Penerapan Komunikasi Yang Efektif Pada Subbag Umum Di Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Sumatera Utara

(1)

Kelimabelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Herimanto, Bambang, M.M dan Indrojiono, M.Hum. 2005. Komunikasi Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta : Amara Books

Hardjana, Agus. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Edisi Kelima. Yogyakarta : Kanisius

Ludlow, Ron dan Fergus Panton. 2000. Effective Communication. Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi

Purwanto, Djoko, M.B.A. 2006. Komunikasi Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

Suprapto, Tommy, M.S. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Media Pressindo

Wirasasmita, Yuyun, M.Sc. 2005. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Edisi Ketujuh. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya


(2)

A. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Menurut Carl I. Hovland (2001 : 10) “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas – asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap, bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain”. Menurut Harold D. Laswell (2001 : 11) “Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yakni : komunikator, pesan, media, komunikan, efek. Berdasarkan paradigma tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu”.

Menurut Shannon dan Weaver (2001 : 11) “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas pada bentuk verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi”. Menurut Himstreet dan Baty (2006 : 3) “Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa, baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan”. Menurut Bovee (2006 : 3) “Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan”. Pada umumnya, pengertian komunikasi ini paling tidakmelibatkan dua orang atau lebih, dan proses


(3)

pemindahan pesannya dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal.

Menurut Purwanto (2006 : 4) di dalam dunia praktis, kita juga mengenal komunikasi antarpribadi (interpersonal communications) dan komunikasi lintas budaya (intercultural communications) selain komunikasi bisnis (business communications). Komunikasi bisnis, komunikasi antarpribadi maupun komunikasi lintas budaya merupakan bentuk komunikasi yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda dari yang lainnya. Komunikasi antarpribadi

merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami kedua belah pihak dan cenderung lebih fleksibel dan informal. Jenis komunikasi tersebut lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya komunikasi yang dilakukan di dalam suatu keluarga, antarkeluarga, antartetangga, antarteman, antarsejawat, atau antarkaryawan, untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi yang terjalin cenderung lebih santai, akrab, dan tidak kaku. Tidak menjadi masalah apabila digunakan bahasa daerah, bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa tubuh atau bahasa gado-gado alias bahasa campuran. Yang terpenting dalam komunikasi antarpribadi tersebut adalah bahwa, penyampaian pesan-pesan tersebut dapat dipahami dengan baik oleh pihak lain. Di samping itu, pokok bahasan atau topik bahasannya juga sangat variatif. Komunikasi lintas budaya merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih, yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda karena perbedaan geografis tempat tinggal. Komunikasi dapat terjadi pada tingkat antardaerah, antarwilayah maupun


(4)

antarnegara. Komunikasi bisnis merupakan komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam dunia bisnis, seorang komunikator yang baik di samping harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, juga harus mampu menggunakan berbagai macam alat atau media komunikasi yang ada untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain secara efektif dan efisien, sehingga tujuan pesan-pesan bisnis dapat tercapai.

Para komunikator seharusnya memahami dengan baik bagaimana menyusun kata-kata yang mampu membentuk suatu arti atau makna, bagaimana mengubah suatu situasi menjadi lebih menarik dan menyenangkan, bagaimana mengajak peserta atau audiens untuk berperan aktif dalam diskusi, bagaimana menyelipkan humor yang mampu menghidupkan suasana, bagaimana menyiapkan atau mengatur ruangan yang mampu menghidupkan diskusi, serta bagaimana memilih media komunikasi secara tepat (melalui media tertulis atau lisan). Di samping itu, seharusnya kita juga dapat menggunakan gerakan-gerakan isyarat ataupun bahasa tubuh untuk memperkuat penyampaian pesan-pesan bisnis. Berikut ini ada beberapa perbedaan antara komunikasi antarpribadi dengan komunikasi bisnis dilihat dari berbagai sisi atau sudut pandang.


(5)

Uraian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi Bisnis

Orientasi/tujuan Kepentingan pribadi Kepentingan bisnis Pokok bahasan Masalah pribadi Masalah bisnis

Bahasa yang digunakan Informal, bahasa campuran Formal, baku Format penulisan Tidak standar, fleksibel Standar

Gaya penulisan Tidak standar Standar

Kertas surat yang digunakan Tanpa kop surat Dengan kop surat

Stempel/cap Tanpa stempel Dengan stempel

Contoh Surat keluarga Surat bisnis

Sumber : Djoko Purwanto (2006 : 4)

Gambar 3.1 : Perbedaan antara Komunikasi Antarpribadi dengan Komunikasi Bisnis

B. Bentuk Dasar Komunikasi

Pada dasarnya, ada dua bentuk dasar komunikasi yang lazim digunakan, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.

1. Komunikasi Verbal

Menurut Herimanto (2005 : 12) komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan. Komunikasi verbal menempati porsi besar, karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. Komunikasi verbal ini ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing komunikasi melalui tulisan dan lisan. Melalui tulisan sebenarnya juga dibutuhkan ekstra keras untuk bisa


(6)

yaitu penerima pesan dan pengirim pesan sebaiknya dapat bertemu atau bertatap muka untuk menjelaskan tulisan yang dimaksud maupun menanyakan maksud dari pesan tersebut. Menurut Purwanto (2006 : 6) berbagai macam bentuk komunikasi. verbal :

a. Berbicara dan Menulis

Pada umumnya, untuk mengirimkan pesan-pesan, orang lebih senang berbicara daripada menulis suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis, dan cepat dalam menyampaikan pesan-pesan. Bagi para pelaku bisnis, penyampaian pesan-pesan bisnis secara tertulis relatif lebih jarang dilakukan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi secara tertulis tidak penting, mengingat tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan. Pesan yang sangat penting dan kompleks, lebih tepat disampaikan secara tertulis. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tertulis dalam dunia bisnis antara lain meliputi surat (macam-macam surat bisnis), memo, dan laporan.

b. Mendengar dan Membaca

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dua arah, orang-orang yang terlibat dalam dunia bisnis, cenderung lebih suka memperoleh atau mendapatkan informasi daripada menyampaikan informasi. Untuk melalukan hal tersebut, memerlukan keterampilan mendengarkan dan membaca yang baik. Meskipun mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan pendekatan serupa. Langkah pertama adalah mencatat informasi. Ini berarti bahwa, seseorang harus memusatkan perhatian dan pembicaraanyang tengah berlangsung atau bahan yang sedang dibacanya. Setelah dapat menangkap inti


(7)

pembicaraan atau bacaan, langkah selanjutnya adalah menafsirkan dan menilai informasi. Langkah ini merupakan bagian terpenting dari proses mendengar. Sambil melakukan penyaringan suatu informasi, seseorang harus dapat memutuskan mana informasi yang penting dan mana yang tidak penting. Suatu pendekatan yang dapat dilakukan adalah mencari ide pokok dan ide-ide pendukung secara rinci.

2. Fungsi Bahasa sebagai Komunikasi Verbal

Menurut Hardjana (2007 : 23) bahasa dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan alunan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

a. Untuk mengartikulasikan apa yang dipikirkan dan dirasakan manusia. b. Untuk membina hubungan yang baik diantara sesama manusia. c. Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita.

d. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal a. Faktor Intellegensi

Orang yang memiliki intellegensi yang tinggi biasanya memiliki banyak pembendaharaan kata dibandingkan orang yang memiliki intellegensi rendah. b. Faktor budaya

Setiap budaya memiliki bahasa yang berbeda-beda. Seperti di Indonesia yang memiliki keragaman suku. Suku Sunda, Batak memiliki bahasanya masing-masing.


(8)

c. Faktor Pengetahuan

Orang yang memiliki pengetahuan banyak akan mendorong yang bersangkutan untuk berbicara lancar dengan pembendaharaan kata yang banyak

d. Faktor Kepribadian

Orang memiliki sifat pemalu, atau pendiam biasanya sedikit berbicara pada orang lain disebabkan tidak terbiasa berkomunikasi.

e. Faktor Biologis

Adanya kelainan sehingga mengganggu saat berbicara. f. Faktor Pengalaman

Orang yang banyak berkomunikasi baik berbicara dengan orang lain, individu atau massa, akan dapat berbicara secara lancar.

4. Komunikasi Nonverbal

Menurut Suprapto (2009 : 13), bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi adalah komunikasi nonverbal, sebelum manusia menggunakan kata-kata, manusia telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, dalam hal ini bahasa tubuh sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang menunjukkan komunikasi nonverbal : a. Mengerutkan dahi untuk menunjukkan seseorang sedang berpikir.

b. Gambar pria dan wanita yang dipasang di pintu masuk toilet untuk menunjukkan kamar sesuai dengan jenis kelaminnya.

c. Gambar rokok disilang untuk menunjukkan bahwa pemakai ruangan tidak di perkenankan merokok.

d. Berpangku tangan untuk menunjukkan seseorang sedang melamun.


(9)

f. Menggelengkan kepala untuk menunjukkan sikap menolak atau keheranan. g. Asbak di atas meja tamu untuk menunjukkan bahwa tamu diperbolehkan

merokok.

h. Ruang tunggu sebuah bank disediakan tanpa tempat duduk untuk menunjukkan bahwa para nasabah akan dilayani dengan cepat tanpa harus menunggu lama. i. Menggertakkan gigi untuk menunjukkan kemarahan.

j. Tersenyum dan berjabat tangan dengan orang lain untuk mewujudkan rasa senang, simpati dan penghormatan.

k. Menganggukkan kepala untuk menunjukkan tanda setuju.

l. Berbicara dengan mengambil jarak agak menjauh untuk menunjukkan bahwa lawan bicaranya belum begitu dikenal dengan baik.

m.Menutup mulut dengan telapak tangan untuk menunjukkan suatu kebohongan. n. Telapak tangan yang terbuka untuk menunjukkan kejujuran.

o. Tangan mengepal untuk menunjukkan penuh percaya diri.

p. Gerakkan kaki dan tangan secara tidak teratur, bagaikan orang yang kedinginan, yang menunjukkan bahwa seseorang sedang grogi.

q. Seseorang mengirimkan seuntai bunga kepada teman yang meraih sukses untuk menunjukkan rasa simpati dan ucapan selamat atas kesuksesan yang diraih.

Menurut Purwanto (2006 : 9) pendek kata, dalam komunikasi nonverbal orang dapat mengambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, rindu, maupun berbagai macam perasaan lainnya. Lagi pula secara mendasar, komunikasi nonverbal cukup berbeda dengan komunikasi verbal. Pada umumnya, bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur, sehingga membuat komunikasi nonverbal sulit untuk


(10)

dipelajari. Komunikasi nonverbal juga lebih bersifat spontan dibandingkan dengan komunikasi verbal dalam hal penyampaian suatu pesan. Pada umumnya, sebelum menyampaikan sesuatu, seseorang sudah memiliki suatu rencana tentang apa yang ingin dikatakannya.

