapan pagi: 1. Memberi energi untuk otak

Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.

2. Meningkatkan asupan vitamin

Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan, 2010).

Jus buah segar adalah minuman yang dianjurkan untuk sarapan karena mengandung vitamin dan mineral yang menyehatkan. Sari buah alami dapat meningkatkan kadar gula darah setelah semalaman tidak makan. Setelah itu bisa dilanjutkan dengan makanan seperti

sereal, nasi atau roti. Menu pilihan lain berupa roti dan telur, bubur, susu, mie, pasta dan lain

-lain.

3. Memperbaiki memori atau daya ingat

Penelitian terakhir membuktikan bahwa tidur semalaman membuat otak kelaparan. Jika tidak mendapat glukosa yang cukup pada saat sarapan, maka fungsi otak atau memori


(26)

dapat terganggu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suzan E. Bagwel (2008) pada dua kelompok populasi dengan kebiasaan sarapan yang rutin pada suatu kelompok dan kebiasaan sarapan yang tidak rutin pada kelompok lainnya, menggunakan tes daya ingat yaitu dengan cara memberikan delapan kata yang sering ditemukan oleh kedua kelompok tersebut untuk dihafal selama lima menit, kemudian menuliskannya kembali dalam waktu satu menit. Hasil

dari tes tersebut didapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok dengan kebiasaan

sarapan rutin daripada kelompok dengan kebiasaan sarapan yang tidak rutin. 4. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres

Dari sebuah survei, anak-anak dan remaja yang sarapan memiliki performa lebih,

mampu mencurahkan perhatian pada pelajaran, berperilaku positif, ceria, koperatif, mudah berteman dan mudah menyelesaikan masalah dengan baik. Sedangkan anak yang tidak sarapan tidak dapat berfikir dengan baik dan selalu kelihatan malas.

Manfaat lain dari sarapan adalah mengurangi kemungkinan jajan di sekolah dan mengurangi risiko dari bahan tambahan makanan berbahaya seperti zat pewarna, pengawet, pemanis, penyedap dan sebagainya. Sarapan bergizi seimbang dan cukup mengandung karbohidrat kompleks dari serealia juga akan mengurangi kemungkinan makan siang dan malam lebih banyak (Martianto, 2006).

2.1.2 Kerugian Tidak Sarapan Pagi

Seseorang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Dalam keadaan seperti ini, tubuh tidak berada dalam kondisi yang baik untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Bila anak sekolah yang tidak sarapan pagi maka kadar gulanya akan menurun. Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen. Jika cadangan glikogen habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009).

Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam sehingga kemampuan memecahkan suatu masalah juga


(27)

menjadi sangat menurun yang akan menyebabkan prestasi belajar juga ikut menurun. Hal ini akan menghambat proses belajar di sekolah. Bila anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan anemia gizi besi (Ahmad dkk, 2011).

Berikut ini adalah beberapa kerugian tidak sarapan pagi: 1. Hipoglikemia

Pada anak yang tidak sarapan, menipisnya ketersediaan glikogen otot tidak tergantikan. Untuk menjaga agar kadar gula darah tetap normal, tubuh memecah simpanan glikogen dalam hati menjadi gula darah. Jika bantuan pasokan gula darah ini habis juga, tubuh akan kesulitan memasok jatah gula darah ke otak. Akibatnya anak bisa menjadi gelisah, bingung, pusing, mual, berkeringat dingin, kejang perut bahkan bisa sampai pingsan. Ini merupakan gejala hipoglikemia atau merosotnya kadar gula darah (Ratnawati, 2001).

2. Obesitas

Orang yang tidak sarapan merasa lebih lapar pada siang dan malam hari daripada orang yang sarapan karena asupan energi cenderung meningkat ketika sarapan dilewatkan. Mereka akan mengonsumsi lebih banyak makanan pada waktu siang dan malam hari. Asupan makanan yang banyak pada malam hari akan berakibat pada meningkatnya glukosa yang disimpan sebagai glikogen. Karena aktivitas fisik pada malam hari sangat rendah, glikogen kemudian disimpan dalam bentuk lemak. Hal inilah yang akan mengakibatkan terjadinya obesitas (Siagian, 2008).

Kerugian lain jika tidak ada asupan makanan di pagi hari yaitu dapat memicu kadar insulin lebih tinggi dalam darah. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus dapat menjadi cikal bakal penyakit diabetes.


(28)

Kebiasaan sarapan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan sarapan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.

Bagi sebagian orang sarapan merupakan kegiatan yang tidak menggairahkan karena nafsu makan belum ada. Selain itu, keterbatasan menu yang tersaji di meja makan dan waktu yang terbatas menyebabkan orang sering meninggalkan sarapan (Khomsan, 2010). Takut menjadi gemuk juga sering dijadikan alasan untuk meninggalkan sarapan.

Kebiasaan tidak sarapan pagi yang terus menerus akan mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010).

Pada sebagian kasus, terdapat beberapa anak yang tidak sarapan tetapi masih tetap sehat dan produktif. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing individu dapat membentuk bioritme sendiri-sendiri. Bila seseorang tidak biasa sarapan, maka saluran cerna dan enzim-enzim di dalam tubuhnya juga tidak akan siap menerima makanan. Bila hal itu dipaksakan justru akan menimbulkan rasa tidak enak (Khomsan, 2010).

Sarapan menjadi perilaku yang baik apabila dilakukan secara rutin atau menjadi kebiasaan. Kebiasaan sarapan terutama pada anak sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua dalam membiasakan anaknya sarapan di pagi hari (Ahmad dkk, 2011). Membiasakan anak-anak yang belum biasa sarapan pagi perlu memakai cara yang bertahap. Mula-mula sarapan pagi diberikan dalam takaran (porsi) sedikit kemudian secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran dan kebutuhan.

