BAB 3 METODE ANALISIS BEBAN GEMPA
3.1 Umum
Analisis time history merupakan metode yang paling mendekati untuk meramalkan respons struktur akibat gempa. Tetapi untuk melakukan analisis time
history diperlukan banyak perhitungan dan waktu yang cukup lama. Untuk
penyederhanaan dari alasan tersebut, para ahli menjadikan efek beban dinamik oleh gempa menjadi gaya statik horizontal yang bekerja pada pusat massa, yang
disebut dengan analisis statik ekivalen. Pemilihan metode analisis untuk perencanaan gedung tahan gempa harus dilakukan dengan tepat. Pada peraturan,
analisis statik ekivalen dikhususkan untuk struktur gedung beraturan, sedangkan analisis time history dapat digunakan untuk struktur beraturan maupun tidak
beraturan. Struktur bangunan yang memiliki sudut dalam adalah salah satu konfigurasi bangunan yang dapat mengkategorikan suatu gedung menjadi struktur
beraturan ataupun tidak beraturan. Pada tugas akhir ini dilakukan analisis statik ekivalen dan analisis time history pada struktur beraturan dengan sudut dalam
10 dan struktur tidak beraturan dengan sudut dalam 40, sehingga akan diperoleh keakurasian analisis statik ekivalen terhadap analisis time history
melalui perbandingan respons struktur yang dihasilkan. Analisis gempa akan disesuaikan dengan peraturan terbaru yang berlaku di Indonesia yaitu RSNI 03-
1726-201x.
3.2 Peraturan yang Digunakan
Adapun peraturan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung RSNI 03-1726-201x
2. Pedoman Perancanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung PPPURG 1987
3.3 Pembebanan Struktur 3.3.1. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin
serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut PPPURG, 1987.
Adapun beban mati yang digunakan adalah sebagai berikut:
Berat jenis beton = 2400 Kgm
3
Berat jenis baja = 7850 Kgm
3
Spesi lantai keramik t = 2 cm = 42 Kgm
3
Penutup lantai keramik = 24 Kgm
3
Plafond + penggantung = 18 Kgm
3
M E = 20 Kgm
3
3.3.2. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah dan termasuk beban akibat air hujan pada atap PPPURG, 1987.
Adapun beban mati yang digunakan adalah sebagai berikut: Beban hidup lantai
= 250 Kgm
3
Beban hidup atap = 100 Kgm
3
3.3.3. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa tersebut PPPURG, 1987. Dalam tulisan ini, untuk beban gempa dilakukan dengan menggunakan
peraturan terbaru perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, yaitu RSNI 03- 1726-201x. Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 metode, metode pertama
adalah analisis statik ekivalen dengan mengambil parameter-parameter beban gempa dari program Spektra Indonesia dan metode kedua adalah analisis time
history dengan mengambil 4 rekaman catatan gempa yang telah disesuaikan
dengan respons spektra desain kota Padang dengan program seismomatch. Rekaman catatan gempa yang diambil adalah gempa parkfield, gempa
imperialvalley, gempa lomacoralito, gempa imp parachute.
3.4 Persyaratan Umum Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung Berdasarkan SNI 03-1726-201x