5. Tujuan Komunikasi Nonverbal

Meskipun dapat berdiri sendiri, komunikasi nonverbal sering kali berkaitan erat dengan ucapan (lisan). Ini berarti sering terjadi penggabungan antara verbal dan nonverbal dalam suatu situasi. Kata-kata yang disampaikan dalam suatu percakapan hanya membawa sebagian dari suatu pesan,sedangkan bagian yang lain, disampaikan melalui sinyal-sinyal nonverbal. Menurut Thil dan Bovee (2006 : 10) komunikasi nonverbal mempunyai enam tujuan yaitu:

a. Memberikan informasi

b. Mengatur alur suatu percakapan c. Mengekspresikan emosi

d. Memberi sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal

e. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain f. Mempermudah tugas-tugas khusus

Menurut Purwanto (2006 : 12) komunikasi nonverbal dapat membantu menentukan kredibilitas dan potensi kepemimpinan seseorang. Jika dapat belajar mengelola pesan yang dibuat dengan bahasa isyarat, karakteristik, ekspresi wajah, suara dan penampilan, maka seseorang akan dapat melakukan komunikasi dengan baik. Dengan kata lain, seorang manajer dalam suatu organisasi juga harus dapat menjadi seorang komunikator yang baik, harus tahu bagaimana menyampaikan


(11)

pesan-pesan kepada para bahawannya, kapan suatu pesan-pesan itu harus disampaikan, dan kepada siapa pesan-pesan itu harus disampaikan.

C. Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi

Menurut Purwanto (2006 : 13-16) di dalam suatu pembicaraan, ada kecenderungan beberapa pesan tidak dapat dimengerti oleh penerima pesan dengan baik, hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan.

1. Masalah dalam Mengembangkan Pesan

Sumber masalah potensial dalam mengembangkan suatu pesan adalah dalam

Memformulasikan suatu pesan. Masalah dalam mengembangkan suatu pesan dapat mencakup antara lain munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau masih asing dengan audiens, adanya pertentangan emosional, atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.

Sering sekali seseorang dihinggapi rasa ragu-ragu antara ya atau tidak benar atau salah, disampaikan atau ditahan, dan sejenisnya dalam mengambil keputusan. Apabila hal ini terjadi, ada kecenderungan seseorang akan mengalami kesulitan di dalam mengembangkan pesan, proses komunikasi akan dimulai dengan sesuatu yang salah, yang pada akhirnya akan membawa kegagalan yang akan berkelanjutan atau terus menerus.

2. Masalah dalam Menyampaikan Pesan

Komunikasi dapat juga terganggu karena munculnya masalah penyampaian pesan dari


(12)

pengirim ke penerima. Masalah yang paling jelas disini adalah faktor fisik. Misalnya jika sedang menyampaikan presentasi makalah, sebaiknya memilih tempat yang memungkinkan audiens dapat melihat dan mendengar dengan jelas apa yang disampaikan. Jangan sampai ada diantara mereka yang merasa terhalang oleh sesuatu, seperti terhalang oleh tubuh sendiri atau terhalang oleh tiang (pilar) suatu bagunan. Di samping itu gunakanlah sound system yang cukup baik kualitasnya. Jangan sampai terjadi pada saat diskusi sedang menghangat, tiba-tiba perangkat tata suaranya mengalami gangguan teknis atau macet total.

Masalah lain yang muncul dalam penyampaian suatu pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang saling berlawanan atau bermakna ganda. Bila dua buah pesan disampaikan sekaligus, akan muncul gangguan dalam arus komunikasi. Masalah serupa juga akan muncul bila suatu pesan disampaikan melalui saluran penghubung yang cukup panjang. Orang terakhir yang menerima pesan kemungkinan hanya dapat menangkap sebagian kecil saja dari orang pertama atau bahkan pesan yang disampaikan bisa jadi bertentangan dengan pesan aslinya.

3. Masalah dalam Menerima Pesan

Sebagaimana halnya dengan penyampaian pesan, menerima pesan pun tidak luput

dari masalah, masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan antara lain adanya persaingan antara penglihatan dengan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu yang kurang terang, dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima. Dalam beberapa kasus, gangguan atau masalah penerimaan pesan dapat muncul berkaitan dengan kesehatan si penerima pesan. Misalnya pendengaran


(13)

yang kurang baik, penglihatan yang mulai kabur, atau bahkan sakit kepala. Meskipun tidak menghambat jalur komunikasi secara keseluruhan, tetapi hal-hal tersebut dapat mengurangi kesempurnaan penerimaan pesan. Gangguan yang paling umum terjadi adalah kurangnya konsentrasi selama melakukan komunikasi.

4. Masalah dalam Menafsirkan Pesan

Meskipun suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan, masalah terbesar terletak pada mata rantai terakhir, saat suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa, dan pernyataan emosional dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman antara pemberi pesan dan penerima pesan.

a. Perbedaan Latar Belakang

Bila pengalaman hidup penerima secara mendasar berbeda dengan pengirim pesan,

komunikasi menjadi semakin sulit. Perbedaan usia, pendidikan, jenis kelamin, status sosial, kondisi ekonomi, latar belakang budaya, temperamen, kesehatan, kecantikan, popularitas, atau agama dapat mempersulit atau paling tidak mengganggu proses komunikasi.

Secara umum, kemampuan untuk menyerap informasi bergantung pada pengalaman masa lalu dan biasanya berlangsung lama. Oleh karena itu, bila belajar sesuatu yang baru, seseorang cenderung untuk mencoba mencocokkannya dengan pola yang telah ada. Jika informasi baru tidak cocok, terdapat kecenderungan untuk mengubah dan bukannya menata kembali pola yang telah ada.


(14)

Oleh karena itu, bila seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki pengalaman dan harapan yang serupa, apa yang ia katakan secara otomatis cocok dengan kerangka berpikir orang lain tersebut. Bila menghadapi orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, apa yang ia katakan mungkin akan ditafsirkan dari sudut pandang yang berbeda.

b. Perbedan Penafsiran Kata

Masalah dalam memahami pesan sebenarnya terletak pada bahasa yang menggunakan

kata-kata sebagai simbol untuk menggambarkan suatu kenyataan. Karena latar belakang yang berbeda, baik itu asal usul daerah, budaya, pendidikan, usia, maupun yang lain, akan mempunyai pengertian atau pemahaman yang berbeda pula terhadap kata yang sama.

c. Perbedaan Reaksi Emosional

Suatu pesan yang jelas dan dapat diterima di suatu kondisi akan dapat Membingungkan dalam situasi yang berbeda. Hal ini bergantung pada hubungan emosional antara penerima dan pengirim pesan. Setiap pesan paling tidak mencakup dua hal :

 Dalam artian “isi” (content) yang berkaitan dengan subjek suatu pesan

 Dalam artian “hubungan” (relationship), yang memberikan sifat suatu interaksi antara pengirim dan penerima suatu pesan, komunikasi dapat terganggu bila penerima bereaksi secara negatif dalam artian “isi” maupun “hubungan”.

D. Bagaimana Memperbaiki Komunikasi

Menurut Purwanto (2006 : 17) dalam melakukan komunikasi, adakalanya hasilnya tidak sesui dengan apa yang diharapkan. Dengan kata lain, komunikasi


(15)

yang dilakukan tidak efektif, tidak mencapai sasaran dengan baik. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif diperlukan beberapa persyaratan, yaitu :

1. Persepsi

Seorang komunikator yang cerdas harus dapat memprediksi apakah pesan-pesan yang

akan disampaikannya dapat diterima oleh komunikan atau tidak. Bila prediksinya tepat, audiens akan dapat membaca dan menerima tanggapannya dengan benar. Kemudian, audiens sebagai penerima pesan akan mengantisipasi bagaimana reaksi komunikator (pengirim pesan) dalam menyusun umpan balik, dengan tepat melakukan penyesuaian untuk menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi tersebut.

2. Ketepatan

Secara umum audiens mempunyai suatu kerangka berfikir yang jelas. Agar komunikasi yang dilakukan mencapai sasaran, seseorang perlu mengekspresikan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam kerangka berfikir mereka. Apabila hal itu diabaikan, yang muncul adalah kesalahan komunikasi (miss communications). 3. Kredibilitas

Dalam berkomunikasi, komunikator perlu memiliki suatu keyakinan dan optimisme

yang tinggi bahwa audiensnya adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Demikian pula, komunikator harus mempunyai suatu keyakinan bahwa substansi atau inti pesan yang ingin disampaikan kepada pihak lain benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkannya. Di samping itu, komunikator juga harus


(16)

memahami dengan baik apa maksud dan tujuan penyampaian suatu pesan tersebut.

4. Pengendalian

Dalam berkomunikasi, audiens akan memberikan suatu reaksi atau tanggapan terhadap pesan yang disampaikan. Reaksi mereka dapat membuat komunikator tertawa, menangis, bertindak, mengubah pikiran, atau lemah lembut. Hal ini di tentukan oleh intensitas reaksi yang dilontarkan audiens terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator. Sebaliknya, reaksi audiens bergantung pada berhasil atau tidaknya komunikator mengendalikan audiensnya saat melakukan komunikasi.

5. Keharmonisan

Komunikator yang baik tentu akan selalu dapat menjaga hubungan persahabatan yang

baik dengan audiens sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuannya. Seorang komunikator yang baik juga akan menghormati dan berhasil memberi kesan yang baik kepada audiensnya.

E. Hubungan Komunikasi dalam Organisasi

Menurut Effendy (2001 : 35-39)organisasi adalah sekelompok masyarakat yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan komunikasi adalah perekat yang memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara bersama-sama melakukan fungsinya dengan baik.

1. Peran Manajerial

Manajer pada semua level dalam suatu organisasi memiliki peran strategis bagi pengembangan organisasi kedepan. Menurut Mintzberg (2006 : 35), terdapat


(17)

manajerial yang dapat diterapkan oleh seorang manajer dalam suatu organisasi, yaitu: peran antarpribadi (interpersonal roles) masing-masing peran manajerial tersebut tidak dapat dilepaskan dengan betapa pentingnya kegiatan komunikasi dalam dunia. Melalui masing-masing peran tersebut manajer harus mampu mengomunikasikan ide, gagasan atau informasi kepada karyawannya, sehingga mereka dapat memahami pesan yang telah disampaikan dengan baik dan efektif. Peran manajerial dalam suatu organisasi dapat dijelaskan secara lebih rinci pada gambar berikut ini:

Sumber : Effendy (2001:35)

Gambar 3.2 : Peran Manajerial Menurut Mintzberg

a. Peran Antarpribadi

Peran antarpribadi menunjukkan bahwa seorang manajer harus mampu memerankan

dirinya sebagai seorang tokoh figur (figurhead role), manajer (leader role), dan penghubung (liaison role). Seorang manajer dalam suatu organisasi dapat memerankan dirinya sebagai seorang tokoh figur.