2.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Sarapan Anak

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan pada anak sekolah :


(29)

1. Uang saku

Pemberian uang saku pada anak merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga kepada anak untuk keperluan harian, mingguan atau bulanan baik untuk keperluan jajan atau keperluan lainnya seperti alat tulis, menabung, dan sebagainya. Namun, anak usia sekolah biasanya diberi uang saku untuk keperluan jajan di sekolah. Hal ini terjadi pada anak dari keluarga berpendapatan tinggi maupun keluarga berpendapatan rendah. Pemberian uang saku ini berpengaruh kepada anak untuk belajar mengelola dan bertanggungjawab atas uang saku yang dimilikinya. Salah satu alasan seorang anak mengonsumsi makanan yang beragam adalah uang saku (Rohayati, 2001).

2. Pekerjaan ibu

Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud memperoleh atau membantu penghasilan. Seorang ibu rumah tangga yang memiliki peran ganda, jenis kegiatannya akan bertambah sehingga biasanya ibu rumah tangga yang bekerja mengurangi alokasi waktunya untuk pekerjaan rumah tangga dan kegiatan sosial lainnya. Sedangkan menurut Suhardjo yang dikutip oleh Rohayati (2001), ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk mempersiapkan makanan untuk keluarga. Khomsan (2010) menambahkan bahwa peranan ibu dalam pembentukan kebiasaan sarapan pada anak sangat menentukan karena ibu terlibat langsung dalam penyediaan makanan rumah tangga. Faktor kesibukan ibu, khususnya yang bekerja seringkali mengakibatkan ibu tidak sempat untuk membuat sarapan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohayati (2001) pada anak sekolah di provinsi NTT, diketahui bahwa pekerjaan ibu mempengaruhi frekuensi sarapan anak. Hal ini disebabkan karena ibu terlibat langsung dalam kegiatan rumah tangga, khususnya penyelenggaraan makan keluarga, termasuk dalam pemilihan jenis pangan dan penyusunan menu untuk keluarga.


(30)

Banyak penelitian dilakukan yang menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan konsumsi pangan antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan yang dikutip oleh Kusumaningsih (2007), menunjukkan bahwa remaja laki-laki cenderung menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan. Selain itu diketahui pula bahwa sumbangan makanan selingan terhadap total konsumsi ternyata cukup besar terutama terhadap anak perempuan.

4. Besar anggota keluarga

Besar keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, anak serta anggota keluarga lainnya yang hidup dari pengeluaran sumberdaya yang sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Menurut Harper et al yang dikutip oleh Rohayati (2001), terdapat hubungan antara besar keluarga, pendapatan dan konsumsi serta dapat diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan bila dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Jumlah anak yang menderita kelaparan pada keluarga besar empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga kecil.

Berdasarkan hasil penelitian Yulfida (2001) pada anak sekolah dasar di Sumatera Barat, diketahui bahwa besar keluarga mempengaruhi konsumsi energi dan protein sarapan anak. Hal ini disebabkan karena besar anggota keluarga berkaitan dengan pendistribusian makanan dalam keluarga yaitu pemenuhan kebutuhan individu. Semakin besar kelurga makan semakin kecil peluang terpenuhinya kebutuhan individu terkait dengan kemampuan keluarga. 2.3 Jenis Makanan Sarapan

Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman dalam jumlah yang seimbang (Depkes, 2014).

Pengelompokan jenis hidangan yang dikonsumsi oleh anak sekolah untuk sarapan adalah:


(31)

1) makanan pokok

2) makanan pokok dan hewani 3) makanan pokok dan nabati

4) makanan pokok, hewani dan nabati

5) makanan pokok, hewani, nabati dan sayuran 6) makanan pokok, nabati dan sayuran

7) makanan pokok, hewani, nabati, sayuran dan makanan jajanan 8) makanan jajanan

Hasil penelitian yang dikutip oleh Kusumaningsih (2007) menunjukkan bahwa jenis hidangan yang biasa dikonsumsi untuk sarapan oleh anak sekolah umumnya terbatas pada makanan pokok saja dan jenis hidangan lainnya adalah makanan jajanan.

Berikut disajikan daftar kandungan gizi beberapa jenis makanan sarapan. Tabel 2.1 Kandungan Gizi Makanan Sarapan Per 100 Gram

Makanan Sarapan Energi (kal) Protein (g)

Beras 335 6,2

Mie 339 10,0

Ayam goreng 300 34,2

Abon 212 18,0

Telur dadar 251 16,3

Burger 276 12,8

Kornet 241 16,0

Sosis 452 14,5

Tahu 68 7,8

Tempe 149 18,3

Sumber : Khomsan (2010)

Jenis makanan yang dapat dijadikan sebagai menu sarapan antara lain (Sianturi, 2001):

1. Susu

Susu dapat dijadikan sebagai menu sarapan karena susu mengandung zat gizi dan kalori yang cukup lengkap. Namun, untuk mencukupi 25 persen dari total kalori per hari maka susu harus dikombinasikan dengan makanan lainnya seperti biskuit, sandwich, roti dan sebagainya.


(32)

2. Biskuit

Biskuit dapat digunakan sebagai alternatif makanan sarapan. Untuk memenuhi 25 persen dari total kalori, biskuit dapat dikombinasikan dengan telur rebus dan jus buah.

3. Sereal

Sereal umumnya adalah sereal yang mengandung zat gizi cukup lengkap. Sereal dapat pula dikombinasikan dengan roti, biskuit dan sandwich.

4. Buah-buahan

Buah-buahan adalah sumber vitamin, mineral dan serat yang baik. Buah-buahan dapat dikonsumsi secara langsung atau dibuat jus sebagai pelengkap sarapan. Selain itu, buah dapat pula dimakan saat di perjalanan atau ketika tiba di sekolah atau tempat kerja.

5. Roti

Roti dapat disajikan dalam bentuk sandwich atau roti isi selai ataupun keju sebagai menu sarapan. Roti memiliki nilai kalori yang cukup tinggi serta dapat pula dikombinasikan dengan jus buah.

6. Telur

Telur adalah sumber protein yang baik. Telur mengandung zat gizi lengkap, antara lain cholin, vitamin E, A, B6, asam folat, B12 dan kolesterol.

2.4 Pola Konsumsi Sarapan Pagi Anak Sekolah

Menurut Hoang yang dikutip oleh Zulfrida (2003) pola konsumsi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologis, kebudayaan dan sosial.


