Untuk meningkatkan hasil industri persuteraan alam ini perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas daun murbei, karena daun murbei merupakan pakan ulat sutera
Budisantoso, 1990. Kualitas daun murbei sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, baik oleh kesuburan tanah, derajat keasaman, bentuk pemangkasan, pengairan, tebal
tipisnya daun dan lama mendapat sinar matahari. Untuk mempertahankan struktur tanah pada kebun murbei diperlukan humus yang cukup, karena itu sangat dianjurkan
pemberian pupuk dan bahan organik lain Samsijah, 1984.
Pupuk organik pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk
organik pada umumnya rendah dan sangat bervariasi, misalkan unsur nitrogen N, Fosfor P, dan Kalium K tetapi juga mengandung unsur mikro esensial lainnya.
Sebagai bahan yang dapat memperbaiki struktur tanah, pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Pemberian
bahan organik mampu meningkatkan kelembapan tanah. Nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung pupuk organik dilepaskan secara perlahan-lahan. Penggunaan secara
berkesinambungan akan banyak membantu dalam kesuburan tanah Sutanto, 2002.
1.2 Perumusan Masalah
Peningkatan kualitas pakan dapat dilakukan dengan pemberian pupuk pada tanaman murbei. Pemupukan yang dilakukan akan mempengaruhi baik secara kualitas
dan kuantitas, hal ini juga akan langsung menunjukkan perbedaan terhadap pertumbuhan ulat, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana kualitas
daun murbei setelah diberi pupuk dan pengaruhnya terhadap indeks nutrisi pada ulat sutera Bombyx mori.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas daun murbei
terhadap indeks nutrisi pada ulat sutera Bombyx mori L. yang diberi pakan daun
murbei jenis Morus alba dan pengolahan lahan di pupuk dan tanpa pupuk.
1.4 Hipotesa penelitian
Pemberian pupuk pada daun murbei Morus alba akan meningkatkan indeks
nutrisi pada ulat sutera Bombyx mori L..
1.5 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi bagi masyarakat atau instansi yang membutuhkannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ulat Sutera Bombyx mori L.
Ulat dari beberapa jenis ngengat diketahui dapat menghasilkan sutera. Salah satu jenis yang penting adalah Bombyx mori. Jenis ini merupakan satu dari kurang lebih100
anggota keluarga Bombycidae yang hidup didaerah tropis Borror et al., 1992. Bombyx mori merupakan ulat sutera yang memakan daun murbei Morus spp. dan
ditemukan pertama kali di cina 3000 tahun sebelum masehi. Nama Bombyx mori dapat ditafsirkan dari kata ”Bombyx” yaitu serangga penghasil serat dan ”mori” yang
berasal dari morus murbei yang daunnya merupakan makanan ulat sutera Samsijah dan andadari, 1995.
Ngengat Bombyx mori memilliki dua atau tiga garis coklat pada sayapnya, tubuh besar dengan sayap kecil, karena itu setelah menjadi dewasa tidak bisa terbang
Borror et al., 1992. Tubuh Ngengat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Kepala mempunyai bentuk oval. Anggota bagian kepala adalah anterna,
mandibula. Maxilla, labium dan labrum. Bagian dada thorax terbagi atas tiga segmen, yaitu prothorax, mesothorax dan metathorax. Bagian pertama prothorax
lebih berkembang, sedang bagian kedua mesothorax dan ketiga metathorax berfusi atau bergabung. Bagian perut abdomen terdiri dari delapan segmen untuk jantan dan
tujuh segmen untuk betina. Bagian akhir segmen perut dari ngengat jantan dan betina termodifikasi secara sempurna sebagai organ kelamin Setiana, 1997.
Kepala mempunyai bentuk membulat dan ukurannya paling kecil dibandingkan dengan dua bagian tubuh yang lain. Ketika ulat baru menetas, kepala
berwarna hitam dan menjadi coklat selama instar pertama. Dada terdiri dari 3 segmen
Universitas Sumatera Utara
yang disebut protohorax, mesothorax, dan metathorax, pada bagian dada terdapat sepasang kaki yang disebut kaki dada ”thorasix legs”. Perut terdiri dari 9 segmen.
Bagian akhir dari segmen perut dibentuk oleh tiga segmen yang menjadi satu. Kulit juga mempunyai 15 pasang kelenjar yang mensekresikan ”cairan moulting”
Setiana, 1997.
Pada tahap larva hewan jantan dapat dibedakan dari hewan betina dengan melihat pada bagian abdominal, pada larva jantan terdapat sebuah titik pada
perbatasan segmen ke 11 dan ke 12 yang disebut ” kelenjar Herold ”. Pada larva b
etina terdapat sepasang bintik pada segmen ke 11 dan ke 12 yang disebut ” kuncup Imaginal ishiwata ” Soo – Ho Lim et al., 1990.
Di dalam tubuh ulat sutera terdapat badan malphigi, susunan saraf, peredaran darah, usus, hati, otot, anus. Saluran pencernaan makanan terdiri dari usus bagian
depan, usus bagian tengah dan usus bagian belakang. Usus bagian tengah menyusun sebagian besar saluran pencernaan dan mempunyai membran ”peritrophic” pada
bagian dalamnya yang akan diganti pada waktu ulat tidur dan pada tahap tiap-tiap instar. Usus bagian belakang terdiri dari ileum, colon dan rektum. Membran dalamnya
bersamaan dengan usus bagian depan diganti pada waktu ulat tidur. Saluran pencernaan makanan secara berangsur-angsur tidak berfungsi setelah ulat mengokon.
Umumnya selama stadia larva ulat sutera, mengalami pergantian kulit sebanyak empat kali, tetapi beberapa jenis ada yang mengalami tiga atau lima kali pergantian kulit
Soo-Ho Lim et al., 1990.
2.2 Klasifikasi Ulat Sutera Bombyx mori L.