Peran Antarpribadi  Tokoh figur  Manajer  Penghubung

Komunikasi

Peran Komunikasi  Wirausaha

 Pemecah masalah

 Pengalokasi sumber daya  Negosiator

 

Peran Komunikasi  Monitoring

 Penyebar informasi  Juru bicara


(18)

Selain berperan sebagai seorang tokoh figur, seorang manajer yang harus mampu menyampaikan pesan-pesan dengan baik kepada para karyawannya. Pesan tersebut dapat disampaikan secara lisan dan tertulis. Poin penting dari kebijakan baru tersebut dapat disampaikan secara lisan, sedangkan penjelasan yang lebih rinci sebaiknya disampaikan dalam bentuk tertulis

Peran manajerial yang lain adalah kemampuan dalam memimpin suatu organisasi bisnis maupun nonbisnis. Seorang manajer harus mampu memotivasi dan melakukan kontrol terhadap karyawannya. Sedangkan, peran penghubung menunjukkan hubungannya dengan orang-orang diluar organisasi, misalnya dalam kaitannya dengan pelanggan, pemasok, clien dan pemerintah.

b. Peran Informasional

Peran informasinal mencakup peran pemantauan (monitor role), peran penyebar

informasi (disseminator role), dan peran pembicara (spokesperson role). Peran pemantauan/monitoring adalah peran yang harus dilakukan oleh seorang manajer untuk mengawasin bahawan (para karyawannya) agar pekerjaan mereka sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya selanjutnya, peran penyebar informasi adalah peran manajer untuk menyebarluaskan atau menyampaikan informasi secara menyeluruh kepada para karyawannya agar mereka dapat memahami dengan baik berbagai kebijakan organisasi tersebut. Penyebarluasan informasi ini lebih berorientasi kepada kepentingan internal suatu organisasi.

Peran informasional lainnya adalah peran sebagai seorang juru bicara seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai juru bicara yang baik,


(19)

khususnya yang berkaitan dengan penyampaian informasi tentang berbagai kebijakan penting organisasinya kepada pihak lain (eksternal organisasi).

c. Peran Keputusan

Peran keputusan (decisional role) mencakup tiga peran penting yaitu, peran wirausaha

(entrepreneur role), peran pemecah masalah (disturbance handler role), peran pengalokasi sumber daya (resource allocator role), dan peran negosiator (negosiator role).

Seorang manajer harus daapat memerankan dirinya sebagai seorang wirausaha yang jujur, dinamis, ulet, kretif, inovatif, responisif, bertanggung jawab, berani mengambil resiko, dan berwawasan luas.

Peran berikutnya adalah peran pemecah masalah. Seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai salah seorang yang memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh suatu organisasi, peran keputusan yang lain adalah peran mengalokasi sumber daya. Seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai orang yang mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki secara baik, misalnya pengelolahan sumber daya keuangan, sumber daya manusia, sumber daya informasi dan sumber daya alam yang dimilikinya

Peran keputusan terakhir adalah peran negosiator, seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai seorang yang mampu bernegosisasi dengan baik, alias menjadi negosiator yang handal. Kemampuan ini sangat diperlukan oleh seorang manajer ketika berhubungan dengan pihak eksternal organisasi, terutama dalam hal penentuan kerjasama proyek dengan pihak lain atau ketika


(20)

suatu organisasi dihadapkan pada pertentangan kepentingan internal organisasi, seperti munculnya tuntutan (unjuk rasa) para karyawannya tentang perbaikan kesejahteraan.

2. Kegiatan Pertukaran Informasi

Pencapaian tujuan suatu organisasi memerlukan proses komunikasi. Proses komunikasi memungkinkan anggota organisasi bertukar informasi menggunakan suatu bahasa atau simbol-simbol yang biasa (umum) digunakan. Disamping itu, melalui proses komunikasi tersebut akan diperoleh suatu hasil yang sangat berarti. Secara umum, komunikasi mempunyai dua fungsi penting dalam organisasi:  Komunikasi memungkinkan orang-orang untuk saling bertukar informasi  Komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota dalam organisasi

yang terpisah dari anggota lainnya.

Pada umumnya, organisasi sangat bergantung pada komunikasi untuk mencapai tujuannya. Berikut ini adalah beberapa kegiatan organisasi yang berkaitan dengan pertukaran informasi.

a. Menetapkan Tujuan

Kebanyakan organisasi mempunyai berbagai macam tujuan, baik yang bersifat formal maupun nonformal. Untuk menetapkan suatu tujuan, mereka yang terlibat dalam organisasi baik staff manajemen puncak, manajemen menegah, manajemen bawah, maupun karyawan, perlu melakukan berbagai pembahasan yang serius dan cukup matang.

Tujuan organisasi dapat di definisikan dalam arti keuangan (finansial), mutu produk, penguasan pasar, kepuasan karyawan, atau memberikan pelayanan bagi pelanggan. Dalam mentapkan berbagai macam tujuan organisasi tersebut


(21)

sangat diperlukan pertukaran informasi atau komunikasi antar unit-unit yang ada alam organisasi tersebut.

b. Membuat dan Melaksanakan Keputusan

Tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi dapat tercapai bila orang-orang dalam organisasi tersebut membuat berbagai keputusanyang mendukung terlaksananya tujuan, serta mematuhi keputusan yang telah disepakati. Untuk membuat keputusan-keputusan yang mendukung tujuan organisasi, mereka harus mengumpulkan fakta-fakta agar dapat melakukan penilaian terhadap berbagai pilihan/alternatif yang ada, dengan cara membaca bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Bila telah diambil, suatu keputusan harus dilaksanakan dan hal ini memerlukan lebih banyak komunikasi.

c. Mengukur Prestasi Kerja

Saat keputusan telah dilaksanakan, manajemen perlu melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah hasil yang diharapkan telah tercapai. Pengukuran prestasi kerja mencakup beberapa faktor yaitu, biaya, penjualan, pangsa pasar, produktivitas, tingkat perputaran karyawan, den tingkat persediaan yang ada.

Pada perusahaan berskala besar, semua data tersebut diproses dengan komputer, dan hal ini dapat mempercepat perolehan hasil laporan. Pada perusahaan yang berskala kecil, pengolahan data dilakukan secara manual, sehingga waktu yang diperlukan lebih lama. Namu disisi lain, data-data yang terdapat dalam perusahaan besar bisa jadi berkali lipat banyaknya dari pada yang


(22)

terdapat dalam perusahaan kecil, dan hal ini dapat membuat waktu yang diperlukan untuk menganalisisnya menjadi lebih lama.

Oleh karena itu, untuk mengukur prestasi kerja organisasi secara menyeluruh sangat diperlukan terjalinnya komunikasi yang baik antar unit yang ada dalam organisasi tersebut.

d. Merekrut dan Mengembangkan Staff

Jika ingin merekrut seseorang, suatu perusahaan harus mengumumkan secara terbuka, peneliti resume, dan melakukan awancara dengan pelamar sehingga dapat ditentukan orang yang benar-benar cocok untuk menduduki jabatan yang tersedia. Selanjutnya, karyawan baru perlu diperkenalkan dengan staff organisasi.

Sebagai orang baru dalam suatu organisasi, dia juga perlu diberi umpan balik (feedback) atas prestasi yang telah dicapai, baik dalam bentuk penghargaan, pengakuan, maupun tanggung jawab yang lebih tinggi. Dalam kaitan ini, komunikasi akan lebih banyak diperlukan dan menjadi penting artinya.

e. Pelayanan Pelangganan

Semua organisasi akan berhubungan dengan para customer atau pelangganan (internal maupun eksternal) dengan menggunakan komunikasi, baik dalam bentuk formal maupun nonformal. Harga yang tertera pada suatu produk, nama kelompok produk yang tertulis dalam rak-rak, dan berbagai macam bentuk simbol seperti dilarang merokok, arah panah, dan sejenisnya merupakan bentuk komunikasi yang mungkin digunakan oleh suatu organisasi dalam berhungan dalam pelanggan atau konsumennya.


(23)

Penggunaan nota penjualan, brosur, iklan, telephone bebas pulsa, dan berbagai bentuk promosi lainnya adalah bentuk komunikasi yang digunakan oleh organisasi sebagai sarana untuk merangsang keinginan para pelanggan agar menggunakan produknya.

f. Negosiasi dengan Pemasok

Untuk mendapatkan harga produk yang baik, manajemen dalam suatu perusahaan perlu mengadakan negosiasi baik dengan pemasok maupun dengan pemberi pinjaman. Setelah mendapatkan bantuan dana yang diperlukan, mereka harus secara rutin memberikan laporan perkembangan perusahaannya kepada pihak-pihak yang terkait.

Melakukan negosiasi dengan berbagai pihak dan menyampaikan laporan perkembangan suatu perusahaan kepada pihak lain yang berkepentingan, tentu saja, memerlukan komunikasi yang dapat memuaskan kedua belah pihak yang sedang bernegosiasi.

g. Memproduksi Produk

Untuk menuangkan ide atau gagasan mengenai produk baru, kemudian menepatkannya dalam proses produksi, sampai akhirnya menjadi suatu produk yang siap dipasarkan, diperlukan komunikasi. Seorang perancang mendesain rencana produk, pemasar melakukan penelitian pasar, dan manajer penjualan melakukan kampanye penjualan. Kegiatan diatas memerlukan banyak komunikasi, baik komunikasi antara manajer dengan karyawan, antara karyawan yang satu dengan yang lain, atau antara bagian pemasaran dengan para pelanggan. Dengan kata lain, proses produksi erat kaitannya dengan komunikasi.


(24)

h. Berinteraksi dengan Peraturan yang Ada

Komunikasi bukan saja terjadi dalam tubuh perusahaan, tetapi juga antara perusahaan dengan pemerintah. Sebagai wakil masyarakat, pemerintah seharusnya melindungi kepentingan masyarakat. Untuk itulah, pemerintah menyusun peraturan yang bertujuan untuk memberi perlindungan bagi masyarakat luas dari tindakan sewenang-wenang perusahaan.

F. Hambatan Komunikasi dalam Organisasi

Menurut Herimanto (2005 : 33-37) komunikasi yang terjadi dalam organisasi atau perusahaan bisa saja terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, hal ini terjadi apabila ada hambatan-hambatan ini sebaiknya segera disingkirkan supaya komunikasi lancar kembali hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Hambatan Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi antar seorang individu dengan individu lain, dimana masing-masing dapat bertindak sebagai sumber maupun penerima pesan.penyebab hambatan komunikasi antarpribadi antara lain: a. Perbedaan Presepsi, hal ini dapat terjadi bila pesan yang dikirimkan tidak jelas

maksudnya atau tidak tegas perintahnya namu bisa juga pemberi pesan tidak dapat menyampaikan pesan dengan baik, sebaliknya bila pemberi pesan itu menyampaikan pesan dengan baik namun penerima pesan tidak dapat menerima pesan dengan baik maka presepsi dapat berlainan.

b. Kesalahan Peyerapan Pesan, hal ini dapat terjadi bila dalam pembuatan pesan tidak dibuat dengan baik. Orang cenderung lebih mudah menerima pesan yang


(25)

dibuat poin atau bernomor karena mudah diingan dari pada dengan kalimat-kalimat berderat panjang.

c. Perbedaan Bahasa, hal ini dapat terjadi bila si pengirim pesan maupun penerima pesan memiliki bahasa yang berbeda sementara pesan disampaikan dengan bahasa si pengirim pesan. Kita dapat memaklumi bagaimana ketangguhan bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting bagi penggunanya, bagaimanapun juga orang yang dapat menguasai bahasa ibu dengan baik akan dapat memaknai pesan itu dengan baik pula.

d. Kurang Perhatian, hal ini dapat terjadi bila kemasan pesan tidak menarik penyampaian pesan tidak secara bersungguh-sungguh menyampaikan pesan atau penerima pesan tidak berminat dengan pesan yang disampaikan atau penyampaian pesan tersebut. Maksudnya kemasan pesan dapat dibuat menarik dengan pilihan kata yang tepat ataupun bila membutuhkan alat peraga hendaknya alat peraga itu benar-benar dapat menarik. Sedangkan penyampai pesan hendaknya juga dapat membaca situasi dimana akan terjadinya komunikasi yang dimaksud dengan harapan bisa menggunakan cara apa yang lebih tepat dalam penyampaian komunikasi tersebut, apakah harus dengan serius atau dengan guyon, apakah harus disampaikan sendiri atau harus minta tolong orang lain.

e. Perbedaan Kondisi Emosional, pada suatu saat emosi dapat berubah, misalnya ada tekanan, yang terjadi orang menjadi cenderungtakut dan bila ini terjadi maka presepsi atas pesan itu akan bisa lain karena orang akan takut melakukan ataupun melangkah, perasaan menjadi tidak nyaman untuk bekerja begitu pula


(26)

bila penyampai pesan menyampaikan pesan dengan marah-marah maka pesan itu menjadi tidak jelas.

f. Perbedaan Latar Belakang Pendidikan, untuk perbedaan ini hampir disetiap perusahaan atau organisasi terjadi, seorang yang berpendidikan baik dan mempunyai pengalaman yang baik biasanya akan lebih mudah diajak berkomunikasi dan pada akhirnya bila mudah untuk diajak berkomunikasi maka ia akan dapat mengerjakan pekerjaan yang lebih banyak.

g. Perbedaan Sosial Budaya, perbedaan ini akan lebih banyak bila perusahaan atau lembaga ini anggotanya terdiri dari berbagai lingkungan masyarakat yang majemuk misalnya, dari berbagai jenis suku bangsa atau bahkan berasal dari kewarganegaraan yang berbeda-beda. Setiap lingkungan sosial budaya mempunyai aturan dan kesepakatan yang berbeda-beda. Ketidak terus terangan ini akan menyulitkan pihak lain yang bukan berasal dari lingkungan yang sama untuk memaknai pesan yang disampaikan sehingga komunikasi akan mengalami hambatan dan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

h. Organ tubuh yang mengalami kerusakan, maksud dari pernyataan ini lebih kelihatan dalam konteks dalam panca indra. Bila yang mengajak berkomunikasi mempunya organ panca indra yang lengkap dan baik sementara yang diajak berkomunikasi organ panca indranya kurang lengkap dan tidak baik atau sebaliknya maka komunikasi itu juga akan mengalami banyak hambatan dan pesan tidak akan tersampai dengan baik.

2. Hambatan Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi yaitu komunikasi yang terjadi dalam lingkungan organisasi.


(27)

Hal-hal yang menyebabkan komunikasi dalam organisasi tidak efektif:

a. Kelebihan informasi yang disampaikan, sebaiknya dalam menyampaikan informasi di tata dengan baik dan bila menghendaki lebih dari satu informasi dapat menggunakan poin-poin atau dibuat bernomor karena dengan dibuatnya seperti ini akan memudahkan dalam mengingatkan. Dan tidak semua informasi harus disampaikan, kita dapat memilih mana yang harus disampaikan dan mana yang tidak mesti disampaikan.

b. Tingkat kerumitan pesan, penataan atau sistematisasi pesan dan dibuat supaya mudah dipahami. Dan sebaiknya pesan dibuat sederhana formatnya. Untuk pesan yang berupa proses sebaiknya ditulis urutannya dari awal sampai akhir atau dari yang utama sampai kepada kurang utama.

c. Perbedaan status, adanya hal ini akan seringkali mengakibatkan terhambatnya komunikasi maka sebaiknya kita selalau dapat membawakan, “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” yang berarti bahwa jika disuatu lingkungan orang tua maka akan kita hendaknya menyesuaikan kebiasaan orang-orang tua disitu atau jika sedang berbica dengan karyawan yang bergolongan lebih rendah hendaknya kita juga merendah. Dengan cara ini orang-orang yang kita ajak berkomunikasi akan hormat dan menghargai kita.

d. Kurang kepercayaan, dalam hal ini bila si penyampai informasi tidak dapat percaya maka informasi itu tidak akan tersampai dengan semestinya. Misalnya bisa seorang bawahan menyampaikan pesan perusahaan yang sangat penting yang sebenarnya hak menyampaikan pesan itu adalah pimpinan sendiri maka orang cenderung tidak percaya kepada si penyampai pesan itu.


(28)

e. Kesalahan pemilihan media, hal ini bisa terjadi bila kita tidak tahu pesan itu harus dikirimkan kemana dan kepada siapa. Jika kita masih ragu-ragu terhadap pesan itu sendiri sebaiknya pesan itu tidak perlu dikirimkan terlebih dahulu, menunggu sampai ada kejelasannya. Maksud dari pemilihan media ini sebenarnya adalah mempercepat proses komunikasi.

f. Iklim komunikasi tertutup, bila keadaan perusahaan atau organisasi membuat sistem komunikasi yang tertutup maka pelaku komunikasi akan banyak mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Baik komunikan maupun komunikator tidak bisa menerima informasi dengan semestinya, ada hal-hal yang disembunyikan sehingga informasi yang disampaikan tidak akurat lagi, disamping itu kelancaran komunikasi tidak seperti yang diharapkan. Hal ini sangat fatal bila interpretasi atas informasi itu sangat berbeda atau bahkan berlawanan.

g. Halangan yang bersifat fisik, untuk hal ini sebaiknya sudah di antisipasi terlebih dahulu pada saat penerimaan pegawai, jika hendak menerima pegawai yang mempunyai kekurangan fisik sebaiknya sudah ada solusi terlebih dahulu dalam hal komunikasi diantara mereka, dengan demikian proses komunikasi tidak terhambat.

h. Ruang, dalam suatu organisasi atau perusahaan yang besar dimungkinkan mempunyai ruang yang banyak dan berjauhan antar satu ruang dengan ruang yang lainnya maka supaya diantisipasi sistem komunikasi yang efektif supaya diantar karyawannya yang diharapkan saling berkaitan pekerjaannya supaya ada alat komunikasi atau sitem komunikasi yang efektif, misalnya disediakan pengeras suara, interkom, handy talky (HT), telephone. Dengan sistem


(29)

komunikasi yang lain supaya saling ketemu langsung bisa dilakukan dengan cara misalnya, makan siang bersama disuatu ruangan, apel pagi bersama, apel siang bersama.

Semua hambatan diatas baik hambatan komunikasi antar pribadi maupun organisasi dapat diminimalkan dengan syarat setiap pelaku komunikasi menyadari bahwa komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan mereka, jadi semua pelaku komunikasi akan mendapatkan manfaat dan keuntungan dari adanya komunikasi yang berlangsung.

G. Pola Komunikasi

Menurut Purwanto (2006 : 39-46) semua perusahaan harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuannya. Namun dalam penyampaian informasi kepada seluruh pegawai merupakan suatu pekerjaan yang sangat rumit. Secara umum pola komunikasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

1. Saluran Komunikasi Formal

Dalam struktur organisasi garis, fungsional, naupun matriks, akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari manajer kepada bahawan ataupun dari manajer karyawan, pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah (top down atau downward communications), komunikasi dari bawah ke atas ( bottom-up atau bottom-upward communications), komunikasi horizontal (horizontal communications), dan komunikasi diagonal (diagonal communications).


(30)

Saluran komunikasi formal adalah komunikasi yang melalui jalan resmi organisasi. Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya. Aturan-aturan yang stabil, jalur pengirim yang terencana, adanya sanksi yang jelas merupakan gambaran dari saluran komunikasi formal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yaitu:

a. Komunikasi dari Atas ke Bawah (top down atau downward communications) Secara sederhana, transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawah. Aliran komunikasi dari manajer ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah.

Jalur komunikasi yang berasal dari atas (manajer) ke bawah (karyawan) merupakan penyampaian pesan yang dapat berbentuk perintah, instruktur, maupun prosedur untuk dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, perlu diperhatikan penggunaan bahasa yang sama, sederhana, tidak bertele-tele, dan mudah dipahami dalam penyampaian pesan.

Komunikasi dari atas ke bawah tersebut dapat berbentuk lisan (oral communications) maupun tertulis (written communications). Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor dengan karyawan, atau dapat juga dalam bentuk pertemuan/diskusi kelompok. Di samping itu, komunikasi tertulis juga dapat berbentuk memo, manual pelatihan,kotak informasi, surat tugas, surat perintah, surat keputusan, surat pemberhentian atau


(31)

pemecatan, papan pengumuman, dan buku petunjuk pelaksanaan tugas bagi karyawan. Komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok yaitu:

1. Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu.

2. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan. 3. Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional. 4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan.

