yang disebut protohorax, mesothorax, dan metathorax, pada bagian dada terdapat sepasang kaki yang disebut kaki dada ”thorasix legs”. Perut terdiri dari 9 segmen.
Bagian akhir dari segmen perut dibentuk oleh tiga segmen yang menjadi satu. Kulit juga mempunyai 15 pasang kelenjar yang mensekresikan ”cairan moulting”
Setiana, 1997.
Pada tahap larva hewan jantan dapat dibedakan dari hewan betina dengan melihat pada bagian abdominal, pada larva jantan terdapat sebuah titik pada
perbatasan segmen ke 11 dan ke 12 yang disebut ” kelenjar Herold ”. Pada larva b
etina terdapat sepasang bintik pada segmen ke 11 dan ke 12 yang disebut ” kuncup Imaginal ishiwata ” Soo – Ho Lim et al., 1990.
Di dalam tubuh ulat sutera terdapat badan malphigi, susunan saraf, peredaran darah, usus, hati, otot, anus. Saluran pencernaan makanan terdiri dari usus bagian
depan, usus bagian tengah dan usus bagian belakang. Usus bagian tengah menyusun sebagian besar saluran pencernaan dan mempunyai membran ”peritrophic” pada
bagian dalamnya yang akan diganti pada waktu ulat tidur dan pada tahap tiap-tiap instar. Usus bagian belakang terdiri dari ileum, colon dan rektum. Membran dalamnya
bersamaan dengan usus bagian depan diganti pada waktu ulat tidur. Saluran pencernaan makanan secara berangsur-angsur tidak berfungsi setelah ulat mengokon.
Umumnya selama stadia larva ulat sutera, mengalami pergantian kulit sebanyak empat kali, tetapi beberapa jenis ada yang mengalami tiga atau lima kali pergantian kulit
Soo-Ho Lim et al., 1990.
2.2 Klasifikasi Ulat Sutera Bombyx mori L.
Menurut Borror et al., 1992, klasifikasi dari Bombyx mori L. adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Mandibulata
Klass : Insecta
Sub Klass : Pterygota
Ordo : Lepidoptera
Family : Bombycidae
Universitas Sumatera Utara
Genus : Bombyx
Spesies : Bombyx mori L.
Ulat sutera termasuk serangga yang selama hidupnya mengalami metamorfosis sempurna holometabola yaitu dimulai dari telur, ulat larva, kepompong pupa dan
ngengat imago. Bombyx mori L. Tergolong Endopterigota yaitu serangga yang
perkembangan sayapnya terjadi di dalam badan dan fase pradewasa berbeda dengan fase dewasa, baik dalam prilaku, makanan maupun bentuknya. Samsijah 1992 dalam
Sampe et al, 2003.
Larva ulat sutera Bombyx mori L. mempunyai tanduk anal yang pendek dan
memakan daun murbei Morus sp.. Larva ulat sutera ini tumbuh dan memintal kokon dalam waktu kira-kira enam minggu. Borror et al., 1992.
2.3 Siklus Hidup Ulat Sutera Bombyx mori L.
Menurut Jumar 2000, siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi
dewasa. Perkembangan pasca-embrionik atau perkembangan insekta setelah menetas dari telur akan mengalami serangkaian perubahan bentuk dan ukuran hingga mencapai
serangga dewasa.
Perubahan bentuk dan ukuran yang bertahap disebut dengan metamorfosis. Ulat sutera merupakan salah satu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna.
Sepanjang hidupnya, ulat sutera mengalami empat fase, yaitu fase telur, larva, pupa dan imago. Pada fase larva terdiri dari beberapa tahap yaitu instar I sampai instar V
Borror et al., 1992.
a. Telur
Telur ulat sutera berbentuk agak gepeng, ukurannya kira-kira 1,3 mm, lebar 1 mm dan tebal 0,5 mm beratnya hanya ± 0,5 mg. Warna telur hari pertama keluar dari
induknya adalah kuning sampai kuning susu. Lama stadia telur akan sangat tergantung pada kondisi iklim atau perlakuan yang diberikan. Apabila suhu tinggi yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan telur menjadi tidak aktif, maka telur dapat menetas setelah 4-10 bulan, bila suhu normal telur akan menetas setelah 9-12 hari Mujiono, 2000.
Gambar 1. Siklus hidup ulat sutera Bombyx mori L. sumber.
http:img11.imagesha ck.usimg111928silkworm.jpg
b. Larva
Menurut Wyman 1974 perkembangan ulat sutera terjadi perubahan instar dimana pada setiap perubahan instar ditandai dengan adanya molting. Lamanya dalam
tahapan instar adalah instar I berlangsung selama 3-4 hari, instar II lamanya 2-3 hari, instar III selama 3-4 hari, instar IV selama 5-6 hari dan instar V selama 6-8 hari.
Peralihan instar ke instar berikutnya ditandai dengan berhentinya makan, tidur dan pergantian kulit. Pada akhir instar V tidak terjadi pergantian kulit, tetapi badannya
berangsur-angsur transparan seolah-olah tembus cahaya dan larva berhenti makan. Larva sudah mulai mengeluarkan serat sutera dan membuat kokon Sunanto, 1996.
Universitas Sumatera Utara
c. Imago
Pada tahapan imago berlangsung selama 5-7 hari. Pada tahap imago merupakan tahapan yang reproduktif dimana terjadi perkawinan, dan betina mengeluarkan telur-
telurnya. Kupu-kupu ini tidak dapat terbang dan kehilangan fungsional dari bagian mulutnya, sehingga tidak dapat mengkonsumsi makanan. Atmosoedarjo et al., 2000
dalam Subandy 2008, menyatakan bahwa pertumbuhan ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di lokasi pemeliharaan, yaitu suhu, kelembaban nisbi,
kualitas udara, aliran udara, cahaya, dan sebagainya. d. Pupa
Perubahan dari larva menjadi pupa ditandai dengan berhentinya aktivitas makan. Proses pergantian kulit larva menjadi pupa akan terjadi di dalam kokon.
Pembentukan pupa berlangsung 4-5 hari setelah ulat selesai mengeluarkan serat sutera untuk membentuk kokon. Lama masa pupa 9-14 hari. Menurut Siregar 2009, dalam
bentuk pupa tidak tampak gejala hidup, pada hal terjadi perubahan besar yang sukar dilukiskan. Tungkai tambahan yang terdapat disepanjang perut ulat menghilang. Pada
bagian dada muncul tiga pasang tungkai baru berbentuk tungkai dewasa. Bentuk tungkai baru ini lebih panjang dan lebih langsing. Selain itu disusun pula sayap,
sistem otot baru dan semua bagian tubuh dewasanya.
2.4 Tanaman Murbei Morus