LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Saat ini perekonomian Indonesia menghadapi tantangan yang berat akibat dari gejolak yang bersifat eksternal. Permintaan dunia terhadap energi dalam beberapa tahun terakhir memperlihatkan tren peningkatan yang semakin tajam, khususnya dengan munculnya China dan India sebagai kekuatan ekonomi baru, menyebabkan naiknya harga minyak dunia selama tahun 2007 berlanjut di tahun 2008, sehingga harga minyak dunia rata-rata awal tahun 2008 ini telah mencapai harga di atas US$100 per barrel, bahkan US$147 per barrel di akhir pertengahan juli 2008. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia ini berdampak pula pada pada kenaikan harga batubara dan gas dunia (Gambar 1).

GAMBAR 1. PERKEMBANGAN HARGA MINYAK MENTAH OPEC DAN NON-OPEC (US$/BARREL) JANUARI 2005 – AGUSTUS 2008

Sumber: U.S Energy Information Administration (EIA)

Krisis minyak dan energi yang terjadi saat ini berbeda dengan permasalahan yang dihadapi pada tahun 1970-an dan 1980-an (dimana waktu itu Indonesia merupakan salah satu net exportir). Saat ini, kenaikan konsumsi energi di dunia tidak dibarengi oleh pasokan yang memadai. Konsumsi energi primer dunia meningkat sebesar 2,4% pada tahun 2007, dimana pertumbuhan konsumsi energi kawasan Asia-Pasifik tercatat sekitar dua pertiga dari keseluruhan pertumbuhan konsumsi energi dunia, secara rata-rata meningkat di atas 5%, meskipun konsumsi energi Jepang menurun sebesar 0,9%. Seiring dengan pertumbuhan ekonominya, konsumsi energi China pun meningkat sebesar 7,7%, begitu pula dengan konsumsi energi India yang tumbuh sebesar 6,8%, ketiga

Prosiding Sidang Pleno XIII dan Seminar Nasional ISEI, Mataram 389 Prosiding Sidang Pleno XIII dan Seminar Nasional ISEI, Mataram 389

Di sisi lain, harga minyak dunia diproyeksikan akan terus meningkat (juga gas dan batu bara), terutama dalam jangka panjang, sejalan dengan perkiraan Energy Infromation Administration (EIA) yang memproyeksikan bahwa pemakaian energi dunia hingga tahun 2025 masih akan didominasi oleh bahan bakar dari fosil (EIA Outlook, 2005). Hal ini akan memberikan implikasi yang luas bagi perekonomian Indonesia.

Penggunaan sumber energi Indonesia saat ini masih sangat mengandalkan pada sumber energi tidak terbarukan, khususnya yang berasal dari Bahan Bakar Minyak. Data terakhir menunjukkan komposisi penggunaan energi menurut sumbernya berkisar pada: BBM (60%), gas (20%), listrik (10%), batu bara (8%), LPG (2%), hanya sedikit sekali dari energi terbarukan. Sementara itu, Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Energi Nasional, menargetkan terwujudnya energy mix dengan komposisi: batu bara (32%), gas bumi (30%), minyak bumi (26%), nuklir (2%), sisanya sebesar 10% berasal dari energi terbarukan, termasuk geothermal.

Sangat jelas, bahwa target energy mix nasional di tahun 2025 masih sangat mengandalkan pada tiga sumber utama energi tidak terbarukan, yaitu: batu bara, gas dan minyak bumi. Meskipun cadangan terbukti dan potensi cadangan batu bara dan gas Indonesia masih sangat besar, namun kedua sumber energi tersebut memiliki kelemahan. Batu bara potensi menimbulkan permasalahan lingkungan. Gas bumi termasuk energi yang tidak terbarukan. Cadangan minyak bumi Indonesia semakin terbatas, kecuali di daerah-daerah dengan jangkauan yang semakin sulit, sehingga untuk eksplorasinya memerlukan teknologi tinggi dan investasi yang tidak sedikit.

Nampaknya, sasaran energy mix sebagaimana yang ditargetkan di Blue Print Pengelolaan Energi Nasional belum akan menyelesaikan permasalahan Ketahanan Energi di masa mendatang. Indonesia masih akan menghadapi resiko Ketahanan Energi, jika terjadi gejolak di pasar energi dunia seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Jawaban Indonesiapun terkesan defensif, dengan merealokasikan subsidi, penyesuaian harga BBM secara terbatas disertai dengan mekanisme fiskal untuk mengurangai dampaknya terhadap kelompok miskin.

Belum terlihat adanya strategi ataupun upaya dari pemerintah Indonesia untuk memperkuat Ketahanan Energi berdasarkan potensi energi yang dimiliki Indonesia. Potensi energi yang belum sepenuhnya dikembangkan adalah potensi yang berasal dari sumber-sumber energi terbarukan seperti: panas bumi, tenaga surya, tenaga angin, biofuel dan lain-lain. Pengembangan dari sumber-sumber energi terbarukan tersebut, sangat dimungkinkan mengingat potensi Indonesia yang memiliki anugerah alam dalam jumlah yang sangat memadai untuk mendukung pengembangan sumber-sumber energi terbarukan meskipun tersebar secara tidak merata.

390 Armida S. Alisjahbana