5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

Salah satu kelemaahan saluran komunikasi dari atas ke bawah ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan ataupun sensor informasi penting yang ditunjukkan ke para bawahannya. Dengan kata lain, pesan yang di terima para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya. Ketidaklengkapan pesan yang diterima disebabkan oleh saluran komunikasi yang cukup panjang mulai dari manajer puncak hingga ke karyawannya. Oleh karena itu, dalam penyampaian pesan, perlu diperhatikan panjangnya saluran komunikasi yang digunakan dan kompleksitas pesan yang ingin disampaikan kepada para karyawannya.


(32)

Sumber : Purwanto (2006 : 40)

Gambar 3.3 : Komunikasi dari atas ke bawah

b. Komunikasi dari Bawah ke Atas (bottom-up atau upward communications) Dalam struktur organisasi, berarti alur pesam yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang lebih tinggi, yaitu kebagian pabrik, ke manajer produksi, dan kahirnya ke manajer umum.

Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan secara tepat, sudah sepantasnya bila manajer memperhatikan aspirasi yang berasal dari bawah. Keterlibatan karyawan (bawahan) dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu cara yang positif dalam upaya membantu pencapaian tujuan organisasi.

Manajer Umum Manajer Keuangan Manajer Produksi Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Bagian Promosi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Bagian Akuntansi Bagian Keuangan Karyawan


(33)

Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer harus percaya penuh kepada para bawahannya. Kalau tidak, informasi apa pun dari bawahannya tidak akan bermanfaat karena yang muncul hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut. Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas adalah kemungkinan bawahan hanya menyampaikan informasi (laporan) yang baik-baik saja. Sedangkan informasi yang mempunyai kesan negatif atau tidak disenangi oleh pimpinan cenderung disimpan dan tidak disampaikan. Hal ini terjadi karena para bawahan beranggapan bahwa dengan hanya melaporkan hal yang baik-baik saja, dapat menjaga atau menyelamatkan posisinya, serta mendapatkan rasa aman dalam suatu organisasi tersebut.

Sumber : Purwanto (2006 : 42)

Gambar 3.4 : Komunikasi dari bawah ke atas

Manajer Umum Manajer Keuangan Manajer Produksi Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Bagian Promosi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Bagian Akuntansi Bagian Keuangan Karyawan


(34)

c. Komunikasi Horizontal (horizontal communitaions)

Komunikasi horizontal (horizontal communications) atau komunikasi lateral (lateral communications) adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar.

Terdapat kecenderungan bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya manajer suka melakukan tukar-menukar informasi dengan rekan kerjanya di departemen atau divisi yang berbeda, terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam suatu organisasi perusahaan. Komunikasi horizontal bersifat koordinatif diantara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun di antara beberapa departemen. Komunikasi horizontal memiliki tiga katagori yaitu :

1. Penyelesaian masalah intradepartemental, pesan ini terjadi diantara para anggota yang sama dan berkenan dengan penyelesaian tugas.

2. Koordinasi intraepartemental, pesan-pesan ini memudahkan penyelesaian berbagai proyek atau tugas-tugas bersama.

3. Mengubah inisiatif dan perkembangan, pesan ini membagikan informasi diantara berbagai tim yang dapat membantu perusahaan tumbuh dan berkembang.


(35)

Sumber : Purwanto (2006 : 43) Gambar 3.5 : Komunikasi horizontal

d. Komunikasi Diagonal (diagonal communications)

Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda, misalnya komunikasi formal antara manajer pemasaran dengan bagian kantor, antara manajer produksi dengan bagian promosi, antara manajer produksi dengan bagian akuntansi, dan antara manajer keuangan dengan bagian penelitian. Bentuk komunikasi diagonal memang menyimpang dari bentuk-bentuk komunikasi tradisional yang ada, seperti komunikasi dari bawah ke atas dan komunikasi dari atas ke bawah. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa, baik komunikasi lateral maupun komunikasi diagonal, lebih banyak diterapkan dalam suatu organisasi berskala besar manakala terdapat saling ketergantungan (interdependence) antarbagian atau antardepartemen yang ada

Manajer Umum Manajer Keuangan Manajer Produksi Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Bagian Promosi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Bagian Akuntansi Bagian Keuangan Karyawan


(36)

dalam organisasi tersebut. Brntuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah :

1. Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi terdisional

2. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.

Namun komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan, salah satu kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar juga sulit untuk dikendalikan secara efektif.

Sumber : Purwanto (2006 : 43) Gambar 3.6 : Komunikasi diagonal

Manajer Umum

Manajer Keuangan Manajer

Produksi Manajer

Pemasaran

Bagian Penjualan

Bagian Promosi

Bagian Pabrik

Bagian Penelitian

Bagian Akuntansi

Bagian Keuangan


(37)

e. Keterbatasan Komunikasi Formal

Meskipun sangat penting bagi organisasi besar, namun dampak saluran komunikasi formal kurang kurang menguntungkan dari sudut pandang individual maupun perusahaan. Dilihat dari sudut pandang individual (perseorangan), komunikasi formal sering membuat frustasi atau menjengkelkan bagi pihak tertentu, khususnya mengenai keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi yang besar, untuk dapat berkomunikasi dengan manajer puncak harus terlebih dahulu melalui lapisan manajer yang ada di bawahannya. Artinya banyak jalur yang harus dilalui untuk dapat berkomunikasi secara langsung dengan manajer puncak.

Oleh karena itu, apabila seseorang mempunyai ide atau gagasan yang jitu bagi pengembangan suatu organisasi, ia hrus menyampaikannya pada manajer tingkat bawah (seperti supervisor) terlebih dahulu sebelum dapat disampaikan ke manajer puncak. Namun, kerena supervisor/manajer tingkat bawah berhak untuk tidak setuju dan menolak menyampaikan ide tersebut, para bawahan cenderung berusaha untuk menyampaikan langsung ke manajer puncak dengan resiko kariernya dalam organisasi terancam.

Kemudian, bagaimana jika dipandang dari sudut pandang perusahaan, dari sudut pandang perusahaan, masalah terbesar dengan saluran komunikasi formal adalah kemungkinan munculnya distoris atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.

Setiap pesan yang mengalir dari atas maupun bawah memungkinkan adanya perubahan terhadap pesan aslinya. Sebagai akibatnya, bawahan mungkin


(38)

menerima suatu informasi yang kabur dari atasannya, begitu pula para atasan (manajer puncak) akan memproleh suatu gambaran yang tidak lengkap atau kurang pas terhadap apa yang sebenarnya terjadi di tingkat bawah.

Cara mengatasi hal tersebut adalah dengan mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam struktur organisasi. Semakin sedikit kaitan dalam jalur komunikasi, semakin sedikit kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi yang mendatar (flat) dengan tingkatan organisasi yang lebih sedikit, dan lebih banyak rentang kendalinya (span of control) akan dapat membantu mengurangi terjadinya distori.

Sumber : Purwanto (2006 : 45)

Gambar 3.7 : Struktur organisasi mendatar

2. Saluran Komunikasi Informal

Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dala suatu organisasi, tanpa memedulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Komunikasi informal cenderung luwes/fleksibel dan tidak ketat, sebagai mana komunikasi yang terjadi di saat-saat istirahat kerja kantor. Adapun hal-hal yang mereka perbincangkan biasanya bersifat umum,

Manajer

Supervisor Supervisor

Supervisor


(39)

seperti mengobrol tentang humor, keluarga, anak-anak dunia olahraga, musik dan kadang kala mereka juga membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja yang ada dalam perusahaan.

Sumber : Purwanto (2006 : 45)

Tabel 3.8 : Jaringan komunikasi informal

H. Cara Mengelola Komunikasi

Menurut Herimanto (2005 : 30-33) seperti dikatakan bahwa informasi memegang peran yang sangat penting maka pelaku bisnis diminta untuk memperhatikan cara pengelolahan komunikasi, adapun cara pengelolahan itu perlu memperhatikan dua hal yaitu :

Manajer Umum

Manajer Keuangan Manajer

Produksi Manajer

Pemasaran

Bagian Penjualan

Bagian Promosi

Bagian Pabrik

Bagian Penelitian

Bagian Akuntansi

Bagian Keuangan


(40)

1. Penanganan Pesan-pesan Rutin

Semua perusahaan memutuskan perhatiannya pada bagaimana memaksimalkan manfaat dari kegiatan komunikasi dengan biaya tertentu. Untuk dapat memaksimalkan manfaat dan meminimkan biaya, perusahaan perlu memperhatikan berbagai hal yaitu :

a. Mengurangi Jumlah Pesan

Dalam hal ini pesan sebaiknya jangan terlalu banyak jumlahnya supaya si penerima pesan tidak terjadi kebingungan terhadap pesan-pesan yang diberikan karena bisa saja si penerima pesan akan menginterpresikan pesan yang berbeda dengan kita, kita menganggap pesan tertentu lebih penting sementara si penerima pesan menganggap yang kita maksud tidak terlalu penting.

b. Instruksi yang Jelas

Maksudnya dalam pemberian pesan tidak perlu dijelskan dengan kalimat-kalimat yang terlalu panjang dalam arti singkat, padat, bahasanya lugas namun tidak mengabaikan esensi dari pesan instruksi itu sendiri.

c. Mendelegasikan Tanggung Jawab

Dalam hal ini kita tidak mungkin untuk menangani sendiri semua pekerjaan dalam organisasi kita secara sendirian. Kita butuh kepanjangan tangan untuk mencapai suatu tujuan organisasi dan perlu diingat meski kita tahu segalanya namun keahlian seseorang mungkin akan melebihi kita, untuk itu kita bisa mempercayakan pekerjaan tertentu pada orang tertentu. Sebaiknya dalam pendelegasian tanggung jawab ini kita carikan orang yang tepat.


(41)

d. Melatih Petugas

Hal ini masih ada kaitannya dengan poin diatas yaitu bahwa untuk memenuhi kriteria orang yang sesuai kita perlu melatih mereka baik melalui pendidikan formal, nonformal maupun pelatihan-pelatihan yang dapat memperluas wawasan sehingga dapat mendukung pekerjaan di dalam organisasi kita.

