Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
94 Berdasarkan analisis kondisi sekolah diperoleh informasi bahwa guru
cenderung menggunakan metode ekspositori untuk mengajar di kelas. Sehingga siswa kurang aktif dan tidak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Selain
itu, siswa juga tidak memiliki buku pegangan sendiri yang dapat dibawa pulang. Dari informasi tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa perlu dikembangkan suatu
lembar kerja siswa yang dapat mengaktifkan siswa dan membantu siswa dalam proses mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan analisis kompetensi diperoleh kesimpulan bahwa materi peluang merupakan materi yang penting karena penerapannya banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Di lain pihak, materi ini juga merupakan materi yang tergolong sulit untuk dikuasai siswa. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu
sarana yang mampu membantu siswa dalam memahami dan mempelajari materi peluang.
Dari hasil analisis kondisi siswa, analisis kondisi sekolah, dan analisis kompetensi, diperoleh kesimpulan bahwa perlu dikembangkan LKS peluang
dengan pendekatan pemecahan masalah. Hal ini juga mempertimbangkan kenyataan bahwa belum ada LKS yang dikembangkan sesuai kompetensi yang
mampu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Tahap selanjutnya yaitu tahap perancangan
design
. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perancangan
design
meliputi penyusunan instrumen penelitian, penyusunan kerangka LKS
outline
, penentuan sistematika, dan mempersiapkan buku referensi yang akan gunakan untuk menyusun LKS.
95 Instrumen penelitian yang akan digunakan meliputi instrumen penilaian
LKS oleh ahli materi, ahli media, dan guru, angket respon siswa, tes hasil belajar, serta lembar observasi. Instrumen penilaian LKS oleh ahli materi dan ahli media
disusun guna memperoleh penilaian LKS ditinjau dari segi kevalidannya. Instrumen penilaian LKS oleh ahli materi meliputi aspek kompetensi, aspek isi
materi, serta aspek pendekatan pemecahan masalah. Sementara itu, instrumen penilaian LKS oleh ahli media mencakup aspek bahasa, aspek penyajian, serta
aspek kegrafikaan. Setelah penyusunan instrumen penelitian selesai, selanjutnya instrumen-instrumen
tersebut diperlihatkan
kepada dosen
pembimbing. Selanjutnya, instrumen yang telah disetujui oleh dosen pembimbing divalidasi
oleh satu dosen ahli. Dari proses validasi tersebut diperoleh penilaian kelayakan instrumen dan masukan untuk perbaikan revisi instrumen. Setelah melalui
proses revisi dan instrumen dinyatakan valid, instrumen dapat digunakan untuk pengambilan data.
Tahap pengembangan
development
merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun pada tahap perancangan
design
. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan meliputi penulisan LKS,
editing
atau revisi awal, dan penilaian LKS. Pada tahap ini, LKS dikembangkan sesuai dengan aspek
kelayakan LKS yang telah ditetapkan oleh BSNP. Setelah LKS selesai ditulis, LKS diberikan pada dosen pembimbing untuk diperiksa. Dari dosen pembimbing,
peneliti memperoleh masukan untuk revisi awal LKS. Setelah direvisi dan dinyatakan layak untuk divalidasi, LKS diberikan kepada satu dosen ahli media
96 dan satu dosen ahli materi. Dari kedua ahli tersebut, peneliti memperoleh
penilaian kevalidan LKS dan saran untuk perbaikan LKS. Penilaian LKS oleh ahli materi meliputi aspek kompetensi, aspek isi
materi, dan aspek kesesuaian LKS dengan pendekatan pemecahan masalah. Berdasarkan Tabel 11, dilihat dari aspek kompetensi, LKS memperoleh skor rata-
rata 4. Hal ini berarti LKS masuk dalam kriteria valid dilihat dari aspek kompetensi. Dilihat dari aspek isi materi, LKS memperoleh skor rata-rata 4. Hal
ini berarti LKS masuk dalam kriteria valid dilihat dari aspek isi materi. Sementara itu, dilihat dari aspek kesesuaian dengan pendekatan pemecahan masalah, LKS
memperoleh skor rata-rata 4,17. Hal ini berarti LKS masuk dalam kriteria sangat valid dilihat dari aspek pendekatan pemecahan masalah. Berdasarkan penilaian
oleh ahli materi, LKS yang dikembangkan mendapatkan skor rata-rata 4,07 dan
berdasarkan Tabel 5, LKS dinyatakan sangat valid.
