mentransformasi, dan menggunakan informasi. Sejalan dengan definisi diatas, Nasution 2000 mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah cara yang
konsisten dilakukan seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah. Sedangkan Winkel 1996
mengemukakan pengertian gaya kognitif sebagai cara khas yang digunakan seseorang dalam mengamati dan beraktivitas mental di bidang kognitif, bersifat
individual, tidak disadari dan cenderung bertahan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif
merupakan cara seseorang dalam berpikir, menerima, mengingat dan mengolah suatu informasi, relatif tetap dan bukan merupakan gambaran dari tingkat
kecerdasan atau pola-pola kemampuan lain.
2. Multiple Intelligences
Intelegensi atau kecerdasan selama ini dikenal memiliki arti sempit yang masih terbatas pada intelegensi logika-matematis dan intelegensi
linguistik. Orang-orang beranggapan bahwa IQ intelligence quotient merupakan penentu kesuksesan belajar dalam hidup seseorang. Seseorang
dengan IQ tinggi dianggap akan sukses dalam belajar dan akhirnya akan sukses dalam kehidupan nyata.
Gardner dalam Armstrong 2002: 2 tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan tes skor standar semata karena tes intelegensi hanya
mendeteksi kecerdasan linguistik dan logika-matematika saja. Gardner memandang kecerdasan dan menjelaskannya sebagai berikut:
a. Kemampuan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
b. Kemampuan untuk menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah.
Sembilan multiple intelligences: 1 Kecerdasan linguistik linguistic intelligence
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis.
Kecerdasan ini meliputi kemampuan manipulasi tata bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan kata praktis Paul Suparno, 2004: 26.
Howard Gardner dalam Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani 2007: 106 menyebutkan bahwa jika siswa atau anak memiliki kecerdasan
linguistik tinggi umumnya senang pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat
puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Selain itu juga cenderung memiliki daya ingat kuat, lebih mudah belajar dengan cara
mendengarkan dan verbalisasi. Seseorang dengan kecerdasan linguistik memiliki gaya antara lain
a suka menulis kreatif, b suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, c sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal
kecil, d membaca di waktu senggang, e mengeja kata dengan tepat dan mudah, f suka mengisi teka-teki silang, f menikmati dengan cara
mendengarkan, g unggul dalam mata pelajaran bahasa membaca, menulis dan berkomunikasi Widyawati, 2010: 20.
2 Kecerdasan logika-matematika logical-mathematic intelligence Armstrong 2002:3 menuliskan bahwa kecerdasan logika-
matematika merupakan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola,
hubungan logis, pernyataan, dalil, fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Kecerdasan ini dapat diwujudkan dalam bentuk menghitung, kategorisasi
atau penggolongan, membuat pemikiran ilmiah, membuat analogi, dan sebagainya.
Seseorang dengan kecerdasan matematik yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis, mempelajari sebab-akibat terjadinya
sesuatu dan berpikir secara konseptual. Selain itu, anak juga cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam
menyelesaikan problem matematik Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, 2007: 105.
Seseorang dengan kecerdasan logika matematika memiliki ciri-ciri antara lain: a menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar
kepala, b suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, c ahli dalam permainan catur, halma dsb, d mampu menjelaskan masalah
secara logis, d suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, e menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki,
berprestasi dalam Matematika dan IPA Widyawati, 2010: 20.