KESIMPULAN DAN PENUTUP

7. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari hasil estimasi, seluruh variabel bebas dan spatial lag variabel bebas memiliki tanda (positif/negatif) yang sama. Selain itu, hasil uji statistik juga menunjukkan signifikansi yang serupa. Bisa dikatakan bahwa hipotesis yang dikemukakan penulis diterima, bahwa semakin tinggi intensitas penduduk yang bekerja di sektor pertanian, semakin tinggi pula persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan atau semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa hubungan asosiatif antara petani dan kemiskinan merupakan suatu hal yang nyata.

Jika sikap sebagian besar petani padi di Desa Sukatani dan Desa Buniwangi bisa dianggap sebagai representasi petani (khususnya petani padi) di Indonesia, keberlanjutan sektor pertanian Indonesia dalam kondisi terancam. Jika memang nantinya sektor ini dikuasai hanya oleh petani-petani besar, sistem pertanian di Indonesia akan mengalami perubahan yang sangat besar. Yang pertama, kebersamaan antara petani besar dan petani kecil akan hilang. Hal ini berdampak pada sosiologi petani. Kemudian, tersingkirnya petani-petani kecil akan membawa masalah baru dalam sistem ketenagakerjaan Indonesia.

Keberdayaan petani merupakan syarat perlu untuk mendukung pertanian berkelanjutan 10 . Secara sederhana bisa dikatakan bahwa kepemilikan modal

sosial dalam bentuk akses informasi dan kesejahteraan petani yang menjadi dasar untuk meningkatkan keberdayaan petani, menjadi sangat penting.

Hingga saat ini, salah satu persoalan utama yang dihadapi petani adalah sulitnya akses informasi. Solusi sederhana yang bisa dilakukan untuk mengeliminir hambatan ini adalah dengan membentuk organisasi petani untuk meningkatkan komunikasi antarpetani, pemberdayaan petugas penyuluh atau aparat desa sebagai penyampai informasi kepada petani. Solusi lainnya adalah meningkatkan interaksi desa-desa terpencil dengan wilayah-wilayah lain. Langkah nyata yang dapat ditempuh, di antaranya adalah memacu pertumbuhan sarana angkutan umum dan perbaikan jalan-jalan penghubung. Jika langkah tersebut dapat dijalankan, penyebaran informasi kepada petani akan lebih baik sehingga mereka tidak kehilangan modal sosialnya.

10 Lima konsep pertanian berkelanjutan adalah mantap secara ekologis, ekonomis, adil, manusiawi dan luwes. Untuk diskusi lebih lanjut, lihat “Pertanian dan Keberlanjutan” dalam buku Pertanian

Masa Depan (ILEIA, 1992).

Prosiding Sidang Pleno XIII dan Seminar Nasional ISEI, Mataram 151

Ada contoh kasus mengenai organisasi petani, namun dengan tujuan yang berbeda yang dilakukan petani LEIA 11 . Mereka membentuk organisasi di

lingkungan setempat, kemudian menekan agen-agen pembangunan 12 agar lebih memberi perhatian pada mereka dalam pengembangan teknologi terkait dengan

pertanian. Terkait dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, hal itu memang

tidak memukul petani-petani yang memiliki lahan relatif luas. Yang menjadi persoalan adalah sebagian besar petani hanya memiliki lahan yang kecil (di bawah 1 hektar). Pada desa yang menjadi obeservasi penelitian ini, petani harus memiliki minimal 4,7-6,7 hektar sawah supaya tidak terkena dampak negatif dari kenaikan harga BBM. Kenaikan pengeluaran untuk produksi memang bisa dikompensasi oleh kenaikan penjualan gabah. Namun, petani masih dibebani oleh kenaikan pengeluaran untuk konsumsi. Beban konsumsi tersebut tidak tertutupi oleh nilai produksi yang dihasilkan petani berlahan kecil. Langkah nyata yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan nasib petani berlahan kecil, di antaranya adalah dengan menekan harga komponen produksi pertanian. Misalnya, memberikan subsidi pupuk, subsidi pestisida dan bantuan alat-alat pendukung pertanian.

Salah satu konsep pertanian berkelanjutan yang banyak digunakan adalah bisa berlanjut secara ekonomis. Artinya, petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri dan mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usaha tani yang langsung, namun juga dalam hal fungsi pelestarian sumber daya alam dan meminimalkan resiko (ILEIA, 1992). Technical Advisory Comitte of the CGIAR 13

(TAC/CGIAR 1988) merumuskan pertanian berkelanjutan sebagai pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.

Jadi, jika petani (terutama petani kecil) tidak mencapai keberdayaannya, sangat dimungkinkan kalau mereka akan menyarankan anak-anak mereka untuk tidak berprofesi sebagai petani. Jika demikian yang terjadi, keberlanjutan sektor pertanian di Indonesia merupakan pertanyaan besar yang harus kita jawab. Oleh karena itu, persoalan yang dihadapi petani juga merupakan persoalan dan menjadi tanggungjawab bersama bangsa Indonesia.