perencanaan yang cukup baik, serta direksi yang memiliki pengalaman cukup baik dalam mengelola industri Sapu, maka PT. XYZ diperkirakan
dapat memenuhi target usahanya.
Gambar 5. Struktur organisasi perusahaan PT. XYZ Jumlah tenaga kerja saat ini berjumlah 126 orang yang terdiri
dari 4 orang staf, 2 orang tenaga pemasaran dan tenaga administrasi di kantor pusat dan 120 karyawan pabrik. Perusahaan telah memiliki
struktur organisasi yang jelas, ketersediaan key manager dan kejelasan pembagian tugas dan wewenang. Struktur organisasi dapat dilihat pada
Gambar 5. Kemampuan manajemen dalam mengelola resiko dapat dilihat
melalui cash life cycle analysis yang digambarkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Cash life cycle Komisaris
Direktur
Manajer Operasional
Manajer Pemasaran
Manajer Keuangan
Produksi
Logistik
Quality Control Pemasaran
Shipment
R D Keuangan
Akuntansi
Personalia Umum
PEMBELIAN PIUTANG
PRODUKSI PENJUALAN
Jenis risiko yang ada dari cash life cycle analysis adalah : a. Risiko pembelian
1 Ketersediaan bahan baku dapat diatasi karena bahan baku yang dipergunakan terdiri dari beberapa jenis, yaitu ijuk, rumput
sorgum dan palmyra. 2 Ketergantugan terhadap pemasok dapat diatasi dengan menjalin
kerjasama dengan lebih dari satu 1 pemasok. b. Risiko proses produksi
1 Risiko penyimpanan bahan baku yang disebabkan bahan baku mudah rusak, dapat diatasi dengan langsung mengirim barang
yang sudah jadi ke tempat pelanggan. 2 Risiko proses produksi adalah pekerjaan yang tidak memenuhi
standar yang menyebabkan klaim dari pelanggan yang diatasi dengan penerapan standar mutu yang ketat dan proses Quality
Control QC, mulai dari pembelian bahan hingga barang dikirim. 3 Terjadinya bencana kebakaran merupakan risiko besar bagi
perusahaan, mengingat bahan-bahan produksi bersifat mudah terbakar. Kejadian bencana kebakaran akan berpengaruh besar
terhadap tingkat produksi perusahaan. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan penutupan asuransi kebakaran terhadap
bahan-bahan produksi. c. Risiko penjualan
1 Kegiatan produksi PT. XYZ selama ini berdasarkan pesanan langsung yang diterima dari pelanggan. Oleh karena itu, PT. XYZ
memiliki ketergantugan yang tinggi terhadap perusahaan- perusahaan yang selama ini telah menjadi pelanggan sehingga
apabila sewaktu-waktu pelanggan menghentikan pesanan- pesanannya, maka hal ini akan sangat mempengaruhi kegiatan
usaha perusahaan. Untuk mengantisipasi hal ini, maka perusahaan terus mencari peluang pasar yang potensial.
2 Selama ini produk-produk perusahaan relatif menghadapi persaingan yang ketat karena banyak produsen di Indonesia yang
mampu memenuhi kualifikasi produk seperti yang diminta pasar, dimana perusahaan menjual hasil produksinya. Namun prospek
bagi perusahaan diperkirakan masih relatif baik, karena telah dikuasainya jalur pemasaran yaitu telah dipunyai langganan
buyer tetap. 3 PT. XYZ merupakan perusahaan yang penjualan produknya
dominan ekspor, dengan demikian penerimaan penjualan ditentukan oleh mata uang asing, terutama dolar AS. Penguatan
rupiah akan
mengurangi pendapatan
perusahaan dalam
penjabaran rupiah, sehingga dapat mempegaruhi kinerja keuangan perusahaan.
4 Perubahan kebijakan negara tujuan ekspor perusahaan, seperti kebijakan fiskal dan kebijakan
“International Labelling Scheme” dapat mempengaruhi perolehan pendapatan perusahaan.
d. Risiko piutang Seluruh pembayaran dilakukan secara tunai, untuk menghindari
terjadinya piutang macet.
