di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya. Pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan
manusia yang sebenarnya maupun pelaku egois, kacau, dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi pelaku itu dapat berupa manusia atau tokoh makhluk
lain yang diberi sifat seperti manusia. Dalam menentukan tokoh utama dan tokoh pembantu, yang pada umunya merupakan tokoh yang sering dibicarakan oleh
pengarang, sedangkan tokoh tambahan hanya dibicarakan alakadarnya. Tokoh peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh,
peristiwa, dan tempat yang bersifat imajiner. Walau bersifat imajiner namun ada juga karya fiksi atau novel yang berdasarkan diri pada fakta. Karya fiksi yang
demikian oleh Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:4 digolongkan sebagai fiksi nonfiksi nonfiction fiction, yang terbagi atas 1 fiksi historial historical fiction
atau novel historis, jika yang menjadi dasar penulisan fakta sejarah; 2 fiksi biografis biographical fiction atau novel biografis; jika yang menjadi dasar
penulisan fakta biografis dan; 3 fiksi sains science fiction atau novel sains; jika yang menjadi dasar penulisannya fakta ilmu pengetahuan. dilihat dari
penggolongannya, maka penulis memasu kkan novel “Uesugi Kenshin, yang
merupakan objek penelitian ini, ke dalam novel historis karena terikat oleh fakta- fakta yang dikumpulkan melalui penelitian dari berbagi sumber.
d. Sudut pandang
Menurut Aminuddin 2000:90 sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkanya. Cara atau pandangan
yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,
Universitas Sumatera Utara
latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk sebuah cerita dalam sebuah karya
fiksi kepada pembaca.
Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, Teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan ceritanya.
e. Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa dalam membuat karyanya. Gaya bahasa yang digunakan pengarang
berbeda satu sama lain. hal ini dapat menjadi sebuah ciri khas seorang pengarang. f. Amanat
Amanat merupakan pesan moral atau hikmah yang ingin disampaikan pengarang pada pembacanya. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan
pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan pada pembacanya.
2.5.2 Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri. Unsur ekstrinsik adalah unsur luar sastra yang ikut mempengaruhi penciptaan
kaarya sastra. Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan
sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama. Unsur ekstrinsik untuk tiap karya sastra sama, unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya
menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Selain unsur-unsur yang datangnya dari luar diri pengarang, hal yang sudah ada dan melekat pada
Universitas Sumatera Utara
kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadaap terciptanya suatu karya sastra.
2.6 Setting Cerita
Menurut Brook dalam Simanjuntak 2011:34, latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang di dalam cerita. Wellek dan Werren dalam Syafitri
2012:35 juga mengemukakan bahwa latar adalah lingkungan alam sekitar, terutama lingkungan dalam yang dipandang sebagai pengekspresian watak secara
metominik dan metafori. Hudson dalam Syafitri 2012:36 membagi settinglatar cerita atas latar
fisik material dan latar sosial. Yang termasuk latar fisik adalah latar yang berupa benda-benda fisik seperti bangunan rumah, kamar, perabotan, daerah, dan
sebagainya. Latar sosial meliputi pelukisan keadaan sosial budaya, sosial masyarakat; seperti adat istiasat, cara hidup, bahasa kelompok sosial, dan sikap
hidupnya yang melewati cerita. Tentu latar membantu kejelasan jalan cerita, sehingga dalam membahas
settinglatar cerita dalam novel ini, penulis akan menjelasankan latar tempat dan latar waktu sebagai berikut:
1. Latar Tempat
Latar tempat menjelaskan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur yang digunakan berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, ataupun lokasi tanpa nama yang jelas. Dalam novel Uesugi Kenshin, mengangkat tema daimyo, sebagian besar
mengambil setting di wilayah dataran tinggi, desa dan sebagainya. Adapun
Universitas Sumatera Utara
beberapa latar tempat terjadinya peristiwa dalam novel Uesugi Kenshin adalah sebagai berikut;
1. Kastel Umayabashi Hal ini terlihat jelas pada kalimat berikut: “Mereka sedang berada di
Kastel Umayabashi” Halaman 6 2. Kastel Toyama
Hal ini terlihat jelas pada kalimat berikut: “Pada tahun lalu Kenshin mengarahkan pasukan ke Ecchu untuk menghancurkan klan Jimbo di
Kastel Toyama” Halaman 9 3. Dusun Ikushina
Hal ini terlihat jelas pada kalimat berikut : “Sejak datang ke Joshu, Kenshi sudah dua kali ke Ikushina untuk mengadakan upacara
peringatan Nitta Yoshida Halaman 14 4. Kyoto
Hal ini terlihat jelas pada kalimat: “Kenshi sudah berkunjung ke Kyoto saat dia masih berusia muda pada tahun kedua puluh dua era Tenbun
1554 M ” Halaman 17 5. Kastel Odawara
Hal ini dapat terlihat jelas pada kalimat berikut: “Setelah semuanya siap,
pasukan Kanto kenrei yang merupakan gabungan pasukan Jomo dan Boso dibawah pimpinan Kenshin bergerak menuju Kastel Odawara
dengan tuduhan atas kesalahan Hojo Ujiyasu” Halaman 23 6. Kastel Warigadake
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat terlihat jelas pada kalimat berikut: “Timbulnya api peperangan lagi di Kastel Warigadake membuat penduduk ketakutan,”
“perang lagi” Halaman 28 7. Kastel Kasugayama
Hal ini dapat terlihat jelas pada kalimat berikut: “Walaupun jembatan
terbawa arus, air tidak mengurus. Mari berangkat, kembali ke Kastel Warigadake” Halaman 34
8. Kastel Ko atau Kastel Tsutsujigasaki Hal ini dapat terlihat jelas pad
a kalimat berikut: “Kastel itu begitu besar sampai-sampai tidak dapat dilukiskan kata-kata. Kastel tersebut adalah
Ko atau Tsutsujigasaki. Itulah markas besar Takeda Shingen di Kofu” Halaman 47
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peritiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Biasanya dapat dihubungkan
dengan waktu faktual atau waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah. Dalam novel Uesugi Kenshin ini, biasanya berlatar waktu di siang atau
malam hari. Namun ada juga beberapa latar yang terdapat dalam novel ini menggunakan tahun, yang terdapat pada halaman 6, yang menyatakan pada tahun
keempat era Eiroku, kira-kira terjadi pada tahun 1563 pada zaman Sengokujidai.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Biografi Pengarang