Umur ternak. Kesehatan Ambing.
66
Komponen Susu Normal
Susu Mastitis
Lemak Laktosa
Casein mgml Whey Protein mgml
Na mg100 ml K mg100 ml
Cl mg100 ml Ca mg100 ml
pH 3,45
4,85 27,9
8,2 57
172,5 80
–130 136
6,65 3,2
4,4 22,5
13,1 104,6
157,3 250
49 6,9
– 7,0 Pada tabel 6 terlihat bahwa pada susu sapi yang terkena mastitis,
kandungan lemak, laktosa dan casein menurun dan kandungan whey protein meningkat. Kandungan mineral Natrium dan Chlorida terlihat meningkat sedangkan
Kalium dan Kalsium menurun.
5.Pakannutrisi.
Jenis pakan akan dapat mempengaruhi komposisi susu. Pakan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar lemak susu rendah. Jenis pakan dari
rumput-rumputan atau hijauan akan menaikan kandungan lemak susu . Pemberian pakan yang banyak pada seekor sapi yang kondisinya jelek pada waktu sapi itu
dikeringkan dapat meningkatkan produksi susu sebesar 10 – 30 . Pemberian air
adalah penting untuk produksi susu, karena pada air susu 87 terdiri dari air dan 50 dari tubuh sapi terdiri dari air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari :
a. Produksi susu yang dihasilkan oleh seekor sapi b. Suhu lingkungan
c. Pakan yang diberikan
67
Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1 : 36. Air yang dibutuhkan untuk tiaphari bagi seekor sapi berkisar 37
– 45 liter.
6.Lingkungan.
Biasanya pada musim hujan produksi susu akan meningkat karena adanya ketersediaan pakan yang lebih dibanding musim kemarau, kandungan lemak susunya
juga akan meningkat, sedangkan pada musim kemarau kandungan lemak susu akan cenderung lebih rendah. Suhu dan kelembaban lingkungan juga mempengaruhi
produksi susu. Pada lingkungan yang tingkat kelembabannya tinggi sangat beresiko akan timbulnya infeksi bakteri yang akhirnya menyebabkan mastitis pada ambing. Suhu
lingkungan yang tinggi akan menurunkan konsumsi pakan yang dapat berpengaruh pada menurunnya produksi susu tetapi belum jelas apakah hal tersebut juga
berpengaruh terhadap komposisi susu yang dihasilkan.
7.Prosedur pemerahan.
Faktor yang mempengaruhi produksi susu antara lain adalah frekuensi pemerahan setiap hari, lamanya pemerahan, dan waktu pemerahan. frekuensi
pemerahan 3 – 4 kali setiap hari dapat meningkatkan produksi susu daripada jika
hanya diperah dua kali sehari. Pemerahan pada pagi hari sedikit berbeda komposisinya daripada susu hasil pemerahan sore hari. Pemerahan menggunakan tangan ataupun
menggunakan mesin tidak memperlihatkan perbedaan dalam produksi susu, kualitas ataupun komposisi susu.
Tabel7. Perbandingan Pemerahan 3 – 4 kali per Hari dengan Pemerahan 2 kali
per Hari Umur Sapi
Pemerahan 3 X Sehari
4 X Sehari
68
2 tahun 3 tahun
4 tahun 20
17 15
35 30
26
Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing mempunyai karakteristik sebagai
berikut: a.
Butiran lemak susu kambing lebih kecil daripada susu sapi, tetapi jumlah butiran lemak yang berdiameter kecil dan homogen lebih banyak terdapat pada
susu kambing sehingga susu kambing lebih mudah dicerna alat pencernaan manusia, serta tidak menimbulkan diare pada orang yang mengkonsumsinya.
b. Susu kambing juga tidak mengandung karoten, sehingga warna susu kambing
lebih putih daripada susu sapi. c. Susu kambing mengandung mineral: kalsium, fosfor, vitamin A, E, dan B
kompleks yang tinggi. d. Susu kambing dapat diminum oleh orang-orang yang alergi minum susu sapi
dan untuk orang-orang yang mengalami berbagai gangguan pencernaan. e.
K hasiat susu kambing antara lain untuk terapi TBC, membantu memulihkan
kondisi orang yang baru sembuh dari sakit, , mampu mengontrol kadar kolesterol dalam darah.
f. Baik bagi wanita dewasa untuk mengembalikan zat besi setelah haid,
kekurangan darah anemia, kehamilan serta pendarahan setelah melahirkan. Kandungan mineralnya memperlambat proses osteoporosis.
3.4. SIFAT SUSU 3.4.1. SIFAT FISIK SUSU
Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, panas jenis dan kekentalannya
69