2. Aspek Teknis dan Produksi
2.1. Lokasi usaha Perusahaan berlokasi di Dusun III Rt.1305 Desa Kalibuaya,
Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang dan seiring dengan volume usaha yang semakin berkembang maka PT. XYZ berencana membuka
pabrik baru di Desa Purwasari, Kabupaten Karawang dengan lokasi lebih strategik, karena terletak di pinggir jalan raya, sehingga memudahkan
dalam pengiriman dan bongkar muat barang. PT. XYZ berencana untuk membangun pabrik di Desa Kalibuaya sebagai area produksi untuk
pemrosesan material dasar hingga tahap perakitan awal dan selanjutnya barang yang telah siap untuk perakitan lanjutan akan dikirim ke lokasi
pabrik di Desa Purwasari. Pada area ini dilakukan tahap perakitan lanjut, pengemasan produk, penyimpanan dan distribusi. Dengan lokasi strategik,
terletak di pinggir jalan utama dan dekat dengan pintu tol Karawang Timur dan Dawuan.
2.2. Proses Produksi Proses produksi Sapu pada dasarnya adalah menyatukan
assembly dari semua bagian sapu, secara ringkas terdiri dari tiga 3 bagian, yaitu :
a. Material sapu biasanya dari bahan ijuk, rumput sorgum dan palmyra.
b. Head Sapu yang terbuat dari bahan plastik atau kayu. c. Stick Sapu dari bahan kayu atau kayu yang dilapisi plastik.
Pengeringan dan pengikatan bahan baku pasang head
pasang paku max potonggunting
pasang stickgagang sapu pasang label
packing Gambar 7. Proses produksi sapu PT. XYZ
2.3. Fasilitas usaha a. Bangunan Pabrik
Kegiatan produksi saat ini dilakukan di pabrik yang berlokasi di Desa Kalibuaya, Karawang. Bangunan pabrik berdiri di atas tanah
seluas 15.680 m2, meliputi : 1 Pabrik dan kantor
2 Gudang 3 Mess
Gambar 8. Lokasi usaha PT. XYZ
b. Peralatan Produksi
Gambar 9. Peralatan produksi sapu PT. XYZ Perusahaan memiliki mesin-mesin di bagian produksi.
Mesin-mesin yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Peralatan dan mesin-mesin produksi PT. XYZ Jenis Mesin
Kuantitas unit Mesin Jahit GoldenWheel Ex RRC
5 Mesin Max Manual Ex Lokal
1 Mesin Dowel Ex Taiwan
1 Mesin Sanding Dowel 1 Belt TW
2 Mesin Sanding Dowel 2 Belt TW
1 Mesin Dowel Automatic Ex Taiwan
1 Mesin Sanding Kepala Dwl 2 Belt Lokal
1 Mesin Spindel Dwl Tw
1 Air Compressor 1Hp Tw
1 Air Compressor 5Hp Puma
1 Mesin Pasang Ijuk Ex Japan
1 Mesin Bor Sikat Ijuk Lokal
1 Hand Pallet 3 ton
1 Genset Nippon Sharyo 45 Kva
1 Genset Mitsubishi 80 Kva
1 Bower 5 Hp penghisap debu
1
Lanjutan Tabel 5. Jenis Mesin
Kuantitas Unit Mesin Extruder Plastik Japan
1 Alat Pemadam Appi Foam 20L
1 Mesin Sikat Ijuk
2 Mesin Press Sapu Lidi - Local
1 Mesin Press Sapu Ijuk - Taiwan
1 Mesin Jahit New Long
1 Mesin Jahit Otomatis
1 Mesin Roll Kawat
1 Cross Cut
– Ching Feng 1
Double Planner – Wood Pecker
1 Multi Rip Saw
– Kuang Yung 1
Single Rip Saw – Kuang Yung
1 Radial Arm Saw
4 Sharper Joint
– Shun Kuang 2
Press Joint – Shun Kuang
1 Moulding 5 Spindle
1 Glue Spreader - Utp
1 Rob Mouler
– Feng Yuan 1
Double Sanding – Feng Yuan
1 Table Saw - Indonesia
1 Grinding Cutter
– Shan Jui 1
Grinding Planner – Chu Kuang
1 Air Compressor
1 Genset 125 Kva + 150 Kva
1 Dust Collector
1 Mesin Hanger
1 Rounding Machine - Taiwan
3 Forklift 1 ton - Japan
1
2.4. Pemasok supplier
a. Bahan baku 1 Ijuk
Bahan ijuk cukup banyak dan lancar yang dipasok dari daerah Penumbangan, Tasikmalaya, Subang, Cirebon. Bahan ijuk
tersebut diperoleh dari para agenpengumpul dan dibayar secara tunai.
