1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat telah mempengaruhi pembangunan di Indonesia dalam berbagai bidang. Salah
satunya adalah bidang kependidikan. Pendidikan di Indonesia sekarang ini telah mengalami banyak perubahan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas agar dapat menghadapi
masa depan lebih baik. Mutu lulusan pendidikan berkaitan erat dengan proses pembelajaran.
Sementara itu proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: kurikulum, tenaga pendidik, sarana dan prasarana, manajemen sekolah,
lingkungan sekolah, serta lapangan latihan kerja siswa. Menurut Oemar Hamalik 2003: 57 pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana alat, evaluasi, dan lingkungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Unsur-unsur
tersebut sangat berhubungan antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Hal tersebut mempengaruhi tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sebagai salah satu faktor dalam proses pembelajaran, guru selalu dituntut untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran. Kualitas guru dapat
ditinjau dari dua segi yaitu dari segi proses dan dari segi hasil E. Mulyasa, 2006:13. Dari segi proses, guru dikatakan berhasil jika mampu melibatkan
sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial
2 dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari gairah dan semangat
mengajarnya serta rasa percaya diri dari guru tersebut. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu
mengubah perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.
Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar antara peserta didik, pengajar, materi, metode, dan media untuk mencapai tujuan belajar. Tanpa
adanya media, pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Karena dengan adanya media pembelajaran akan mempermudah dalam penyampaian materi
pelajaran, sehingga materi pelajaran mudah dipahami oleh peserta didik. Seperti yang disampaikan oleh Azhar Arsyad 2011: 2 media pembelajaran adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya.
Chomsin S. Widodo Jasmadi 2008: 40, mengungkapkan bahwa interaksi antara pendidik dan siswa akan sangat efektif jika tersedia media pendukung.
Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 1 Depok merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menghasilkan tenaga profesional dan siap
menghadapi tuntutan dari tantangan yang cukup berat yang setiap waktu dapat mengalami perkembangan. Tahun ajaran 2012 SMK Negeri 1 Depok membuka
jurusan baru yaitu Jurusan Tata Busana. Salah satu kompetensi di Jurusan Tata Busana SMK N 1 Depok adalah Pembuatan busana anak.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru di SMK N 1 Depok pada proses pembelajaran terdapat hasil belajar sebagian peserta didik yang
belum mencapai kompetensi terutama dalam kompetensi pembuatan kemeja anak. Dari data hasil penilaian yang ada, nilai mata pelajaran busana anak
3 peserta didik kelas X, sebanyak 60 dari 32 peserta didik dapat mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditentukan yaitu 80. Memang 60 peserta didik telah mencapai batas KKM, akan tetapi nilai peserta didik rata-rata
hanya selisih sedikit dengan batas KKM yaitu berkisar antara 80-85, sedangkan 40 dari 32 peserta didik belum mencapai KKM. Padahal, meskipun sudah
mencapai KKM, bila dilihat dari hasil produk kemeja anak yang dibuat oleh peserta didik masih ada kekurangan, yaitu pada pemasangan kerah kemeja yang
kurang tepat dan kurang rapi, juga pada pemasangan lengan licin. Peserta didik memasang lengan licin hanya sebatas terpasang saja, padahal lengan yang
mereka pasang masih berkerut pada bagian puncaknya. Media pembelajaran yang sering digunakan dalam proses pembelajaran antara lain papan tulis,
benda jadi dan jobsheet yang isi materinya kurang lengkap, yang terkadang membuat peserta didik kurang memahami materi yang disampaikan secara
maksimal dan menimbulkan kebosanan dari dalam diri peserta didik. Penggunaan media pada pembelajaran Membuat Busana Anak kurang
dimanfaatkan secara maksimal oleh guru dan peserta didik. Keterbatasan media pembelajaran dan sumber belajar yang dimiliki sekolah membuat peserta didik
kurang termotivasi dalam proses pembelajaran. Sehingga dibutuhkan media belajar lain yang dapat digunakan untuk membantu memaksimalkan proses
pembelajaran terutama untuk peserta didik. Melalui media pembelajaran berupa modul, diharapkan pemahaman
peserta didik mengenai suatu materi pelajaran akan bertambah. Pemanfaatan media pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan proses belajar mengajar
yang menarik, lebih aktif dan interaktif. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat
4 seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu
peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing meliputi
perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilaian, mengukur
keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pelajaran. Metode pembelajaran dengan media berupa modul merupakan strategi
mengajar dimana materi disampaikan lebih terinci dan tertulis. Penyampaian kompetensi disampaikan dari berbagai sumber yang ditulis secara sistematis.
Guru berperan sebagai fasilitator sedangkan peserta didik juga diberi keleluasaan dan diarahkan untuk aktif dan kreatif mencari informasi secara lebih
detail. Metode pemberian latihan terhadap materi pembuatan kemeja anak, membuat peserta didik dapat lebih aktif sehingga dapat lebih mudah memahami
suatu konsep yang sedang dipelajari secara nyata. Pembelajaran menggunakan modul lebih memudahkan guru untuk
dapat memahami peserta didik lebih baik sehingga kendala-kendala dalam pembelajaran dapat lebih cepat diatasi. Dengan modul pembelajaran kemeja
anak ini diharapkan peserta didik dapat lebih mudah memahami materi pelajaran, karena modul isi materinya lebih lengkap dan jelas bila dibandingkan dengan
media pembelajaran lain seperti handout dan jobsheet, serta dengan sampul yang dibuat menarik diberi ilustrasi gambar akan membuat peserta didik lebih
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran pembuatan kemeja anak. Pembelajaran menggunakan media modul lebih menguntungkan baik
bagi peserta didik maupun pengajar. Dengan adanya modul, pengajar akan mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing peserta didik. Adanya modul
5 juga membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang tidak hanya
berasal dari guru. Peserta didik akan mengurangi ketergantungan mereka kepada guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, sehingga peserta didik
mampu belajar mandiri. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas dapat dicarikan
salah satu solusi yaitu dengan membuat modul pembuatan kemeja anak yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi kepada
peserta didik. Modul ini berisikan tentang pengertian kemeja anak, disain kemeja anak, pemilihan tekstil, konstruksi pola dasar kemeja anak sampai pecah pola
sesuai disain, teknik menjahit kemeja anak, dan menghitung harga jual kemeja anak. Dengan adanya modul ini diharapkan peserta didik memiliki kemampuan
dalam menyelesaikan setiap kompetensi yang terdapat pada modul sesuai waktu yang telah ditetapkan dan peserta didik lebih mudah memahami materi yang
sedang dipelajari. Dari gagasan ini penulis tertarik melakukan penelitian dan pengembangan dengan mengambil judul “Pengembangan Modul Pembelajaran
Kemeja Anak pada Mata Pelajaran Pembuatan Busana Anak Kelas X di SMK Negeri 1 Depok Yogyakarta
”.
B. Identifikasi Masalah