laporan keuangan perusahaan menunda informasi. Pihak manajemen cenderung akan mempengaruhi informasi tersebut dalam neraca
off balanced
dan macetnya sebagai
leasing
. Pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk, karena
waktu yang ada digunakan untuk menekan
debt to equity ratio
serendah- rendahnya Hendriksen, 1992: 663.
Swharz dan Soo 1996 dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung tidak tepat waktu
dalam menyampaikan laporan keuangannya dibanding perusahaan yang tidak mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki debt to
equity ratio yang tinggi menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik
berupa pokok maupun bunganya. Sehingga ini merupakan berita buruk bagi perusahaan. Maka dari itu, pihak manajemen cenderung akan menunda
penyampaian laporan keuangannya yang berisi berita buruk. Tetapi hasil berbeda ditunjukkan dalam penelitian Ainun Naim 1998
yang menemukan bahwa debt to equity ratio tidak signifikan berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
E. Opini Audit dan Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Akuntan publik bertugas memberikan
assurance
terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun dan diterbitkan oleh manajemen.
Assurance
terhadap laporan keuangan tersebut, diberikan akuntan publik melalui opini
akuntan publik. Akuntan publik sebagai pihak yang independen dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan
memberikan opini terhadap laporan keuangan yang telah diauditnya. Opini audit terletak pada paragraf ketiga dalam laporan auditor, menurut
Whittington dan Pany dalam Sukoco 2013 laporan auditor standar terdapat tiga paragraf utama yaitu:
introductory paragraf, scope paragraf
, dan
opinion paragraf.
Opini audit merupakan bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit. Auditor menyatakan pendapat berpijak
pada audit yang dilaksanakan pada perusahaan berdasarkan standar audit dan atas temuan-temuannya pada perusahaan.
Terdapat lima jenis pendapat yang diberikan oleh auditor atas laporan keuangan yang telah diauditnya, yaitu: Sugiri 2007: 288-289
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
unqualified opinion
, diberikan jika: a.
Auditor telah melaksanakan audit berdasarkan standar pengauditan b.
Auditor telah mengumpulkan bukti-bukti yang berkualitas dan cukup untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya
c. Auditor tidak mendapati adanya kesalahan atau penyimpangan yang
material terhadap prinsip akuntansi yang berterima umum. 2.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
unqualified opinion with explanatory language
yang ditambahkan dalam laporan audit standar, diberikan jika:
a. Auditor telah melaksanakan audit berdasarkan standar pengauditan
b. Auditor telah mengumpulkan bukti-bukti yang berkualitas dan cukup
untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya c.
Auditor tidak mendapati adanya kesalahan atau penyimpangan yang material terhadap prinsip akuntansi yang berterima umum
d. Auditor menjumpai keadaan-keadaan tertentu yang harus dijelaskan
secara khusus dengan menambahkan satu atau lebih paragraf penjelasan. Misalnya ketika auditor meragukan kemampuan perusahaan
yang diaudit untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. 3.
Pendapat wajar dengan pengecualian
qualified opinion
, diberikan jika: a.
Auditor telah melaksanakan audit berdasarkan standar pengauditan b.
Auditor telah mengumpulkan bukti-bukti yang berkualitas dan cukup untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya, kecuali untuk
bukti-bukti tertentu yang mungkin memang tidak ada atau tidak dapat diperoleh karena adanya pembatasan terhadap lingkup audit
c. Auditor tidak mendapati adanya kesalahan atau penyimpangan yang
material, kecuali untuk hal-hal yang dikecualikan namun tidak akan memberikan pengaruh terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan, yang disebabkan oleh kurangnya bukti audit baik karena ketiadaan bukti maupun karena pembatasan lingkup audit atau adanya
kesalahan atau penyimpangan terhadap prinsip akuntansi berterima umum.
4. Pendapat tidak wajar
adverse opinion
, diberikan jika: a.
Auditor telah melaksanakan audit berdasarkan standar pengauditan
b. Auditor telah mengumpulkan bukti-bukti yang berkualitas dan cukup
untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya c.
Auditor mendapati adanya kesalahan atau penyimpangan yang material terhadap prinsip akuntansi berterima umum
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat
disclaimer of opinion
a. Auditor tidak dapat melaksanakan audit berdasarkan standar
pengauditan, khususnya karena ia tidak independen b.
Auditor tidak dapat mengumpulkan bukti-bukti yang berkualitas dan cukup untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya, karena
memang bukti-bukti tersebut tidak ada atau karena lingkup audit sangat dibatasi.
Perusahaan yang menerima pendapat wajar tanpa pengecualian
unqualified opinion
dianggap sebagai kabar baik
good news
sehingga menyampaikan laporan keuangannya lebih cepat. Sebaliknya yang
menerima selain pendapat wajar tanpa pengecualian
unqualified opinion
dianggap sebagai kabar buruk bad news, sehingga akan menyampaikan laporan keuangannya ke publik lebih lama karena banyak yang harus
diteliti agar tidak salah saji, Calen, 2012. Andini 2016 dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara opini auditor dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini diduga karena opini auditor yang
diberikan kepada perusahaan sampel bukanlah opini yang merupakan sinyal buruk bagi investor dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
perusahaan sampel tidak ditemukan opini wajar dengan pengecualian, tidak wajar, maupun
disclaimer
. Opini wajar dengan tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diberikan kepada 27 perusahaan sampel
sebagian besar ditujukan untuk menjelaskan bahwa laporan keuangan anak tidak diaudit oleh KAP yang sama, dan bukan menyatakan sesuatu yang
merupakan kabar buruk. Dalam penelitian Whittred 1980 membuktikan bahwa
audit report lag
yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat
qualified opinion
. Hal ini disebabkan karena proses pemberian pendapat
qualified
tersebut melibatkan negosisasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang
lebih senior dan perluasan lingkup audit. Kesimpulan yang sama juga
dikemukakan dalam penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott 1987 yang menyatakan bahwa perusahaan yang
diberikan
qualified opinion
cenderung memiliki
audit report lag
yang lebih panjang, karena secara logika dapat dikatakan bahwa auditor
membutuhkan waktu dan usaha untuk mencari prosedur audit ketika mengkonfirmasi kualifikasi audit.
F. Kualitas Auditor dan Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan