Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin

ini juga dapat berakibat mereka jadi lebih suka memilih-milih makanan atau makan tidak teratur. selain itu selama bekerja mereka lebih sering jajan dan ngemil

5.1.2. Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin

Persentase status gizi kurus paling banyak pada laki-laki 19,1 daripada perempuan 10,1. Sehingga secara persentase menunjukkan bahwa anak jalanan laki-laki dan perempuan memiliki risiko status gizi sangat kurus atau kurus. Hal ini disebabkan karena remaja laki-laki membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan remaja perempuan sehingga ketika mereka beraktivitas lebih banyak energi yang dikeluarkan. Mardayanti 2008, mengatakan bahwa laki-laki lebih banyak yang mengalami gizi buruk daripada perempuan karena pada usia remaja perempuan lebih banyak menyimpan lemak dalam tubuhnya. Pada masa pubertas perempuan menyimpan lemak sebesar 14 dan bertambah menjadi 27 pada saat dewasa. Berbeda dengan laki-laki yang pada masa remaja justru hanya menyimpan lemak sebesar 11 saja dan akan terus seperti itu hingga dewasa. 5.1.3. Status Gizi Berdasarkan Pendidikan Apabila dikaitkan antara pendidikan dengan status gizi anak jalan, maka terlihat bahwa status gizi kurus ditemukan pada semua tingkat pendidikan anak jalanan. Terjadinya masalah tersebut dapat dikarenakan rendahnya pendidikan anak jalanan, sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan anak jalanan terutama tentang gizi, dan kemampuan untuk menerapkan informasi gizi dalam kehidupan Universitas Sumatera Utara sehari-hari. Hal senada juga disebutkan Depkes 2007, tinggi rendahnya pendidikan dan pengetahuan tentang gizi erat kaitannya dengan keadaan gizi masyarakat. Anak jalanan yang masih sekolah maupun putus sekolah memiliki tingkat pendidikan SMP. Anak jalanan berhenti sekolah dan memilih untuk mencari uang di jalan disebabkan oleh ketidakmampuan ekonomi. Selain faktor ekonomi, anak jalanan mengaku tidak mau melanjutkan sekolah karena usia anak jalanan sudah tua sehingga malu untuk kembali lagi ke sekolah dan malas untuk mengingat pelajaran. Banyak anak jalanan menolak untuk kembali lagi ke sekolah. Alasan utamanya adalah malu karena sudah merasa besar, sudah tidak mampu lagi mengikuti pelajaran sekolah, lebih senang bekerja dan ingin membantu atau meringankan beban orangtua. 5.1.4. Status Gizi Berdasarkan Pekerjaan Sebagian besar anak jalanan bekerja sebagai pengamen, namun status gizi sangat kurus ditemukan pada anak jalanan yang bekerja sebagai pedagang asongan 13,0. Persentase status gizi kurus paling banyak ditemukan pada anak jalanan yang mengemis 25,0. Sementara status gizi gemuk ditemukan pada anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen 6,9. Hal ini disebabkan aktivitas yang anak jalanan kerjakan di jalan membuat pola makan mereka menjadi tidak teratur dan banyaknya energi yang dikeluarkan daripada energi yang seharusnya masuk ke dalam tubuh. Anak jalanan menghabiskan waktunya di jalan tidak hanya untuk bekerja, namun juga ada yang menghabiskan waktunya untuk hal lain karena tidak ingin pulang ke rumah cepat-cepat. Meskipun beberapa anak jalanan masih dapat membagi waktunya untuk makan dan beristirahat. Universitas Sumatera Utara Survey yang dilakukan oleh Menteri Kesejahteraan Sosial dan Pusat Penelitian Universitas Atmajaya pada tahun 1999 dalam kaitannya dengan pemetaan terhadap anak jalanan di mana hasilnya mengungkapkan bahwa mayoritas anak jalanan 60 telah menjalani kehidupannya sebagai anak jalanan selama lebih dari 2,5 tahun, 17,4 di antaranya telah hidup di jalanan kurang dari 2 tahun, 6,8 bahkan telah menjalani kehidupan di jalanan selama 6-9 tahun, dan 6,8 lainnya bahkan telah hidup di jalanan selama lebih dari 10 tahun.

5.1.5. Status Gizi Berdasarkan Penghasilan