(33)

dan dua kali makan selingan (snack). Waktu memberikan makanan selingan adalah diantara dua waktu makan yaitu tepatnya diantara waktu makan pagi dan makan siang serta diantara siang dan makan malam. Waktunya jam 10 pagi dan jam 4 sore.

Konsumsi sarapan pagi dimulai antara bangun pagi sampai jam 9 pagi untuk

memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian atau sekitar 15-30% dari kebutuhan gizi harian

dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas dengan kadar tidak lebih dari 300

-400 kilo kalori atau 25% dari kebutuhan kalori harian sebesar 1.-400-1.500 kilo kalori

(Hardinsyah, 2012). Barton et al (2005) dan Affenito et al (2005) di Amerika menetapkan sarapan dari dam 5 sampai jam 10 pagi pada hari sekolah dan jam 5 sampai jam 11 pagi pada hari libur. Batasan ini tidak tepat karena jam 10 adalah saatnya morning tea atau snack pagi. Sarapan yang baik adalah bila selalu dilakukan pada pagi hari bukan menjelang makan siang dan tidak perlu dibedakan antara saat hari kerja/sekolah dan hari libur (Hardinsyah, 2012).

Menurut Khomsan (2010) sarapan sebaiknya menyumbangkan energi sekitar 25% dari

asupan energi harian yang terdiri dari sekitar 450-500 kalori dan 8-9 gram protein. Sarapan

yang mengandung sekitar 25% kebutuhan gizi sehari merupakan bagian dari pemenuhan gizi seimbang serta dapat memengaruhi daya pikir dan aktivitas seseorang seharian, terlebih lagi pada anak dalam usia pertumbuhan. Oleh karena itu, sarapan pagi sebaiknya harus dilakukan setiap hari dengan menu sarapan yang lengkap dan mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan tubuh seperti protein, karbohidrat, vitamin, zat besi dan lemak yang mengandung omega 3 sehingga dapat memberikan nutrisi yang baik untuk perkembangan tubuh anak. 2.5 Kecukupan Gizi Anak Sekolah

Anak dari golongan usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah tetapi porsinya harus lebih besar karena kebutuhannya yang lebih banyak, mengingat bertambahnya berat badan badan dan aktivitas (Adriani & Wirjatmadi, 2012).


(34)

Kebutuhan gizi harus disesuaikan dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh anak usia sekolah. Oleh karena itu, ada beberapa fungsi dan sumber zat gizi yang perlu diketahui agar dapat mencukupi kebutuhan gizi anak sekolah, yaitu :

1. Energi

Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

Penggunaan energi di luar AMB (Angka Metabolisme Basal) bagi bayi dan anak selama masa pertumbuhan adalah untuk bermain dan sebagainya. Besar kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh lama serta intensitas kegiatan jasmani tersebut. Kebutuhan energi anak-anak digolongkan berdasarkan umur, metabolisme dasar dan aktivitas.

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi.

2. Karbohidrat

Di dalam tubuh, zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon dapat digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang terbentuk dapat digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh baik yang disadari maupun yang tidak disadari misalnya, gerakan jantung, pernapasan (paru-paru), usus dan organ-organ lain dalam tubuh. Dari uraian tersebut dapat diketahui keperluan tubuh yang utama adalah terbentuknya bahan bakar (tenaga). Karbohidrat-zat tepung/pati-gula adalah makanan yang dapat memenuhi keperluan untuk tenaga.


(35)

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi tubuh. Selain itu, karbohidrat juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk kelangsungan proses metabolisme lemak. Diketahui juga karbohidrat mengadakan suatu aksi penghematan terhadap protein. Pangan sumber karbohidrat misalnya, serealia, biji-bijian, gula dan buah-buahan umumnya menyumbang paling sedikit 50% atau separuh kebutuhan energi keseluruhan. Proporsi asupan karbohidrat yang disarankan untuk anak usia sekolah adalah 50-60% karbohidrat dari kebutuhan energi per hari.

3. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Kebutuhan protein menurut adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan dan menyusui. Pada anak usia sekolah, kebutuhan protein relatif lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Asupan protein untuk anak haruslah berasal dari protein yang dapat memenuhi semua kebutuhan asama amino esensial untuk menjaga jumlah kebutuhan agar tercukupi, disamping menyediakan sejumlah protein ekstra yang diperlukan untuk proses pertumbuhan (Anonim, 2012). Angka Kecukupan Protein (AKP) anak usia sekolah umur 7-9 tahun adalah 400 mg untuk laki-laki dan perempuan, umur 10-12 tahun laki-laki adalah 400 mg sedangkan untuk perempuan 350 mg. Disarankan untuk memberi protein 1,5-2 g/kg berat badan bagi anak sekolah atau sekitar 10-15% dari kebutuhan energi per hari.

Sumber protein terdapat dalam bahan makanan hewani yang merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang, kedelai dan hasil olahannya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain (Almatsier, 2009).


(36)

Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Fungsi lemak terutama adalah menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh, sebagai pembentuk struktur tubuh, mengatur proses yang berlangsung dalam tubuh secara langsung dan tak langsung serta sebagai pembawa (carrier) vitamin yang larut dalam lemak.

Defisiensi lemak dalam tubuh akan mengurangi ketersediaan energi dan mengakibatkan terjadinya katabolisme atau perombakan protein. Cadangan lemak akan semakin berkurang dan lambat laun akan terjadi penurunan berat badan. Defisiensi asam lemak akan mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan terjadinya kelainan pada kulit. Sumber lemak diantaranya susu, minyak olive, minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak ikan dan lain-lain. Menurut WHO (2008), kebutuhan lemak untuk anak usia 2-18 tahun adalah 25-35% dari kebutuhan energi total.

5. Vitamin

Vitamin dan mineral diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Bila asupan vitamin dan mineral tidak mencukupi maka pertumbuhan akan terganggu dan menghasilkan sejumlah penyakit akibat defisiensi.

a) Vitamin larut lemak

Asupan harian vitamin larut lemak ditentukan dari berat badan. Pemberian vitamin A harus diperhatikan karena banyak kasus defisiensi vitamin A pada kelompok usia anak sekolah. Vitamin D juga dibutuhkan untuk penyerapan dan penyimpanan kalsium ke tulang.