2. Penangan Krisis Komunikasi

Dalam proses komunikasi di suatu perusahaan atau organisasi terkadang terjadi krisis komunikasi, maksudnya bahwa ada suatu keadaan dimana pihak internal mengalami gangguan komunikasi, dalam hal ini bisa saja dalam bentuk fitnah atau dalam bentuk lain yang pada akhirnya bila tidak segera ditangani akan mengganggu citra atau nama baik perusahaan atau organisasi tersebut. Dibutuhkan kehati-hatian, kesabaran dan kebijaksanaan dalam menangani krisis komunikasi karena bisa saja kita salah mengambil keputusan maka yang terjadi adalah kekacauan perusahaan atau organisasi dan akan berdampak pada banyak orang. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam penanganan krisis komunikasi : a. Siapkan tim yang terampil/cekatan dalam menangani krisis, tim ini bisa

mencari fakta-fakta yang menyebabkan krisis komunikasi sebaik mungkin, jangan sampai memperkeruh suasana. Jadi kita mencari fakta-fakta tersebut jangan sampai menyingung, menekan ataupun yang lebih parah mengancam seseorang maupun kelompok yang dianggap membuat pemasalahan tersebut. b. Usahakan pimpinan segera bertindak pada saat krisis terjadi, hal ini diperlukan

dimana keadaan benar-benar tidak dapat diatasi oleh tim tadi. Terkadang situasi yang tidak menentu membuat chaos dalam perusahaan atau organisasi


(42)

maka ketegasan dan kewibawaan seorang pimpinan sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan ataupun mengatasi keadaan tersebut.

c. Ciptakan sebuah pusat informasi sebagai representasi perusahaan yang dilengkapi dengan berbagai peralatan elektronik komunikasi. Keadaan yang serba tidak pasti bisa terjadi karena informasi yang diterima oleh pihak-pihak tertentu tidak akurat maka perusahaan atau organisasi perlu membentuk pusat informasi yang bisa di percaya tanpa harus berpihak pada suatu kelompok tertentukarena hal itu akan memperparah keadaan.

d. Ceritakan suatu kejadian secara menyeluruh, terbuka, dan jujur. Jika memang ada yang salah segera minta maaf. Sikap ini nampaknya sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan karena jika tidak ada hal-hal di atas maka krisis itu akan berkepanjangan dan berakibat pada kehancuran.

e. Tunjukkan keseriusan perusahaan, bukan saja melalui pernyataan tetapi juga melalui tindakan nyata. Banyak kasus dalam penyelesaiannya hanya di beri janji-janji tanpa ada realisasi, ada juga kecenderungan penyelesaian masalah di ulur-ulur dengan harapan mereka akan lupa dengan masalah yang terjadi, jika hal ini terjadi berulang-ulang maka yang akan terjadi seperti gunung es dilautan dimana nampaknya tidak ada masalah namun kenyataannya ada masalah yang sangat berat dan sewaktu-waktu dapat meletus.

I. Meningkatkan Keterampilan Komunikasi

Menurut Purwanto (2006 : 49) komunikasi merupakan suatu keterkaitan antara individu-individu dengan organisasi. Bila memahami dinamika komunikasi, kita akan dapat membaca secara akurat apa yang sedang terjadi


(43)

dalam suatu organisasi. Pada saat yang sama, kita dapat menyesuaikan pesan-pesan sendiri, dengan menggunakan jaringan komunikasi untuk mendapatkan manfaat yang terbaik. Keterampilan komunikasi, kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berbicara adalah sangat penting dan diutamakan oleh para manajer suatu perusahaan. Keterampilan dalam berkomunikasi akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam dunia bisnis. Kita memerlukan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien. Namun demikian, beberapa jenis pekerjaan memerlukan keterampilan komunikasi yang lebih besar daripada yang lain. Menurut Supratiknya (2008 : 10-13) beberapa keterampilan khusus yang diperlukan dalam komunikasi adalah :

a. Obsevasi

Jika memiliki keterampilan komunikasi yang kurang dan tidak bisa mendapatkan kata yang tepat untuk diucapkan, baik itu di tempat kerja atau bahkan berkaitan dengan hubungan peibadi, maka harus selalu mengamati orang-orang yang berkomunikasi secara efektif. Lihat dan amati orang-orang-orang-orang di sekitar kita yang melakukan percakapan secara mudah dan efektif. Ini akan memberikan kita wawasan dan pemahaman yang bisa membuka cara-cara baru dan cara yang lebih baik untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain.

b. Mendengarkan

Komunikasi bukan hanya tentang berbicara secara efektif dan dengan cara yang mengesankan. Tidak ada yang suka berbicara dengan orang yang berbicara terus-menerus tanpa pernah mendengarkan orang lain. Ingat, kita juga harus menjadi pendengar yang baik. Ini adalah salah satu faktor yang sering diabaikanoleh kebanyakan orang. Hal ini penting untuk menjadi pendengar yang


(44)

baik untuk memahami apa yang orang lain katakan dan menanggapi dengan sesuai.

c. Berpikir Sebelum Bicara

Usahakan berpikir dua kali sebelum kita berbicara, ketika berbicara dengan seseorang ingatlah bahwa kita perlu waktu untuk berpikir sebelum kita bereaksi terhadap apa yang harus dikatakan. Reaksi impulsif sering membawa kata-kata yang salah, atau tidak menyampaikan apa yang benar-benar berarti. Ini adalah cara menigkatkan keterampilan komunikasi dalam memproses semua informasi sebelum kita menjawab.

d. Berpikir Jernih

Pikirkan tentang poin positif sebelum memulai percakapan, ini akan membantu kita mengatasi kekuatan, terutama jika kita akan memberikan pidato di hadapan orang banyak (penonton) yang sangat banyak, menjadi percaya diri adalah elemen kunci untuk komuikasi yang efektif.

e. Humor

Memiliki rasa humor membantu untuk membuat hal yang menyenangkan, satu hal penting yang perlu diingat, jangat melukai perasaan orang lain dan jangan mencoba untuk menjadi terlalu lucu. Sebagai komunikator yang baik, kita harus tahu di mana untuk memasukkan humor dan tidak.

f. Membaca

Seseorang yang suka membaca memiliki pengatahuan tentang berbagai topik dan tidak merasa ketinggalan ketika membahas suatu hal dengan orang lain. Membaca membuat kita menjadi seorang individu yang cerdas dengan kaya


(45)

kosakata, dan juga meningkatkan kepercayaan diri saat berbicara dengan orang lain.

g. Tidak Selalu Merasa Benar

Hindari berpikir bahwa apa yang kita katakan adalah selalu benar, hal ini dapat menciptakan sebuah penghalang dalam percakapan apa pun. Komunikator yang efektif membuat titik untuk mendengarkan sudut pandang orang lain sebelum berbicara.

h. Kesopanan

Mengelolah cara-cara dalam membingkai kalimat agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Cara yang sopan dalam bercakap-cakap dapat membantu kita mendapatkan rasa hormat dari orang lain dan mengesankan mereka juga.

i. Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh merupakan faktor penting dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pertahanan kontak mata saat kita berbicara duduk, berdiri dalam posisi tegak, menjabat tangan, tidak memberikan sinyal yang salah dengan menyilangkan lengan dan kaki, hindari gelisah berlebihan. Selalu ingat bahwa gerakan kita mengatakan tentang kepribadian kita. Dengan demikian, kita dapat melihat seberapa efektif keterampilan dalam berkomunikasi membantu seseorang untuk berhubungan dengan orang lain dan juga untuk membangun hubungan yang sukses serta meningkatkan produktivitas di tempat kerja.

J. Penerapan Komunikasi yang Efektif

Menurut Ludlow (2000 : 16-18) konteks dari komunikasi yang efektif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi yang efektif untuk komunikasi


(46)

personal atau perseorangan serta komunikasi yang efektif untuk komunikasi massa. Pada komunikasi personal atau komunikasi perseorangan, suatu komunikasi di katakan efektif apabila komunikan mampu memahami pesan yang dikirimkan oleh komunikator. Pemahaman pesan terlepas dari setuju atau tidaknya komunikan dengan isi pesan yang di komunikasikan. Sedangan pada komunikasi massa, suatu komunikasi dikatakan efektif apabila mampu menjangkau komunikan dalam jumlah yang besar atau dengan kata lain pesan yang di kirim komunikator dapat di terima oleh banyak orang.

Baik komunikasi personal maupun komunikasi massa keduanya terkandung komponen komunikasi yang secara sederhana dapat meliputi komunikator (sumber, sender), pesan, saluran, komunikan (penerima, reciever), dan efek (umpan balik). Untuk melihat komunikasi itu dapat di katakan efektif ataupun tidak tentu tidak akan bisa terlepas dari ke lima komponen tersebut. Dan masing-masing komponen tersebut akan merupakan faktor yang sangat berpengaruhi terhadap keefektifan dari komunikasi :

1. Komunikator

Untuk melaksanakan komunikasi efektif terdapat dua faktor penting dari komunikator, yaitu kredibilitas komunikator dan daya tarik komunikator. Kredibilitas seseorang akan menentukan tersampainya pesan dalam komunikasi, misalnya seorang atasan yang baik akan dengan mudah menyampaikan pesan yang berisi tentang perintah untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang berkenan dengan lembaga atau perusahaan dimana mereka bekerja. Demikian juga orang yang memiliki kharisma akan dengan mudah menyampaikan pesannya dan akan


(47)

mudah mempengaruhi orang-orang yang diajak komunikasi dan yang ada di seekelilingnya.

2. Pesan

Pesan merupakan materi atau bentuk fisik dari ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan. Dari pesan yang dikirimkan ini seorang komunikator menghendaki bagaimana reaksi dari komunikan dan apa umpan baliknya. Seperti sudah dikatakan di atas bahwa kemasan pesan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

3. Saluran

Yang dimaksud dengan saluran adalah sarana tempat berlalunya pesan dari pengirim dengan si penerima. Saluran tersebut adalah pendengaran untuk berlalunya pesan yang berupa suara, penglihatan untuk berlalunya pesan yang berupa sinar, penciuman untuk berlalunya pesan yang berupa bau-bauan, rabaan untuk pesan yang berupa rangsangan rabaan, dan sebagainya.

4. Komunikan

Komunikan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Komunikan sebagai mahluk sosial, maka komunikan akan bersosialisasi dengan lingkungannya, dengan demikian ia akan menerima pengaruh dari lingkungan dan sekaligus memberi pengaruh kepada lingkungan. Dengan demikian komunikator harus memperhatikan faktor ini, jangan sampai komunikan dianggap sebagai mahluk yang tidak bersosialisasi, sehingga ia tidak terpengaruh dan mempengaruhi manusia lainnya.


(48)

5. Efek (umpan balik)

Dampak atau akibat dari pesan yang diperkirakan akan terjadi dan akan menmbulkan efek atau pengaruh tertentu (opini, peresepsi, dan citra) dari komunikan.

Unsur-unsur komunikasi tersebut saling berkaitan karena sebagai komunikator dapat menyampaikan berita (dapat berupa perintah, saran, usul dan sebagainya) melalui media atau sarana kepada komunikan harus jelas sehingga terjadi umpan balikatau respon dari komunikan. Komunikasi dikatakan berhasil bila tefsiran komunikan (penerima) tersebut dapat menerima maksud si komunikator (pengirim). Bila tidak sesuai maka disebut salah komunikasi.