2 Sorgum Bahan baku ini diperoleh dari daerah Mranggen dan Wonogiri,
Jawa Tengah. 3 Palmyra
Palmyra ini berasal dari India. Perusahaan memperolehnya dari importir.
Gambar 10. Bahan baku b. Bahan pembantu
Bahan pembantu ini berupa kepala sapu plastik head plastic, blow up, stick kayu, paku, carton box, dan lain-lain.
Gambar 11. Bahan pembantu
Pemasoknya antara lain : 1 PT. Pelita Plastik Bandung sebagai pemasok Head plastik
kepala sapu. 2 Harita Plastik Surabaya sebagai pemasok Head plastik.
3 Kurnia Abadi Jakarta sebagai pemasok Sticker dan cetakan. 4
Sarimas Sentosa Karawang sebagai pemasok Carton box. 5 Pengrajin H. Utu Jakarta sebagai pemasok Stick kayu.
6 Pengrajin Herman Jakarta sebagai pemasok Stick kayu.
3. Aspek Pemasaran
Usaha yang dikelola adalah produksi atau pembuatan sapu yang berbahan ijuk, sorgum dan palmyra dengan target pasar 80 untuk memenuhi pasar
ekspor dan 20 memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada mulanya seluruh hasil produksi ditujukan untuk ekspor ke Jepang, namun seiring dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya minat pasar ekspor terhadap produk PT. XYZ, maka PT. XYZ melayani permintaan ekspor dari negara-negara
lain diluar Jepang seperti Korea, Taiwan, China, dan India. Dan mulai tahun 2008 PT. XYZ juga melayani permintaan sapu untuk pasar
domestik. Realisasi penjualan selama periode tiga 3 tahun terakhir, seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Realisasi penjualan PT. XYZ Tahun
Penjualan Rp. juta
Rataanbulan Rp. juta
2008 4.095,40
341,28 2009
3.895,40 324,62
2010 6.604,70
550,39
Prospek usaha industri Sapu saat ini dan untuk masa mendatang dinilai cukup baik, mengingat sifat barang merupakan barang yang
penggunaannya cepat aushabis sehingga dalam waktu yang tidak lama barang ini harus diganti dan sebagian besar rumah tangga memerlukannya,
sehingga kebutuhannya relatif kontinu dan ada kecenderungan meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah rumah tangga. Terlebih lagi di negara Jepang untuk setiap rumah membutuhkan lebih dari lima 5 jenis Sapu
yang disesuaikan dengan peruntukannya. Prospek ini juga didukung dengan telah dikuasainya jalur pemasaran yaitu telah dipunyainya
langganan buyer tetap. Beberapa pelanggan tetap PT. XYZ adalah :
a. Azumma Industrial Co. Ltd di Jepang b. Yaguchi Trading Co. Ltd di Jepang
c. Hsien Lang International Corp. di Taiwan d. Birgma Asia Inc. di Swedia
e. PT. 3M Indonesia di Indonesia f. Indomaret di Indonesia
Persaingan dari perusahaan sejenis relatif kecil, karena PT. IKS merupakan satu-satunya pemasok untuk AI Co. Ltd., sebuah perusahaan
Jepang yang terletak di daerah Hamamatsu, yang sejak tahun 1993 hingga sekarang tetap memesan produk PT. XYZ untuk dipasarkan di seluruh
Jepang. Untuk menjaga pasar yang telah ada dan harapan untuk memperoleh pasar yang baru, PT. XYZ melakukan strategi pemasaran,
yaitu : a. Tetap menjalin hubungan baik yang telah dibina selama ini baik
dengan buyer di luar negeri maupun lokal. b. Menjaga mutu produk yang dihasilkan dan ketepatan waktu
pengiriman. c. Menetapkan harga jual yang cukup bersaing.
d. Mencari pemasok dengan mutu barang yang baik, namun harga lebih bersaing.
e. Mencari peluang pasar baik dalam dan luar negeri.