Kebutuhan dari sumber bahan makanan tergantung pada faktor non-dietary, seperti lokasi geografis dan waktu yang dihabiskan diluar ruangan. Anak-anak yang tinggal di daerah tropis tidak memerlukan tambahan vitamin D atau hanya butuh sekitar 2,5 µg (100 IU) atau kurang dari itu untuk mengoptimalkan penyerapan kalsium dalam tubuhnya. Temperate zones

(daerah diluar lingkungan tropis) memerlukan vitamin D yang berasal dari sumber bahan pangan sebesar 5 µg (200 IU).


(37)

Vitamin larut air yang dibutuhkan adalah vitamin C yang berperan aktif dalam pembentukan dan menjaga keseimbangan material intraseluler serta meningkatkan ketahanan tubuh untuk melawan penyakit infeksi.

f. Mineral

Kebutuhan mineral pada anak usia sekolah sangat penting dalam menjaga keadaan normal fisiologis tubuh. Mineral yang berperan adalah mineral makro seperti elektrolit (natrium dan kalium) yang terlibat dalam regulasi keseimbangan air dalam tubuh. Mineral dalam tulang (kalsium dan fosfor) berperan penting sebagai kofaktor protein, regulasi fungsi otot, pembekuan darah dan pengeluaran energi seluler. Kalsium diperlukan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan tulang yang kebutuhannya bergantung pada laju penyerapan seseorang, faktor diet seperti kuantitas protein, vitamin D dan fosfor.

Trace elemen atau mineral mikro seperti zat besi terlibat dalam transport oksigen yang jika kekurangan akan menyebabkan anemia. Mineral mikro lainnya seperti zinc berperan bagi metabolisme energi, sintesis protein, pertumbuhan dan kematangan organ seksual yang jika kekurangan akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan, nafsu makan rendah dan ketajaman pengecapan/perasa menurun.

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah tercantum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Anak Sekolah Umur (tahun) Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Energ i (kkal) Protein (gr)

Vit A (µg)

Vit C (mg) Besi (mg) Kalsiu m (mg) 10-12 (pria)

34 142 2100 56 600 50 13 1200 13-15

(pria)

46 158 2475 72 600 75 19 1200 10-12

(wanita)

36 145 2000 60 600 50 20 1200 13-15

(wanita)

46 155 2125 69 600 75 19 1200

Sumber : PERMENKES RI No. 75 Tahun 2013


(38)

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan:

Dari pola konsumsi sarapan dilihat jenis makanan sarapan dan jumlah zat gizi dari konsumsi sarapan serta frekuensi sarapan. Kemudian dari jenis makanan sarapan dan jumlah zat gizi tersebut dapat diketahui sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi yang terdiri dari energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium.

Pola konsumsi sarapan:

- Jenis makanan sarapan

- Jumlah zat gizi sarapan

- Frekuensi sarapan

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi:

- Energi

- Protein

- Vitamin A

- Vitamin C

- Zat besi


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan

Medan Sunggal tahun 2015. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah crossectional

yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan pada suatu saat. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 060921 yang terletak di Jalan Setia Budi, Kecamatan Medan Sunggal. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan alasan bahwa konsumsi sarapan siswa di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal kurang memenuhi kecukupan gizi dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas 5 (lima) dan kelas 6 (enam) yang terdaftar di SDN 060921. Pemilihan populasi ditentukan dengan alasan bahwa pada murid dengan kelas tersebut dipastikan sudah dapat berkomunikasi dengan baik.

Adapun jumlah anak kelas 5 dan 6 di SDN 060921 sebagai berikut: a) Kelas 5 : 41 murid

b) Kelas 6 : 33 murid

Maka seluruh populasi untuk murid SDN 060921 adalah 74 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling) dari murid

sekolah dasar tersebut yaitu berjumlah 74 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data


(40)

Data penelitian diperoleh melalui dua cara yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung terhadap murid sekolah dasar tentang jenis makanan sarapan dan frekuensi sarapan yang dikonsumsi dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan untuk mengetahui jumlah energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium dihitung dari formulir wawancara sarapan pagi dengan menggunakan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) dan Nutrisurvey. b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari bagian administrasi SDN 060921 tahun

2015 yang meliputi gambaran umum sekolah tersebut. 3.5 Definisi Operasional

1. Murid sekolah dasar adalah anak sekolah yang duduk di kelas 5 (lima) dan 6 (enam) yang terdaftar sebagai peserta kegiatan belajar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal. 2. Pola konsumsi sarapan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai

konsumsi sarapan murid sekolah dasar meliputi jenis makanan sarapan, jumlah zat gizi dan frekuensi sarapan.

3. Sarapan pagi adalah kegiatan makan yang dilakukan oleh murid sekolah dasar pada pagi hari hingga pukul 09.00.

4. Jenis makanan sarapan adalah ragam makanan yang dikonsumsi pada saat murid sekolah dasar sarapan pagi meliputi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, makanan jajanan, minuman dan buah-buahan.

5. Jumlah zat gizi sarapan adalah banyaknya komponen/penyusun zat gizi dalam makanan sarapan pagi meliputi energi dengan batasan sekitar 450-500 kalori, protein sekitar 8-9 gram, vitamin A sekitar 125-150 µ g, vitamin C sekitar 11-13 mg, zat besi sekitar 2,5-3 mg dan kalsium sekitar 250-300 mg.

6. Frekuensi sarapan adalah jumlah berapa kali kegiatan sarapan pagi yang dilakukan oleh murid sekolah dasar dalam seminggu.