Penilaian oleh ahli media meliputi aspek bahasa, aspek penyajian, dan aspek kegrafikaan. Berdasarkan Tabel 12, dilihat dari aspek bahasa, LKS
memperoleh skor rata-rata 4. Hal ini berarti LKS masuk dalam kriteria valid dilihat dari aspek bahasa. Dilihat dari aspek penyajian, LKS memperoleh skor
rata-rata 4,67. Hal ini berarti LKS masuk dalam kriteria sangat valid dilihat dari aspek penyajian. Sementara itu, dilihat dari aspek kegrafikaan, LKS memperoleh
skor rata-rata 4,55. Hal ini berarti LKS masuk dalam kriteria sangat valid dilihat dari aspek kegrafikaan. Berdasarkan penilaian oleh ahli media, LKS yang
dikembangkan mendapatkan skor rata-rata 4,43 dan menurut Tabel 5, LKS
dinyatakan sangat valid.
97 Berdasarkan pada penilaian LKS oleh ahli materi dan ahli media, secara
keseluruhan LKS yang dikembangkan memperoleh skor rata-rata 4,25. Dari rata-
rata tersebut dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan valid. Selain
memberikan penilaian, kedua ahli tersebut juga memberikan saran atau masukan untuk perbaikan LKS. Setelah LKS direvisi sesuai dengan saran ahli
validator
, LKS siap digunakan untuk uji coba terbatas.
Sebelum uji coba terbatas dilakukan, peneliti meminta satu guru pengampu mata pelajaran matematika SMK N 1 Tempel untuk memberikan
penilaian terhadap LKS yang dikembangkan. Aspek penilaian LKS oleh guru matematika meliputi aspek kompetensi, aspek isi materi, aspek pendekatan
pemecahan masalah, aspek bahasa, aspek penyajian, aspek kegrafikaan, dan aspek keterbantuan. Dari hasil penilaian LKS oleh guru diperoleh skor rata-rata untuk
aspek kompetensi yaitu 4,75. Skor rata-rata untuk aspek isi materi yaitu 4, aspek pendekatan pemecahan masalah yaitu 4,75, aspek bahasa yaitu 4,33, aspek
penyajian yaitu 5, aspek kegrafikaan yaitu 5, dan aspek keterbantuan yaitu 4,25. Secara keseluruhan skor rata-rata untuk penilaian LKS oleh guru yaitu 4,55
dimana skor tersebut menempatkan LKS pada posisi sangat layak berdasarkan
Tabel 5. Penilaian LKS ini nantinya akan digunakan untuk menentukan kepraktisan LKS bersamaan dengan rata-rata skor angket respon siswa.
Uji coba terbatas dilaksanakan mulai tanggal 25 Maret 2014 sampai dengan 29 April 2014 di kelas XI AP 1 SMK N 1 Tempel. Uji coba dilakukan
dengan melibatkan 30 siswa dan satu guru mata pelajaran matematika SMK N 1 Tempel. Selama uji coba, pembelajaran dilaksanakan menggunakan pendekatan
98 pembelajaran pemecahan masalah
Problem Solving
. Uji coba terlaksana sebanyak sembilan kali pertemuan dengan dua pertemuan di antaranya adalah tes
hasil belajar. Saat pelaksanaan uji coba, awalnya siswa merasa kesulitan karena tidak terbiasa dengan pembelajaran
problem solving
. Siswa merasa lebih senang jika langsung diberi rumus, contoh soal, dan latihan soal. Siswa juga awalnya
tidak telaten menyelesaikan soal dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Kebanyakan siswa enggan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan. Tetapi lama-lama siswa menjadi terbiasa dengan langkah-langkah pemecahan masalah dan pembelajaran
problem solving
. Siswa menyadari bahwa pembelajaran dengan menemukan sendiri dapat memudahkannya dalam
memahami materi yang diajarkan. Siswa juga merasa senang ketika tahu bahwa setiap jawaban dihargai. Siswa paham bahwa untuk menyelesaikan masalah
matematika tidak hanya dengan satu cara saja, melainkan dapat dilakukan dengan banyak cara.
Selama uji coba, tes hasil belajar dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 19 April 2014 dan tanggal 29 April 2014. Keputusan tersebut
diambil berdasarkan pertimbangan bahwa materi yang akan diujikan banyak sehingga hal tersebut akan mempermudah siswa dalam belajar. Materi yang
diujikan pada tes hasil belajar pertama meliputi kaidah penjumlahan, kaidah perkalian, permutasi, dan kombinasi. Tingkat ketuntasan pada tes hasil belajar
pertama ini hanya 62,07 saja, sedangkan nilai rata-ratanya yaitu 7,75. Kriteria ketuntasan minimum KKM yang digunakan mengacu pada KKM yang sudah
ditetapkan oleh SMK N 1 Tempel untuk mata pelajaran matematika yaitu 7,6.
99 Dari tes hasil belajar pertama ini didapati bahwa sebagian siswa masih belum
paham tentang permutasi
n
objek berbeda, permutasi
k
objek dari
n
objek berbeda, dan permutasi siklis. Sebagai perbaikan, guru memberikan soal-soal tentang
ketiga materi tersebut. Materi yang diujikan pada tes hasil belajar kedua meliputi peluang suatu
kejadian, frekuensi harapan, peluang komplemen suatu kejadian, dan peluang kejadian majemuk. Tingkat ketuntasan pada tes hasil belajar kedua yaitu 93,10,
sedangkan nilai rata-ratanya yaitu 8,70. Tes hasil belajar kedua ini hanya diikuti oleh 29 siswa saja karena ada satu siswa yang harus mengikuti lomba cerdas
cermat. Secara keseluruhan, nilai rata-rata untuk tes hasil belajar yaitu 8,23
sehingga rata-rata tersebut sudah lebih dari 7,6. Sementara itu, ketuntasan belajar klasikal mencapai 62,07. Hasil tersebut menunjukkan bahwa LKS yang
dikembangkan memenuhi kriteria efektif.
Pada akhir pembelajaran, siswa diminta untuk mengisi angket respon siswa. Angket respon siswa berisi 15 butir pernyataan dengan lima opsi jawaban.
Dari hasil pengisian tersebut diperoleh bahwa untuk skor rata-rata untuk setiap butir lebih dari 3,33 dimana menurut Tabel 8, hal tersebut termasuk dalam kriteria
baik. Bahkan untuk butir ke-2, butir ke-4, butir ke-6, butir ke-8, dan butir ke-11 memperoleh skor rata-rata lebih dari 4. Secara keseluruhan, didapat rata-rata skor
angket respon siswa sebesar 3,73. Hasil tersebut menempatkan LKS berada pada
kriteria baik. Sebelumnya, dari hasil penilaian guru diperoleh skor rata-rata
penilaian LKS oleh guru sebesar 4,55 yang mana rata-rata tersebut menempatkan
100
LKS pada kriteria sangat layak. Dari hasil angket respon siswa dan penilaian
LKS oleh guru diperoleh kesimpulan bahwa LKS yang dikembangkan memenuhi
kriteria praktis.
Selanjutnya, untuk tahap evaluasi, LKS diperbaiki sesuai saran dari guru, angket respon siswa, dan catatan selama uji coba. Setelah direvisi maka
terciptalah LKS pada materi peluang dengan pendekatan pemecahan masalah untuk siswa SMK yang valid, praktis, dan efektif.