4. Aspek Sosial
Usaha industri Sapu pada suatu daerah harus memperhatikan dampak yang ditimbulkan dan pengaruhnya terhadap lingkungan dan
masyarakat.
Dampak yang akan ditimbulkan akibat dari adanya industri sapu milik PT. XYZ.
a. Lingkungan Karawang terkenal sebagai Lumbung Padi Nasional.
Walaupun sebagaian besar lahan di wilayah Kabupaten Karawang digunakan untuk pertanian, namun tidak sedikit pula digunakan
untuk industri. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya beberapa kawasan industri di Kabupaten Karawang. Industri di Kabupaten
Karawang, yaitu ± 455 perusahaan dari berbagai industri, baik produksi barang maupun jasa, salah satunya industri sapu dari
beragam jenis bahan baku. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi merupakan tanggungjawab semua pihak. Industri
sapu PT. XYZ menghasilkan limbah ijuk, rumput sorgum, palmyra dan serbuk kayu. Limbah tersebut dapat diproses menjadi pupuk
organik, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. b. Masyarakat
Industri sapu PT. XYZ dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Ampas ijuk, rumput sorgum, palmyra
dan serbuk kayu yang diolah menjadi pupuk organik. Hal tersebut memberikan dua keuntungan sekaligus kepada masyarakat sekitar
lokasi usaha, pertama terciptanya lapangan kerja dan yang kedua dihasilkan benefit dari penjualan pupuk organik. Selain itu,
keberadaan PT. XYZ cukup memiliki kontribusi dalam pembangunan Desa Kalibuaya yaitu pembangunan jalan desa dan tempat ibadah.
5. Aspek Keuangan
Dalam rangka pengembangan usaha, maka perusahaan berencana menambah bangunan pabrik Gambar 12, untuk itu PT. XYZ
mengajukan permohonan tambahan Kredit Investasi kepada Bank ABC. Biaya pembangunan pabrik Rp. 3.991.286.300,- Tabel 7. Sumber
pendanaan dari modal sendiri Rp. 801.286.300,- 20 dan kredit bank Rp. 3.190.000.000,- 80. Pengembalian kredit selama tujuh 7 tahun
90 bulan, termasuk enam 6 bulan masa tenggang pembayaran angsuran pokok grace period.
Tabel 7. Rencana investasi perusahaan
No. Uraian
Jumlah Rp 1. Penyediaan Lahan
1,574,100,000.0 2. Perencanaan dan Ijin
66,000,000.0 3. Pembangunan
3.1. Bangunan Pabrik dan Kantor 1,998,894,700.0
3.2. Bangunan Guest House 320,306,300.0
3.3. Rumah Jaga 31,985,300.0
Total 3,991,286,300.0
Gambar 12. Lokasi pabrik baru PT. XYZ Data keuangan PT. XYZ berdasarkan laporan keuangan home
statement periode per 31-12-2008; 31-12-2009 dan 31-12-2010 seperti dimuat pada Tabel 8.
Hasil pendapatan penjualan dari usaha pada tahun 2009 mengalami penurunan 4,9, antara lain karena dampak dari kondisi
perekonomian global yang kurang kondusif, sehingga mempengaruhi penjualan ekspor PT. XYZ. Penjualan tahun 2010 mengalami
peningkatan cukup nyata hingga mencapai 69,6. Peningkatan tersebut karena kondisi perekonomian mulai stabil dan permintaan ekspor sapu
meningkat. Laba perusahaan tahun 2009 dan 2010 lebih rendah
dibandingkan tahun 2008, disebabkan meningkatnya biaya penjualan,
umum, administrasi dan operasional masing-masing 1,4 dan 6,5 dari tahun 2008 dan biaya penyusutan, serta biaya bunga kredit.
Tabel 8. Labarugi perusahaan
Desember Desember
Desember 2008
2009 2010
a.
Pendapatan 4,095.4
3,895.4 6,604.7
b.
Pertumbuhan 5.1
4.9 69.6
c.
Laba 409.7
283.2 336.8
d.
Profit Margin c a 10.0
7.3 5.1
Sumber : PT. XYZ, 2011
Uraian LABA RUGI
Pada Tabel 9, jumlah aktiva lancar menunjukkan tren yang meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas usaha, aktiva lancar
didominasi oleh persediaan per 31-12-2010 Rp. 1.238,10 juta, yaitu persediaan bahan baku, bahan setengah jadi dan persediaan barang siap
jual. Hal ini disebabkan kebijakan perusahaan untuk persediaan untuk menunjang kelancaran proses produksi maka strategi perputaran
persediaan lebih lama terutama bahan baku ijuk dan kayu. Jumlah aktiva tetap pada tahun 2010 meningkat Rp. 886,1 juta
berupa pembelian kendaraan operasional, mesin-mesin dan renovasi bangunan pabrik di Telagasari, sehingga saldo akhir aktiva tetap per 31-
12-2010 sebesar Rp. 1.786,70 juta. Hutang lancar mengalami kecenderungan yang meningkat pada tahun 2010, hal ini disebabkan
meningkatnya hutang usaha. Modal perusahaan meningkat setiap tahun, karena seluruh keuntungan ditanamkan kembali ke dalam usaha untuk
memperkuat struktur permodalan. Total aset perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, peningkatan tersebut karena
dialokasikannya seluruh laba tahun berjalan ke dalam struktur modal perusahaan dan adanya peningkatan hutang dan harta tetap.
Tabel 9. Neraca perusahaan
Desember Desember
Desember 2008
2009 2010
a. Aktiva Lancar 1,909.8
2,157.3 2,351.5
b. Aktiva Tetap 1,235.1
1,072.3 1,786.7
c. Total Harta a + b 3,144.9
3,229.6 4,138.2
d. Hutang Lancar 1,117.1
1,018.7 1,590.5
e. Hutang Jangka Panjang 100.0
0.0 0.0
f. Total Hutang d + e 1,217.1
1,018.7 1,590.5
g. Total Modal 1,927.8
2,211.0 2,547.7
h. Total Hutang + Modal f + g 3,144.9
3,229.6 4,138.2
Sumber : PT. XYZ, 2011
Uraian NERACA
Pada Tabel 10 menunjukkan PT. XYZ per 31 Desember 2010 memiliki CR = 1,48 kali dan DER = 0,62 kali, dengan demikian telah
memenuhi financial covenant yang ditentukan Bank dimana untuk CR minimal 1,0 kali dan DER maksimal 2,5 kali. Net Working Capital
NWC per 31 Desember 2010 menunjukkan penurunan menjadi Rp. 761,03, karena meningkatnya hutang usaha menjadi Rp. 726,90 juta
untuk pembelian bahan baku. Tabel 10. Rasio keuangan perusahaan
Perputaran piutang tahun 2010 selama satu 1 hari. Perputaran piutang cukup singkat, karena perusahaan telah menetapkan kebijakan
pembayaran secara tunai untuk pembeli domestik dan untuk pembeli di luar negeri dengan sistem pembayaran menggunakan Letter of Credit
LC, sehingga pembayaran lebih terjamin.
Pengendapan persediaan tahun 2010 selama 109 hari yang relatif lebih lama dari periode sebelumnya. Hal ini terjadi karena untuk
mengantisipasi permintaan yang semakin meningkat. Lamanya pengendapan ini masih wajar, mengingat barang yang diproduksi
merupakan barang tahan lama, namun penumpukan persediaan akan mengganggu perputaran modal kerja secara keseluruhan, karena
menimbulkan dana tidak produktif. Investasi dilakukan pada awal tahun 2010. Penarikan dana
investasi Tabel 11 dilakukan secara bertahap, karena pembangunan pabrik dilakukan selama enam 6 bulan.
Tabel 11. Penarikan dana investasi
Kredit investasi mulai ditarik sejak awal pembangunan proyek. Penarikan kredit tersebut sudah dikenakan biaya bunga yang disebut
bunga selama periode konstruksi interest during construction atau IDC. Asumsi yang mendasari penyusunan arus kas adalah sesuai dengan
Lampiran 4 sedangkan proyeksi arus kas ditunjukkan dalam Lampiran 3. Arus kas merupakan catatan atas penerimaan dan pengeluaran kas dalam
satu periode 12 bulan. Arus kas terdiri dari penerimaan kas arus kas masuk dan pengeluaran kas arus kas keluar.
Dari proyeksi arus kas yang dilakukan untuk tujuh 7 periode sesuai jangka waktu pengembalian kredit, diperoleh kesimpulan bahwa
perusahaan mampu mengembalikan kredit investasi yang diperoleh dari proceed yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa proyek bankable.
Dengan asumsi peningkatan penjualan rata-rataan 15 per tahunnya, maka diproyeksikan perusahaan dapat mencapai laba bersih
positif selama jangka waktu tujuh 7 tahun, sehingga menunjukkan
perusahaan menguntungkan Tabel 12. Proyeksi neraca untuk tujuh 7 periode ke depan menunjukkan bahwa sampai dengan akhir tahun ke
tujuh 7, fasilitas kredit investasi dapat diselesaikan Tabel 13. Harta lancar cenderung meningkat dari Rp. 1.916,99 juta pada tahun ke satu 1
menjadi Rp. 6.689,27 juta pada tahun ke tujuh 7. Peningkatan harta lancar yang sangat nyata ini terutama bersumber dari peningkatan kas
kumulatif yang semakin besar.
Tabel 12. Proyeksi laba – rugi Rp. juta
2011 2012
2013 2014
2015 2016
2017
a. Penjualan bersih 7,710.40
8,866.96 10,197.00
11,726.55 13,485.54
15,508.37 17,834.62
b. Harga pokok penjualan 4,722.62
5,432.79 6,255.86
7,211.83 8,313.83
9,560.91 11,012.88
c. Biaya penjualan, umum dan administrasi 1,580.63 1,817.73
2,090.39 2,403.94
2,764.54 3,179.22
3,656.10 e. Laba operasional a + b + c
1,407.15 1,616.45
1,850.76 2,110.78
2,407.17 2,768.24
3,165.65 f. Biaya lainnya
45.00 13.10
13.10 13.10
- -
- g. Biaya penyusutan
230.48 289.26
289.26 289.26
289.26 289.26
289.26 h. Laba sebelum bunga dan pajak e - f - g 1,131.67
1,314.09 1,548.40
1,808.42 2,117.91
2,478.98 2,876.39
i. Biaya bunga 437.20
538.66 422.36
302.86 228.83
140.40 37.69
j. Laba sebelum pajak h - i 694.46
775.43 1,126.04
1,505.56 1,889.08
2,338.58 2,838.70
k. Pajak pendapatan 208.34
232.63 337.81
451.67 566.73
701.58 851.61
l. Laba bersih setelah pajak j - k 486.12
542.80 788.23
1,053.89 1,322.36
1,637.01 1,987.09
Sumber : Data primer data diolah kembali
Uraian
0,0 2.000,0
4.000,0 6.000,0
8.000,0 10.000,0
12.000,0 14.000,0
16.000,0 18.000,0
20.000,0
2011 2012
2013 2014
2015 2016
2017
Ju ta
Ru p
ia h
Tahun
penjualan Laba bersih
Gambar 13. Proyeksi penjualan dan laba bersih PT. XYZ
Total aktiva dan pasiva meningkat dari Rp. 7.464,49 juta pada tahun 2011 menjadi Rp. 10.501,22 juta Tabel 13.