(41)

7. Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi adalah banyaknya kontribusi zat gizi berupa energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium dari konsumsi sarapan pagi murid sekolah dasar terhadap anjuran kecukupan gizi.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Jenis Makanan Sarapan Pagi Jenis makanan sarapan dilihat meliputi:

a) makanan pokok: bila makanan terdiri dari makanan sumber energi seperti nasi, roti, mie, kentang, sereal dan umbi-umbian.

b) lauk hewani: bila makanan terdiri dari makanan sumber protein hewani seperti telur, ikan, ayam dan daging.

c) lauk nabati: bila makanan terdiri dari makanan sumber protein nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan.

d) sayuran: bila makanan terdiri dari makanan sumber vitamin dan mineral seperti sawi, bayam, kol, kangkung, buncis, wortel, kacang panjang, terong, labu jipang, bunga kol, daun ubi/singkong, brokoli, tomat, timun dan selada.

e) makanan jajanan: bila makanan terdiri dari makanan yang dibeli di perjalanan atau di sekolah. Misalnya bakso, pisang goreng, tahu isi, bakwan, tempe goreng, risol, sosis. f) minuman: bila minuman saat sarapan terdiri dari minuman seperti susu, teh manis, sirup,

air putih dan jus.

g) buah-buahan: bila buah yang dikonsumsi saat sarapan sebagai sumber vitamin dan mineral seperti jeruk, pepaya, apel, pir, melon, semangka dan pisang.

Jenis makanan tersebut diatas dianggap sebagai sarapan pagi jika dikonsumsi sebelum pukul 09.00.

3.6.2 Jumlah Zat Gizi Sarapan Pagi

Jumlah zat gizi sarapan diukur dari kandungan gizi yang terdapat pada makanan sarapan yaitu:


(42)

a) energi : sekitar 450-500 kalori b) protein : sekitar 8-9 gram c) vitamin A : sekitar 125-150 µg d) vitamin C : sekitar 11-13 mg e) zat besi : sekitar 2,5-3 mg, dan f) kalsium : sekitar 250-300 mg 3.6.3 Frekuensi Sarapan Pagi

Frekuensi sarapan dilihat untuk mengetahui berapa kali murid sekolah dasar sarapan dalam seminggu.

3.6.4 Sumbangan Sarapan terhadap Anjuran Kecukupan Gizi

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi diukur dengan melihat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium sarapan pagi dibandingkan dengan AKG dan dinyatakan dalam satuan persen dengan rumus:

1) Sumbangan energi sarapan terhadap tingkat kecukupan gizi

Sumbangan energi = � � � � �� � � � ������

x

%

Selanjutnya dikategorikan menjadi: cukup (15-30%) dan kurang (<15%) (Depkes, 2014).

2) Sumbangan protein sarapan terhadap tingkat kecukupan gizi

Sumbangan protein = � � �� � � � ���

���

%

Selanjutnya dikategorikan menjadi: cukup (15-30%) dan kurang (<15%).

Rumus tersebut juga berlaku untuk sumbangan vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium.

3.7 Metode Analisis Data

Data yang telah dimasukkan kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan SPSS 21.


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri 060921 merupakan sekolah dasar yang berdiri sejak tanggal 12 November 2008 dan terletak di Jalan Setia Budi No.6, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan

Medan Sunggal dengan nomor statistik sekolah 101076006011 dan luas sekolah 5.239 m2.

Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 9 orang guru.

Jumlah keseluruhan murid sebanyak 214 orang dengan 121 orang laki-laki dan 93 orang

perempuan.

Visi dan Misi SDN 060921 adalah sebagai berikut:

Visi : Terwujudnya akhlak, prestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya

luhur sesuai dengan ajaran agama. Misi :

1. Menanamkan keyakinan akidah melalui pengamalan ajaran agama. 2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.

3. Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, Bahasa, Olahraga dan Seni Budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.

4. Menjalin kerja sama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan. Sarana yang dimiliki oleh SDN 060921 adalah sebagai berikut:

a) Ruang kelas : 4 buah b) Ruang kepala sekolah : 1 buah c) Kamar mandi : 2 buah d) Sumber air bersih : PDAM

4.2Gambaran Umum Murid Sekolah Dasar


(44)

dasar di SDN 060921 yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pekerjaan orangtua baik ayah maupun ibu.

4.2.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid SDN 060921 menurut karakteristik jenis kelamin ditampilkan pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin pada Murid SDN 060921 Tahun 2015

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 42 56,8

2. Perempuan 32 43,2

Total 74 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis kelamin murid laki-laki lebih

banyak yaitu 42 orang (56,8%) sedangkan murid perempuan sebanyak 32 orang (43,2%). 4.2.2 Umur

Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid SDN 060921 menurut karakteristik umur ditampilkan pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Umur Murid SDN 060921 Tahun 2015

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1. 10-12 tahun 61 82,4

2. 13-15 tahun 13 17,6

Total 74 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelompok umur murid 10-12 tahun

lebih banyak yaitu 61 orang (82,4%) sedangkan umur 13-15 tahun sebanyak 13 orang

(17,6%).

4.2.3 Pekerjaan Orangtua

Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid SDN 060921 menurut karakteristik pekerjaan orangtua baik ayah maupun ibu ditampilkan pada tabel 4.3 dan 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Ayah pada Murid SDN 060921 Tahun 2015


(45)

1. Wiraswasta 48 67,6

2. Pegawai Negeri 14 19,7

3. Buruh/pegawai swasta 7 9,9

4. Petani 1 1,4

5. Nelayan 1 1,4

Total 71 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan ayah murid paling banyak adalah wiraswasta yaitu sebanyak 48 orang (67,6%) dan paling sedikit adalah petani dan nelayan sebanyak 1 orang (1,4%). Dari 74 murid, ada 3 ayah murid yang sudah meninggal. Tabel 4.4 Distribusi Pekerjaan Ibu pada Murid SDN 060921 Tahun 2015

No. Pekerjaan Ibu Jumlah Persentase (%)

1. Ibu rumah tangga 65 87,8

2. Wiraswasta 6 8,1

3. Pegawai Negeri 1 1,4

4. Petani 1 1,4

Total 73 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan ibu murid paling banyak adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 65 orang (87,8%) dan paling sedikir adalah pegawai negeri dan petani sebanyak 1 orang (1,4%). Dari 74 murid, ada 1 ibu murid yang sudah meninggal.

4.3Pola Konsumsi Sarapan Murid Sekolah Dasar

Pola konsumsi sarapan murid sekolah dasar adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran sarapan yang terdiri dari frekuensi, jenis makanan sarapan dan sumbangan energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium terhadap anjuran kecukupan gizi dari sarapan yang dikonsumsi oleh murid sekolah dasar.