Menurut Bovee dan Thill dalam Purwanto (2006 : 11) ada enam proses komunikasi yang efektif yaitu:

a. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan b. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan c. Pengirim menyampaikan pesan

d. Penerima menerima pesan e. Penerima menafsirkan pesan

f. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim. Dari uraian di atas dapat digambarkan bagaimana proses terjadinya komunikasi baik itu secara perorangan maupun massa.


(49)

Sumber : Purwanto (2006 : 12)

Tabel 3.9 : Proses komunikasi yang efektif

Tahap Pertama : Pengirim Mempunyai Suatu Ide/Gagasan

Menurut Wirasasmita (2005 : 14) Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas di hadapan kita. Dunia ini penuh dengan berbagai macam informasi baik yang dapat dilihat, didengar, dibaui, dikecap, maupun diraba. Ide-ide yang ada di dalam benak kita disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada dalam jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi kita terhadap kenyataan. Setiap orang akan memiliki peta mental yang berbeda karena kita memandang dunia dan menyerap berbagai pengalaman dengan suatu cara yang unik dan bersifat individual. Karena persepsi adalah hal

Tahap 1 Pengirim mempunyai gagasan

Tahap 2 Pengirim mengubah

ide menjadi pesan

Tahap 3 Pengirim mengirimpesan

Tahap 6 Penerima mengirim ide pesan

Tahap 5 Penerima menafsirkan pesan Tahap 4 Penerima menerimapesan SALURAN dan MEDIA


(50)

pemikiran orang lain. Seorang komunikator yang baik, harus dapat menyaring hal-hal yang tidak penting atau tidak relevan dan memusatkan perhatian pada hal-hal-hal-hal yang memang penting dan relevan. Dalam dunia komunikasi, proses tersebut dikenal sebagai abstraksi (abstraction).

Tahap Kedua : Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan

Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Proses komunikasi dimulai dengan adanya ide dalam pikiran, yang lalu diubah ke dalam bentuk pesan-pesan seperti dalam bentuk kata-kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk kemudian disampaikan kepada orang lain. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya. Untuk menyatakan sikap menolak, seseorang terlebih dahulu harus menggunakan kalimat-kalimat pembuka yang bersifat netral, baru kemudian menyatakan sikap penolakan.

Tahap Ketiga : Pengirim Menyampaikan Pesan

Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup panjang. Panjang pendeknya saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyampaikan pesan-pesan yang panjang dan kompleks secara lisan, pesan-pesan-pesan-pesan tersebut bisa jadi terdistorsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya. Di samping itu, dalam


(51)

menyampaikan suatu pesan, berbagai media komunikasi, media tulisan maupun lisan dapat digunakan. Oleh karena itu perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaikan.

Tahap Keempat : Penerima Menerima Pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim (komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirimkan sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya, jika seseorang menyampaikan pidato di hadapan umum, para pendengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami pasan-pesan yang disampaikan.

Tahap Kelima : Penerima Menafsirkan Pesan

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan.

Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim

Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi


(52)

sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikap murung, cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis. Misalnya seorang karyawan perusahaan menerima surat dari pimpinannya. Sesaat kemudian surat tersebut dibacanya, apabila ekspresi wajahnya tampak murung, dapat diduga bahwa ia menerima berita yang kurang menyenangkan bagi dirinya. Sebaliknya, jika setelah membaca surat dari pimpinannya ia tampak berseri-seri, dapat diduga bahwa ia menerima berita yang menyenangkan dari pimpinannya tersebut. Bentuk ekspresi wajah tersebut adalah contoh adanya umpan balik dalam berkomunikasi. Disamping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.


(53)

A. Kesimpulan

Komunikasi yang dilakukan pada Subbag Umum Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara mempunyai suatu peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja para pegawai. Hal itu dapat terlihat dari komunikasi berperan sebagai suatu proses penghantaran informasi antar sesama pegawai. Ketika komunikasi sudah terjadi dari situlah pegawai dapat melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemenuh atas apa yang menjadi tanggung jawab setiap pegawai menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kinerja setiap pegawai.

Peranan komunikasi yang efektif juga dapat dilihat dari hasil kerja yang dilakukan oleh setiap pegawai dengan terjalinnya komunikasi yang efektif para pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat tanpa adanya kendala-kendala yang mengganggu proses pengerjaan setiap tugasnya. Komunikasi yang dilakukan juga dapat menimbulkan rasa kepercayaan antara pegawai sehingga dapat menjaga hubungan yang relatif panjang dan berkesinambungan.


(54)

B. Saran

Komunikasi yang terjalin antara sesama pegawai pada Subbag Umum Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara sudah sangat bagus dan mampu memberikan informasi yang tepat, dalam berkomunikasi hendaknya pegawai juga perlu memperhatikan intonasi dan kecepatan dalam berbicara. Terkadang karena pegawai mampu menguasai pekerjaan yang akan diberikan sehingga dalam menjelaskan pekerjaan tersebut kepada pegawai lain cenderung terlalu cepat dan kurang jelas. Hal ini mengakibatkan pegawai kurang mendapatkan informasi terhadap pekerjaan yang diberikan tersebut, hal ini menjadikan munculnya hambatan dalam berkomunikasi. Diharapkan pegawai mampu berkomunikasi yang efektif antar sesama pegawai serta tetap selalu memperhatikan intonasi dan kecepatan perlu diperhatikan agar ketepatan dalam informasi efektif.

Dalam meningkatkan komunikasi yang efektif antar sesama pegawai hendaknya pimpinan agar terus memberikan perhatian penuh dan menyesuaikan segala kebutuhan pegawai sehingga dapat mengurangi keluhan-keluhan dalam melaksanakan tugas yang akan muncul dikemudian hari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara tetap melaksanakan hubungan baik terhadap para pegawai dengan menanyakan kendala-kendala yang bisa dibantu oleh pimpinan sehingga dapat diatasi bersama-sama agar organisasi mencapai tujuannya.

Dilihat dari segi cara berkomunikasi penulis dapat menilai bahwa setiap pegawai berusaha menerapkan komunikasi yang efektif agar terlaksananya tugas-tugas yang sudah diberikan sesuai dengan perintah yang diberikan. Tanggung jawab yang diberikan, dilaksanakan dengan baik demi mencapai tujuan organisasi.


(55)

Para pegawai memberikan efek umpan balik yang sangat baik terhadap perintah yang diberikan dan menunjukkan bahwa komunikasi yang terjalin sudah sangat efektif.

Penulis melihat kadangkala terjadi kendala-kendala komunikasi di Subbag Umum Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara masih dalam taraf wajar, misalnya terkadang pegawai mempunyai masalah dalam melaksanakan tugasnya sehingga hal tersebut dapat mengurangi rasa percaya diri pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Maka dari itu, sesama pegawai berupaya berkomunikasi dengan baik dan efektif agar saling memberi motivasi antar sesama pegawai

Dapat dilihat pula, terjalinnya rasa keterbukaan antar sesama pegawai artinya, para pegawai saling menumbuhkan rasa kekeluargaan untuk memberikan keleluasaan dalam berkomunikasi yang efektif, serta membuat para pegawai tidak sungkan memberikan kritik dan saran antar sesama pegawai. Hal ini juga dapat memperbaiki kesalahan dan meningkatkan hubungan antar pegawai.


(56)

A. Sejarah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Pada saat berdirinya Kementrian Agama tahun 1946, Sumatera masih merupakan satu Provinsi Gubernur waktu itu adalah Mr.Tengku Moch.Hasan, berasal dari Aceh. Jawatan Agama Sumatera oleh Pemerintah dipercayakan kepada H.Muchtar Yahya, kedudukannya masih berada di bawah Gubernur. Pada tahun 1946 Sumatera dibagi menjdi 3 Provinsi, yakni Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan. H.Muchtar Yahya ditunjuk menjadi koordinator Jawatan-jawatan agama tersebut, bertempat di Bukit Tinggi. Kepala-Kepala Jawatan Agama di ketiga wilayah Sumatera waktu itu, Tengku Moch.Daud Beureuh untuk Provinsi Sumatera Utara, Nazaruddin Thoha pada daerah Sumatera Tengah dan K.Azhari untuk daerah Sumatera Selatan. Mereka diangkat oleh Gubernur Sumatera Utara yang mewakili Presiden guna mengurus Pemerintahan di wilayahnya. Sesudah kantor-kantor Jawatan Agama Provinsi Sumatera ada hubungan dengan Kementrian Agama, yang berkedudukan di Yogyakarta, H.Muchtar Yahya dipindahkan ke pusat bertindak sebagai Kepala Urusan Keagamaan Wilayah Sumatera.

Sementara itu pada tahun 1953, Provinsi Sumatera Utara merupakan gabungan dari daerah Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli berkedudukan di Kotaraja (Banda Aceh). Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh Tengku Abdul Wahab Silimeun, sedang koordinator untuk Keresidenan Sumatera Utara H.M. Bustami Ibrahim. Pada tahun 1956 struktur Pemerintahan berubah


(57)

lagi, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, sebagai gabungan dari Keresidenan Sumatera Timur dan Tapanuli berkedudukan di Medan dan Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa Aceh berkedudukan di Kotaraja (Banda Aceh). Untuk memimpin Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara ditunjuk K.H.Muslich dan Pimpinan Jawatan Agama daerah istimewa Aceh tetap ditangan Tengku Wahab Silimeun. Sejak saat itulah Jawatan Agama kedua Provinsi tersebut berdiri sendiri-sendiri dan untuk perkembangan selanjutnya diatur berdasarkan peraturan-peratuaran yang ditetapkan Kementerian Pusat. Sejak Provinsi Sumatera Utara berdiri sendiri, pernah menjabat Kepala (dengan beberapa kali mengalami perubahan struktur) adalah :

1. K.H. MUSLICH

2. H. MISKUDDIN A. HAMID 3. H.M. ARSYAD THALIB LUBIS 4. PROF.DR. T.H. YAFIZHAM, SH 5. DR.H.A. DJALIL MUHAMMAD 6. DRS.H.A. GANI

7. DRS.H.M. ADNAN HARAHAP 8. DRS.H.A. BIDAWI ZUBIR 9. DRS. NURDIN NASUTION 10. PROF.DR.H. MOHD. HATTA

11. DRS.H.Z. ARIFIN NURDIN,SH, MKn


(58)

Kiranya perlu diketahui situasi keagamaan di Keresidenan Sumatera Timur dan Tapanuli sebelum digabung menjadi satu Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara :

1. Pimpinan Keagamaan Kepresidenan Sumatera Timur pada waktu dipegang oleh raja-raja yang jumlahnya tidak sedikit dan mempunyai daerah-daerah yang ditaklukkannya, dengan peraturan-peraturan masing-masing sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu. Setelah Indonesia merdeka di setiap Keresidenan dibentuk Komite Nasional daerah Sumatera Timur, yang merupakan Lembaga Legislatif. Badan-badan agama saat itu sudah ada, seperti Kadhi. Sebelum terbentuknya `Dewan Agama` Partai Masyumi mempunyai inisiatif yang membentuk Badan yang mengurus soal-soal keagamaan. Ide tersebut diusulkan pada Sidang KNI secara aklamasi, usul tersebut diterima oleh anggota KNI, akhirnya berdirilah Dewan Agama Keresidenan Sumatera Timur.

