dengan nilai rata-rata laju konsumsi CR sebesar 0,56 mghari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata p0,05. Rata-rata laju konsumsi CR ulat sutera instar
V untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 0,34 mghari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk
nilai laju konsumsi sebesar 0,50 mghari tetapi secara analisis statistik berbeda nyata p0,05. Hal ini dikarenakan tanaman murbei yang diberi pupuk NPK memiliki
kandungan nutrisi yang lebih tinggi berupa protein dan dan kadar air yang tinggi Lampiran G dan J. Menurut Budisantoso et al., 1994, pupuk NPK mengandung
unsur hara yang lebih banyak sehingga pertumbuhan luas daun tanaman murbei lebih besar dan menghasilkan daun yang lebih berkualitas.
Pada instar III dan IV laju konsumsi pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk tidak berbeda nyata p0,05 dengan murbei tanpa pemberian pupuk.,
sedangkan pada instar V berbeda nyata p0,05. Menurut Gilmour 1965, ulat sutera akan makan sebanyak-banyaknya pada periode ulat besar, kemudian akan menimbun
kelebihan energinya dalam lemak yang akan disimpan dalam fat body. Cadangan ini sangat penting untuk persiapan saat pengokonan. Menurut Slansky dan Scriber 1985,
nilai CR akan menurun bila organisme tidak menyukai makanan yang disediakan untuk dimakan atau di dalam bahan makanan terdapat materi yang berbahaya
untuk dimakan. Hal ini terjadi sebagai respon adaptif oleh ulat dimana organisme berusaha mereduksi masuknya racun yang berpotensi.
4.3 Efisiensi Konversi Pakan Yang Dicerna ECD Ulat Sutera Instar III, IV
dan V
Hasil perhitungan efisiensi konversi pakan yang dicerna ECD ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk
dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Rata-Rata Nilai ECD Ulat Sutera Bombyx mori L. Yang Diberi
Daun Murbei Morus alba Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk
Dan Tanpa
Pupuk Selama
Instar III,
IV dan
V.
Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5 p0,05.
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa konversi pakan yang dicerna ECD ulat sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba tanpa pupuk sebesar 62,6
lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dicerna ECD. Konversi pakan yang dicerna
ECD ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 56,55 lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun
murbei yang diberi pupuk konversi pakan yang dicerna ECD sebesar 71 dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata p0,05. Konversi pakan yang dicerna ECD
ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 36,05 lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang
diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dicerna sebesar 51,8 dan berbeda nyata p0,05.
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa nilai efisiensi konversi pakan yang dicerna ECD pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi
dibandingkan dengan daun murbei Morus alba tanpa pupuk walaupun secara statistik pada instar III dan IV tidak berbeda nyata p0,05. Menurut Beament et al., 1968,
besarnya energi metabolisme yang dibutuhkan oleh ulat sutera tercermin dari rendahnya efisiensi konversi pakan yang dicerna, sedangkan pada instar V berbeda
a a
a a
a b
20 40
60 80
100 120
Instar III Instar IV
Instar V
Nilai E
CD
Instar
Tanpa pupuk Pupuk
Universitas Sumatera Utara
nyata p0,05. Menurut Waldbauer dan Friedman 1984, nilai ECD dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa laju metabolisme, defisiensi vitamin, dan ketidakseimbangan
nutrisi lainnya. Nilai ECD juga dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan, bahan kering pakan yang dikonsumsi dan berat kering feses yang diekskresikan.
4.4 Efisiensi Konversi Pakan Yang Dimakan ECI Ulat Sutera Instar III, IV