4.3.1 Frekuensi Sarapan

Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi sarapan murid SDN 060921 ditampilkan pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sarapan pada Murid SDN 060921 Tahun 2015

No. Frekuensi Sarapan Jumlah Persentase (%)

1. 1 kali/minggu 3 4,1

2. 2 kali/minggu 3 4,1

3. 3 kali/minggu 16 21,6


(46)

5. 5 kali/minggu 9 12,1

6. 6 kali/minggu 5 6,8

7. 7 kali/minggu 31 41,9

Total 74 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi sarapan murid paling banyak adalah 7 kali/minggu atau setiap hari yaitu sebanyak 31 orang (41,9%). Sedangkan frekuensi sarapan murid lainnya bervariasi setiap minggunya.

4.3.2 Jenis Sarapan

Jenis makanan sarapan adalah ragam makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan

yang meliputi makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Jenis

makanan sarapan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan menu yang dikonsumsi pada saat sarapan.

Berdasarkan hasil penelitian, jenis makanan dan minuman sarapan murid SDN 060921 ditampilkan pada tabel 4.6 dan 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Jenis Makanan Sarapan yang Paling Sering Dikonsumsi pada Murid SDN 060921 Tahun 2015

No. Jenis Makanan Sarapan Jumlah Persentase (%)

1. Nasi dan ikan 7 9,5

2. Nasi dan telur 9 12,2

3. Nasi, ikan dan sayur 14 18,9

4. Nasi dan ayam 15 20,3

5. Nasi dan daging 1 1,4

6. Nasi, ayam dan sayur 2 2,7

7. Nasi gurih 2 2,7

8. Nasi gurih dan telur 3 4,1

9. Roti selai 2 2,7

10. Nasi goreng 3 4,1

11. Nasi, roti, ikan dan sayur 1 1,4

12. Nasi goreng dan telur 4 5,4

13. Nasi goreng dan ayam 2 2,7

14. Mie 2 2,7

15. Mie dan telur 1 1,4

16. Nasi dan mie 1 1,4

17. Nasi dan tahu 1 1,4

18. Nasi, mie dan roti 1 1,4

19. Lontong sayur 2 2,7

20. Nasi dan lontong sayur 1 1,4


(47)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis makanan sarapan yang paling sering dikonsumsi pada saat sarapan adalah adalah nasi dan ayam serta nasi, ikan dan sayur

yaitu masing-masing sebanyak 15 orang (20,3%) dan 14 orang (18,9%). Sedangkan jenis

makanan sarapan lainnya bervariasi dikonsumsi pada saat sarapan.

Tabel 4.7 Distribusi Jenis Minuman pada Saat Sarapan pada Murid SDN 060921 Tahun 2015

No. Minuman Jumlah Persentase (%)

1. Teh manis 37 50,0

2. Air putih 30 40,5

4. Susu 7 9,5

Total 74 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa minuman yang paling banyak dikonsumsi pada saat sarapan adalah teh manis sebanyak 37 orang (50,0%) dan paling sedikit adalah susu sebanyak 7 orang (9,5%).

4.3.3 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi diukur dengan menghitung konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, dan kalsium dari sarapan pagi

selama 6 hari kemudian diambil rata-rata dari hasil konsumsi zat gizi tersebut.

Nilai rata-rata dari konsumsi zat gizi tersebut kemudian dibandingkan dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) dan dibedakan menurut umur dan jenis kelamin murid. Dari hasil

tersebut dinyatakan dalam persen kemudian dikategorikan menjadi: cukup (15-30%) dan

kurang (<15%).

Berdasarkan hasil penelitian, sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi pada murid SDN 060921 ditampilkan pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Sumbangan Sarapan terhadap Anjuran Kecukupan Gizi pada Murid SDN 060921 Tahun 2015

Zat Gizi Sumbangan SarapanCukup Kurang N

n % n %

Energi 44 59,5 30 40,5 100

Protein 44 59,5 30 40,5 100

Vitamin A 41 55,4 33 44,6 100


(48)

Zat Besi 28 37,8 46 62,2 100

Kalsium 11 14,9 63 85,1 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi lebih banyak terdapat kategori cukup yaitu 44 orang (59,5%) sedangkan kategori kurang sebanyak 30 orang (40,5%). Pada sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein lebih banyak terdapat kategori cukup yaitu 44 orang (59,5%) sedangkan kategori kurang sebanyak 30 orang (40,5%). Pada sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin A lebih banyak terdapat kategori cukup yaitu 41 orang (55,4%) sedangkan kategori kurang sebanyak 33 orang (44,6%).

Pada sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin C lebih banyak terdapat kategori kurang yaitu 56 orang (75,7%) sedangkan kategori cukup sebanyak 18 orang (24,3%). Pada sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan zat besi lebih banyak pada kategori kurang yaitu 46 orang (62,2%) sedangkan kategori cukup sebanyak 28 orang (37,8%). Pada sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan kalsium lebih banyak pada kategori kurang yaitu 63 orang (85,1%) sedangkan kategori cukup sebanyak 11 orang (14,9%).

4.3.4 Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Karakteristik Murid Sekolah Dasar

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berdasarkan karakteristik murid sekolah dasar yaitu dengan melihat sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi menurut karakteristik siswa seperti : jenis kelamin, umur, pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu. Tujuannya adalah agar dapat melihat perbedaan proporsi sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berdasarkan karakteristik murid tersebut.

1. Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(49)

Berdasarkan Jenis Kelamin pada Murid SDN 060921 Tahun 2015 Zat Gizi Jenis Kelamin Sumbangan SarapanCukup Kurang Jumlah

n % n % n %

Energi Laki-laki 23 54,8 19 45,2 42 100

Perempuan 21 65,6 11 34,4 32 100

Protein Laki-laki 26 61,9 16 38,1 42 100

Perempuan 18 56,3 14 43,8 32 100

Vitamin A Laki-laki 24 57,1 18 42,9 42 100

Perempuan 17 53,1 15 46,9 32 100

Vitamin C Laki-laki 10 23,8 32 76,2 42 100

Perempuan 8 25,0 24 75,0 32 100

Zat Besi Laki-laki 21 50,0 21 50,0 42 100

Perempuan 7 21,9 25 78,1 32 100

Kalsium Laki-laki 6 18,8 26 81,3 32 100

Perempuan 5 11,9 37 88,1 42 100

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran

kecukupan energi berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kategori cukup

yaitu 23 orang (54,8%) dan pada jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi kategori cukup yaitu 21 orang (65,8%). Pada

sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan jenis kelamin laki-laki

lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu 26 orang (61,9%) dan pada jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein

kategori cukup yaitu 18 orang (56,3%). Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan

vitamin A berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu 24

orang (57,1%) dan jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin A kategori cukup yaitu 17 orang (53,1%).