2. Sebelum adanya Dewan Agama di daerah Tapanuli, maslah-masalah yang berhubungan dengan agama, ditangani oleh Kuria, didampingi oleh Kadhi, merekalah pelaksana tugas yang berhubungan dengan masalah-masalah agama seperti pernikahan, perceraian, pengurusan mesjid-mesjid, ibadah social dan lain sebagainya. Lahirnya Dewan Agama di Keresidenan Tapanuli ini, agak berbeda dengan proses lahirnya Dewan Agama di daerah Sumatera Timur, ide dan gagasan mula-mula lahir ditingkat Kewedanan Mandailing Tapanuli Selatan. Berita tentang Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, disambut masyarakat dengan penuh gembira dan rasa syukur kepada Tuhan, bahwa bangsa dan negaranya sudah lepas dari belenggu penjajahan.Yang


(59)

dirasakan akibatnya sangat menyedihkan, terutama dibidang keagamaan, karena seringnya diperlakukan dengan tidak berperikemanusiaan oleh Belanda maka untuk memenuhi tuntutan agama yang dipeluknya masyarakat menghendaki dibentuknya Jawatan tersendiri yang mengurusi masalah agama.

Pada tahun 1946, diadakan Konfrensi Masyumi bertempat di Mandailing Tapanuli Selatan, yang memutuskan untuk mendesak Pemerintah (Karisidenan) membentuk Jawatan Agama, yang akan mengelola masalah-masalah agama pada tingkat Keresidenan, Kewedanaan dan Kecamatan, yang selama ini masalah-masalah tersebut diurusi oleh Kuria-Kuria dan dibantu oleh Kadhi-kadhi. Dalam koferensi tersebut telah disepakati secara bulat, untuk membentuk Jawatan Agama yang bernama `Dewan Agama`. Pada waktu itu mereka belum mengetahui berita tentang berdirinya Kementrian Agama di Pusat. Usul tersebut oleh Residen Tapanuli mendapat tanggapan positif, yang kemudian dibahas oleh KNI sebagai lembaga yang berwenang, pada akhirnya disetujui pembentukannya.

Selanjutnya dewan yang baru dibentuk itu, sangat besar jasanya dalam membantu pemerintah, melaksanakan tugasnya terutama dalam kegiatan penerangan, karena pendekatan melalui agama lebih mudah diterima masyarakat. Pada awal pembentukan kedua Dewan Agama di kedua Keresidenan tersebut, struktur organisasinya masih berdiri sendiri-sendiri, belum ada hubungan dengan Kementerian Agama Pusat. Hubungan dengan Pusat baru diadakan, setelah diberitahu, bahwa di Pusat sudah berdiri Kementerian Agama.

1. Struktur Ketatanegaraan berubah maka kedua Keresidenan yaitu Sumatera Timur dan Tapanuli, digabung menjadi satu Provinsi Sumatera Utara, sehingga Jawatan Agama berangsur-angsur disempurnakan dan pelaksanannya baru bisa


(60)

disesuaikan dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 1952 dengan Susunan Organisasi sebagai berikut :

a. Jawatan Urusan Agama, terdiri atas : Kantor Urusan Agama Provinsi; Kantor Urusan Agama Daerah; Kantor Urusan Agama Kabupaten; Kantor Urusan Agama Kecamatan;

b. Jawatan Pendidikan Agama, terdiri atas: Kantor Pendidikan Agama Provinsi; Inspeksi Wilayah; Kantor Pendidikan Agama Kabupaten;

c. Jawatan penerangan Agama terdiri atas : Kantor Penerangan Agama Provinsi; Pegawai Penerangan Agama;

d. Biro Pengadilan Agama, terdiri atas : Mahkamah Islam Tinggi; Pengadilan Agama.

Biro Pengadilan Agama kemudian berubah menjadi Jawatan Peradilan Agama (Permenag No. 10 Tahun 1962). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 1 Tahun 1963, Jawatan berubah menjadi Direktorat :

1. Jawatan Urusan Agama menjadi Direktorat Urusan Agama – Jawatan Pendidikan Agama menjadi Direktorat Pendidikan Agama – Jawatan Penerangan Agama menjadi Direktorat Penerangan Agama – Jawatan Peradilan Agama menjadi Direktorat Peradilan Agama.

2. Perkembangan Organisasi Departemen Agama pada tahun 1965 sampai dengan 1974

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 91 Tahun 1967, tentang Struktur Organisasi, Tugas dan Wewenang Instansi Departemen Agama di Daerah terdiri dari :


(61)

1). Perwakilan Departemen Agama Provinsi

2).Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota3) Kantor Urusan Agama Kecamatan

Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari : a. Jawatan Urusan Agama, Jawatan Pendidikan Agama, Jawatan Penerangan

Agama, Jawatan Peradilan Agama dan Pengadilan Agama, Jawatan Perguruan Tinggi Agama dan Pesantren Luhur, Jawatan Urusan Haji, Jawatan Agama Kristen, Jawatan Agama Katholik, Jawatan Agama Hindu dan Budha.

Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota terdiri dari :

b. Dinas Urusan Agama, Dinas Pendidikan Agama, Dinas Penerangan Agama, Pengadilan Agama, Dinas Urusan Haji, Dinas Urusan Agama Kristen, Dinas Urusan Agama Katholik, Dinas Urusan Agama Hindu dan Budha.

Kantor Urusan Agama kecamatan meliputi :

c. Urusan Ketatausahaan, Keuangan dan Kepegawaian – Urusan Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk serta Bimbingan Kesejahteraan Keluarga – Urusan Rumah Peribadatan, Ibadah Sosial dan Urusan Haji – Urusan Penerangan dan Penyuluhan Agama.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 53 Tahun 1971 tentang pembentukan Kantor Perwakilan Departemen Agama Provinsi serta Kantor Departemen Agama Kabupaten dan Inspektorat Perwakilan, susunannya terdiri dari :

1. Perwakilan Departemen Agama Provinsi 2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten 3. Kantor Urusan Agama Kecamatan


(62)

4. Urusan Pengawas adalah Inspektorat Perwakilan

Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari : 1. Unsur Pimpinan adalah Kepala Perwakilan

2. Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat Perwakilan

3. Unsur Pelaksana ialah : - Inspeksi Urusan Agama – Inspeksi Pendidikan Agama – Inspeksi Penerangan Agama – Inspeksi Peradilan Agama.

Perkembangan pada tahun 1975 sampai dengan 1981

a. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri atas : - Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi

- Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota - Kantor Urusan Agama Kecamatan.

b. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 (Disempurnakan) tanggal 16 April 1975, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Typologi IV, maka Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara tediri dari :

- Bagian Tata Usaha

- Bagian Urusan Agama Islam - Bidang Pendidikan Agama Islam - Bidnag Penerangan Agama Islam - Bidang Urusan Haji

- Pembimbing Masyarakat (Kristen) Protestan - Pembimbing Masyarakat Katholik


(1)

6. Bapak Ibu pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu dan memberikan informasi dalam mengumpulan data kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Terima kasih yang teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda M.Toga Raja Harahap dan Ibunda Rahimah yang telah membesarkan penulis, membimbing penulis dengan kasih sayang yang tak terhingga. Terima kasih atas do’a, perhatian dan dukungan yang diberikan tiada hentinya. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kedua orang tua penulis, Amin ya Allah.

8. Terima kasih yang terspesial buat tante tersayang Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, S.E, M.Si, yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam menyelesaian Tugas Akhir ini.

9. Terima kasih yang tersayang untuk keluarga besar Dolok Martua Harahap Glr. Tongku Raja Martua & Hj. Ichwany Lubis Glr. Raja Incek yang telah mensuport dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

10. Seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Departemen Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

11. Terima kasih untuk sahabat tersayang Della Diniastri, Suci Ramadona dan Putri Masruro yang telah mendukung penulis selama ini dan juga untuk seluruh teman-teman khususnya stambuk 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas persahabatan yang tidak akan pernah penulis lupakan.


(2)

         


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR TABEL...vii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...3

D. Manfaat Penelitian ...3

E. Jadwal Kegiatan Penelitian ...4

1. Jadwal Survei/Observasi...4

2. Rencana Isi ...5

BAB II PROFIL INSTANSI ...6

A. Sejarah Singkat Kanwil Kemenag Sumut...6

B. Visi dan Misi Kanwil Sumut...17

C. Struktur Organisasi ...18

D. Job Description ...21

D. Jaringan Kegiatan ...25

E. Kinerja Kegiatan Terkini ...26


(4)

BAB III PEMBAHASAN ...34

A. Pengertian Komunikasi...34

B. Bentuk Dasar Komunikasi...37

1. Komunikasi Verbal...37

2. Komunikasi Nonverbal...40

C. Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi...43

D. Bagaimana Memperbaiki Komunikasi...46

E. Hubungan Komunikasi dalam Organisasi...48

F. Hambatan Komunikasi dalam Organisasi...56

G. Pola Komunikasi...61

H. Cara Mengelola Komunikasi...71

I. Meningkatkan Keterampilan Komunikasi...74

J. Penerapan Komunikasi yang Efektif...77

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...85

A. Kesimpulan ...85

B. Saran ...86


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kementerian Agama...20

Gambar 3.2 Peran Manajerial...49

Gambar 3.3 Komunikasi Dari Atas Ke Bawah...64

Gambar 3.4 Komunikasi Dari Bawah Ke Atas...65

Gambar 3.5 Komunikasi Horizontal...67

Gambar 3.6 Komunikasi Digonal...68

Gambar 3.7 Struktur Organisasi Mendatar...70

Gambar 3.8 Jaringan Komunikasi Informal...71

Gambar 3.9 Proses Komunikasi yang Efektif...81

   


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan...4 Tabel 3.1 Perbedaan Antara Komunikasi Antarpribadi & Bisnis...37