ENERGI TERBARUKAN DAN KETAHANAN ENERGI Konsep Ketahanan Energi

2. ENERGI TERBARUKAN DAN KETAHANAN ENERGI Konsep Ketahanan Energi

Saat ini, nyaris tidak ada satupun aktivitas negara di dunia yang terlepas dari peran penting dan strategis dari energi. Seiring dengan semakin berkembangnya aktivitas ekonomi dan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan peningkatan konsumsi energi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan, dimana hampir seluruh aktivitas ekonomi dapat dipastikan membutuhkan energi, oleh sebab itu maka ketahanan energi akan sangat menentukan stabilitas/ ketahanan ekonomi suatu negara. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan di sektor energi harus menjadi prioritas utama dalam proses pembangunan suatu negara. Begitu pula dengan Indonesia, perkembangan ekonomi Indonesia akan sangat tergantung pada ketersediaan dan efisiensi penggunaan energi. Penguasaan teknologi dalam segala bidang penyediaan energi maupun efisiensi penggunaannya menjadi sangat strategis.

Dalam berbagai literatur, ketahanan energi didefinisikan sebagai “The availability of energy at all times in various forms, in sufficient quantities, and at affordable prices” (Belize Energy Sector Diagnostic, 2003). Ketahanan Energi suatu perekonomian biasanya dicerminkan oleh adanya kemampuan dari perekonomian tersebut dalam merespon dinamika energi global dan kemampuan dalam menjamin ketersediaan energi domestik. Faktor-faktor lain yang mendukung Ketahanan Energi suatu perekonomian adalah aspek sosial dan lingkungan. Namun demikian, penguasaan teknologi menjadi aspek yang sangat menentukan Ketahanan Energi khususnya dalam hal penyediaan dan efisiensi penggunaan energi (Gambar 2).

GAMBAR 2. ENERGY BLUE PRINT UNTUK KETAHANAN ENERGI

Adanya perbedaan dalam hal potensi sumber energi antar negara, mengharuskan setiap negara untuk mengembangkan Ketahanan Energi yang

Prosiding Sidang Pleno XIII dan Seminar Nasional ISEI, Mataram 391 Prosiding Sidang Pleno XIII dan Seminar Nasional ISEI, Mataram 391

Contoh Pengembangan Energi Terbarukan di Beberapa Negara

Telah banyak negara yang dapat dijadikan contoh dalam menjamin ketahanan energi dengan mengembangkan sumber-sumber energi terbarukan (renewable energy) seperti Jerman, Brasil, Islandia, dan lain sebagainya. Jerman, pada tahun 2007 tercatat sebagai negara dengan penurunan konsumsi energi terbesar di dunia (Statistical Review of World Energy, 2008). Hal ini dimungkinkan karena Jerman telah melakukan investasi besar-besaran selama tahun 2000-2006 untuk Wind Energy. Pada tahun 1990 an pemanfaatan Wind Energy masih kurang dari 1%, kemudian melonjak cukup tajam menjadi sekitar 5% pada tahun 2006. Pengembangan teknologi Wind Turbine untuk angin berkecepatan rendah telah berhasil dilakukan Jerman. Tercatat sebesar 20,622 MW yang telah dikembangkan, sehingga harga energi yang berasal dari turbin angin ini menjadi kompetitif pada tahun 2008.

Begitu pula halnya dengan Brasil, yang telah menjadi leader dalam pengembangan renewable energy di dunia yang berbasiskan energi terbarukan, khususnya yang berasal dari komoditas pertanian. Potensi pengembangan renewable energy berbasis pertanian di Brasil sangat besar karena didukung oleh kondisi alam berupa tanah pertanian/perkebunan yang sangat luas. Pemerintah Brasil telah merumuskan program nasional jangka panjang di semua sektor untuk pengembangan biofuel dari ethanol (tebu). Tidak hanya sumber energi yang dikembangkan berbasis ethanol, tetapi pemerintah Brasil sejak awal telah mengembangkannya secara terintegrasi dan sistematis dengan sektor industri dan transportasi. Misalnya, mesin-mesin mobil sudah dikembangkan untuk mengadopsi bahan bakar biofuel ethanol.

Contoh lainnya yang telah mengembangkan energi terbarukan dengan berhasil adalah Islandia. Lokasi geologis Islandia sangat strategis untuk ekstraksi dan pemanfaatan energi geothermal. Terdapat banyak potensi sumber energi geothermal di Islandia sehingga pemerintah negara ini telah memanfaatkan keberadaan potensi energi geothermal untuk pembangkit tenaga listrik dan penyediaan sistem pemanasan dan air panas (heating and hot water). Hampir 100% pembangkit listrik berasal dari sumber energi terbarukan. Energi geothermal menghasilkan 26,5% dari energi listrik, sementara energi hidro menghasilkan 73,4%. Energi geothermal menghasilkan 87% dari sistem pemanasan dan air panas (heating and hot water).

Tahapan Teknologi dan Produksi Energi Terbarukan

Teknologi renewable energy saat ini berada dalam berbagai tahap dan masih harus dikembangkan menjadi commercial production yang memerlukan dukungan kerangka regulasi/kebijakan energi dan mekanisme insentif fiskal yang

392 Armida S. Alisjahbana 392 Armida S. Alisjahbana

Tahap pertama adalah tahap-tahap awal dari suatu pengembangan teknologi energi terbarukan membutuhkan mekanisme insentif karena biaya-biaya pengembangan (development cost) yang tinggi. Tahapan yang sangat awal dari pengembangan suatu energi masih berada pada tahap R&D (lihat Gambar 3). Mekanisme insentif yang cocok diberikan oleh pemerintah adalah melalui hibah (grant) atau investment tax credit untuk kegiatan R&D. Contoh dari energi terbarukan yang masih dalam tahap R&D ini adalah teknologi solar nano.

GAMBAR 3. TAHAPAN TEKNOLOGI RENEWABLE ENERGY DAN COMMERCIAL PRODUCTION

TRANSITIONAL INCENTIVES

Capital Production CARBON PRICING (CO2 tonnes)

Cap and trade

(MWh) programs,