Sedangkan sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin C berdasarkan

kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kategori kurang yaitu 32 orang (76,2%) dan jenis

kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin C kategori kurang yaitu 24 orang (75,0%). Sumbangan sarapan terhadap anjuran


(50)

kategori cukup dan kurang yaitu 21 orang (50,0%) dan jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan zat besi kategori kurang yaitu 25 orang (78,1%). Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan kalsium berdasarkan jenis

kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kategori kurang yaitu 37 orang (88,1%) dan jenis

kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan kalsium kategori kurang yaitu 26 orang (81,3%).

2. Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Umur

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Distribusi Sumbangan Sarapan terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Umur pada Murid SDN 060921 Tahun 2015

Zat Gizi Umur Sumbangan Sarapan Cukup Kurang Jumlah

n % n % n %

Energi 10-12 tahun 41 67,2 20 32,8 61 100

13-15 tahun 3 23,1 10 76,9 13 100

Protein 10-12 tahun 41 67,2 20 32,8 61 100

13-15 tahun 3 23,1 10 76,9 13 100

Vitamin A 10-12 tahun 36 59,0 25 41,0 61 100

13-15 tahun 5 38,5 8 61,5 13 100

Vitamin C 10-12 tahun 17 27,9 44 72,1 61 100

13-15 tahun 1 7,7 12 92,3 13 100

Zat Besi 10-12 tahun 27 44,3 34 55,7 61 100

13-15 tahun 1 7,7 12 92,3 13 100

Kalsium 10-12 tahun 8 13,1 53 86,9 61 100

13-15 tahun 3 23,1 10 76,9 13 100

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran

kecukupan energi berdasarkan kelompok umur 10-12 tahun lebih banyak memiliki kategori

cukup yaitu 41 orang (67,2%), sedangkan dari murid dengan kelompok umur 13-15 tahun

lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi kategori kurang yaitu 10 orang (76,9%). Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein

berdasarkan kelompok umur 10-12 tahun lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu 41

orang (67,2%), sedangkan dari murid dengan kelompok umur 13-15 tahun lebih banyak


(51)

orang (76,9%).

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin A berdasarkan kelompok

umur 10-12 tahun lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu 36 orang (59,0%), sedangkan

dari murid dengan kelompok umur 13-15 tahun lebih banyak

memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin A kategori kurang yaitu 8 orang (61,5%).

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin C berdasarkan kelompok

umur 10-12 tahun lebih banyak memiliki kategori kurang yaitu 44 orang (72,1%) dan pada

kelompok umur 13-15 tahun lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran

kecukupan vitamin C kategori kurang yaitu 12 orang (92,3%). Sumbangan sarapan terhadap

anjuran kecukupan zat besi berdasarkan kelompok umur 10-12 tahun lebih banyak memiliki

kategori kurang yaitu 34 orang (55,7%) dan pada kelompok umur 13-15 tahun lebih banyak

memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan zat besi kategori kurang yaitu 12 orang (92,3%). Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan kalsium berdasarkan

kelompok umur 10-12 tahun lebih banyak memiliki kategori kurang yaitu terdapat 53 orang

(86,9%) dan pada kelompok umur 13-15 tahun lebih banyak memiliki sumbangan sarapan

terhadap anjuran kecukupan kalsium kategori kurang yaitu 10 orang (76,9%).

3. Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Pekerjaan Ayah

Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berdasarkan pekerjaan ayah dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(52)

Tabel 4.11 Distribusi Sumbangan Sarapan terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Pekerjaan Ayah pada Murid SDN 060921 Tahun 2015

Zat Gizi Pekerjaan Ayah Sumbangan Sarapan Jumlah

Cukup Kurang

n % n % n %

Energi Wiraswasta 26 54,2 22 45,8 48 100

Pegawai Negeri 10 71,4 4 28,6 14 100

Buruh/Pegawai Swasta 6 85,7 1 14,3 7 100

Petani 0 0 1 100 1 100

Nelayan 0 0 1 100 1 100

Protein Wiraswasta 26 54,2 22 45,8 48 100

Pegawai Negeri 11 78,6 3 21,4 14 100

Buruh/Pegawai Swasta 5 71,4 2 28,6 7 100

Petani 0 0 1 100 1 100

Nelayan 0 0 1 100 1 100

Vitamin A Wiraswasta 28 58,3 20 41,7 48 100

Pegawai Negeri 9 64,3 5 35,7 14 100

Buruh/Pegawai Swasta 3 42,9 4 57,1 7 100

Petani 0 0 1 100 1 100

Nelayan 0 0 1 100 1 100

Vitamin C Wiraswasta 11 22,9 37 77,1 48 100

Pegawai Negeri 4 28,6 10 71,4 14 100

Buruh/Pegawai Swasta 3 42,9 4 57,1 7 100

Petani 0 0 1 100 1 100

Nelayan 0 0 1 100 1 100

Zat Besi Wiraswasta 18 37,5 30 62,5 48 100

Pegawai Negeri 6 42,9 8 57,1 14 100

Buruh/Pegawai Swasta 2 28,6 5 71,4 7 100

Petani 0 0 1 100 1 100

Nelayan 0 0 1 100 1 100

Kalsium Wiraswasta 6 12,5 42 87,5 48 100

Pegawai Negeri 2 14,3 12 85,7 14 100

Buruh/Pegawai Swasta 3 42,9 4 57,1 7 100

Petani 0 0 1 100 1 100

Nelayan 0 0 1 100 1 100

Dari tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan pekerjaan ayah murid sebagai wiraswasta, pegawai negeri dan

buruh/pegawai swasta lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu masing-masing 26 orang

(54,2%), 10 orang (71,4%) dan 6 orang (85,7%).

Sedangkan pekerjaan ayah sebagai petani dan nelayan memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi kategori kurang yaitu 1 orang (100%).


(1)

Sumbangan zat besi sarapan

thd tkt kecukupan gizi1 Total

Cukup Kurang

Pekerjaan Ayah

Wiraswasta Count% within Pekerjaan Ayah 37,5%18 62,5%30 100,0%48

Pegawai Negeri Count% within Pekerjaan Ayah 42,9%6 57,1%8 100,0%14

Buruh/pegawai swasta Count% within Pekerjaan Ayah 28,6%2 71,4%5 100,0%7

Petani Count% within Pekerjaan Ayah 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Nelayan Count% within Pekerjaan Ayah 100,0%1 0,0%0 100,0%1

Total Count% within Pekerjaan Ayah 38,0%27 62,0%44 100,0%71

Pekerjaan Ayah * Sumbangan kalsium sarapan thd tkt kecukupan gizi1 Crosstabulation Sumbangan kalsium sarapan

thd tkt kecukupan gizi1 Total

Cukup Kurang

Pekerjaan Ayah

Wiraswasta Count 6 42 48

% within Pekerjaan Ayah 12,5% 87,5% 100,0%

Pegawai Negeri Count% within Pekerjaan Ayah 14,3%2 85,7%12 100,0%14

Buruh/pegawai swasta Count% within Pekerjaan Ayah 42,9%3 57,1%4 100,0%7

Petani Count% within Pekerjaan Ayah 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Nelayan Count% within Pekerjaan Ayah 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Total Count% within Pekerjaan Ayah 15,5%11 84,5%60 100,0%71

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pekerjaan Ibu * Sumbangan energi sarapan thd tkt kecukupan gizi1

73 98,6% 1 1,4% 74 100,0%

Pekerjaan Ibu * Sumbangan protein sarapan thd tkt kecukupan gizi1

73 98,6% 1 1,4% 74 100,0%

Pekerjaan Ibu * Sumbangan vitamin A sarapan thd tkt kecukupan gizi1

73 98,6% 1 1,4% 74 100,0%

Pekerjaan Ibu * Sumbangan vitamin C sarapan thd tkt kecukupan gizi1

73 98,6% 1 1,4% 74 100,0%

Pekerjaan Ibu * Sumbangan zat besi sarapan thd tkt kecukupan gizi1

73 98,6% 1 1,4% 74 100,0%

Pekerjaan Ibu * Sumbangan kalsium sarapan thd tkt kecukupan gizi1


(2)

Pekerjaan Ibu * Sumbangan energi sarapan thd tkt kecukupan gizi1 Crosstabulation Sumbangan energi sarapan thd

tkt kecukupan gizi1 Total

Cukup Kurang

Pekerjaan Ibu

Ibu Rumah Tangga Count% within Pekerjaan Ibu 58,5%38 41,5%27 100,0%65

Wiraswasta Count% within Pekerjaan Ibu 83,3%5 16,7%1 100,0%6

Pegawai Negeri Count% within Pekerjaan Ibu 100,0%1 0,0%0 100,0%1

Petani Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Total Count% within Pekerjaan Ibu 60,3%44 39,7%29 100,0%73

Pekerjaan Ibu * Sumbangan protein sarapan thd tkt kecukupan gizi1 Crosstabulation Sumbangan protein sarapan

thd tkt kecukupan gizi1 Total

Cukup Kurang

Pekerjaan Ibu

Ibu Rumah Tangga Count% within Pekerjaan Ibu 60,0%39 40,0%26 100,0%65

Wiraswasta Count% within Pekerjaan Ibu 66,7%4 33,3%2 100,0%6

Pegawai Negeri Count% within Pekerjaan Ibu 100,0%1 0,0%0 100,0%1

Petani Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Total Count% within Pekerjaan Ibu 60,3%44 39,7%29 100,0%73

Pekerjaan Ibu * Sumbangan vitamin A sarapan thd tkt kecukupan gizi1 Crosstabulation Sumbangan vitamin A sarapan thd

tkt kecukupan gizi1 Total

Cukup Kurang

Pekerjaan Ibu

Ibu Rumah Tangga Count% within Pekerjaan Ibu 58,5%38 41,5%27 100,0%65

Wiraswasta Count% within Pekerjaan Ibu 50,0%3 50,0%3 100,0%6

Pegawai Negeri Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Petani Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1


(3)

Wiraswasta Count% within Pekerjaan Ibu 33,3%2 66,7%4 100,0%6

Pegawai Negeri Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Petani Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Total Count% within Pekerjaan Ibu 24,7%18 75,3%55 100,0%73

Pekerjaan Ibu * Sumbangan zat besi sarapan thd tkt kecukupan gizi1 Crosstabulation Sumbangan zat besi sarapan

thd tkt kecukupan gizi1 Total

Cukup Kurang

Pekerjaan Ibu

Ibu Rumah Tangga Count% within Pekerjaan Ibu 36,9%24 63,1%41 100,0%65

Wiraswasta Count% within Pekerjaan Ibu 50,0%3 50,0%3 100,0%6

Pegawai Negeri Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Petani Count% within Pekerjaan Ibu 100,0%1 0,0%0 100,0%1

Total Count% within Pekerjaan Ibu 38,4%28 61,6%45 100,0%73

Pekerjaan Ibu * Sumbangan kalsium sarapan thd tkt kecukupan gizi1 Crosstabulation Sumbangan kalsium sarapan

thd tkt kecukupan gizi1 Total

Cukup Kurang

Pekerjaan Ibu

Ibu Rumah Tangga Count 11 54 65

% within Pekerjaan Ibu 16,9% 83,1% 100,0%

Wiraswasta Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%6 100,0%6

Pegawai Negeri Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1

Petani Count% within Pekerjaan Ibu 0,0%0 100,0%1 100,0%1


(4)

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian


(5)

Gambar 3. Memberikan penjelasan kepada murid


(6)