Tabel 13. Proyeksi neraca Rp. juta
Uraian 2011
2012 2013
2014 2015
2016 2017
Kas dan bank 573.98
573.98 573.98
1,059.57 2,103.71
3,389.40 5,110.19
Persediaan 1,034.59
1,086.43 1,067.61
1,269.83 1,180.36
1,035.46 865.70
Biaya dibayar dimuka 308.42
354.68 407.88
469.06 539.42
620.33 713.38
Total Harta Lancar a 1,916.99
2,015.09 2,049.47
2,798.46 3,823.49
5,045.19 6,689.27
Harta tetap bersih 5,547.51
5,258.25 4,968.99
4,679.73 4,390.47
4,101.21 3,811.95
Total Harta Tetap b 5,547.51
5,258.25 4,968.99
4,679.73 4,390.47
4,101.21 3,811.95
Total Harta a + b 7,464.49
7,273.34 7,018.46
7,478.19 8,213.96
9,146.40 10,501.22
Kredit bank jangka pendek Bank ABC 1,258.04
819.07 125.82
0.00 0.00
0.00 0.00
Hutang usaha 62.60
67.61 77.75
89.41 102.83
118.25 135.99
Bagian lancar hutang jangka panjang Bank AB 300.00
360.00 480.00
600.00 720.00
650.00 0.00
Total Hutang Lancar c 1,620.64
1,246.68 683.58
689.41 822.83
768.25 135.99
Kredit bank jangka panjang Bank ABC 2,810.00
2,450.00 1,970.00
1,370.00 650.00
0.00 0.00
Total Hutang Jangka Panjang d 2,810.00
2,450.00 1,970.00
1,370.00 650.00
0.00 0.00
Total Hutang c + d 4,430.64
3,696.68 2,653.58
2,059.41 1,472.83
768.25 135.99
Modal disetor 300.00
300.00 300.00
300.00 300.00
300.00 300.00
Laba ditahan 2,247.73
2,733.85 3,276.66
4,064.88 5,118.78
6,441.13 8,078.14
Laba periode berjalan 486.12
542.80 788.23
1,053.89 1,322.36
1,637.01 1,987.09
Total Modal e 3,033.85
3,576.66 4,364.88
5,418.78 6,741.13
8,378.14 10,365.23
Total Hutang dan Modal d + e 7,464.49
7,273.34 7,018.46
7,478.19 8,213.96
9,146.39 10,501.22
Sumber : Data primer data diolah kembali
Perbandingan harta lancar dibandingkan denga hutang lancar CR selama periode proyeksi semakin membaik, yaitu 1,18 kali 2011
menjadi 49,19 kali pada periode 2017 Tabel 14. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan likuid. Perbandingan antara hutang dengan modal
DER selama
periode proyeksi
semakin membaik
dengan kecenderungan nilai DER yang menurun dari 1,46 kali pada periode 2011
menjadi 0,01 kali pada periode 2017, maka perusahaan dinilai solvable. Proyeksi ratio arus kas yaitu Earning Before Interest, Tax and
Depreciation EBITDA per total hutang menunjukkan kecenderungan semakin baik pada selama tujuh 7 periode. Ratio profitabilitas yaitu
Earning After Tax EAT per penjualan kecenderungan meningkat, menunjukkan kemampuan perusahaa mendapatkan laba semakin baik
dengan berkembangnya perusahaan.
Tabel 14. Proyeksi Rasio keuangan
Uraian 2011
2012 2013
2014 2015
2016 2017
Current Ratio X 1.18
1.62 3.00
4.06 4.65
6.57 49.19
Debt Equity Ratio X 1.46
1.03 0.61
0.38 0.22
0.09 0.01
EBITDADEBT 84.05
128.61 268.83
304.27 292.55
360.33 2,327.87
Profit Margin 6.30
6.12 7.73
8.99 9.81
10.56 11.14
Hasil perhitungan NPV Tabel 15 dengan perhitungan bunga modal cost of capital diasumsikan 13,50 bunga kredit investasi
memperoleh nilai NPV positif Rp. 831,16 juta, maka proyek layak dilaksanakan.
Tabel 15. Perhitungan NPV
Tahun EAT
Penyusutan Proceeds
DF Nilai sekarang
Rp. Juta 13,50
Rp. juta 1
2 3 = 1+2
4 5 = 3 x 4
1 486.12
117.56 603.68
0.88106 531.88
2 542.80
117.56 660.36
0.77626 512.61
3 788.23
117.56 905.79
0.68393 619.50
4 1,053.89
117.56 1,171.45
0.60258 705.90
5 1,322.36
117.56 1,439.92
0.53091 764.47
6 1,637.01
117.56 1,754.57
0.46776 820.72
7 1,987.09
117.56 2,104.65
0.41213 867.38
a. PV dari Proceeds 4,822.45
b. PV dari Outlays total investasi 3,991.29
c. Nilai NPV a - b 831.16
EAT Earning After Tax
IRR diperoleh 18,63, yang berarti lebih besar daripada biaya modalnya tingkat bunga modal 13,50, maka proyek dinilai layak
untuk dilaksanakan. Perhitungan Pay Back Period PBP berguna untuk menghitung jangka waktu pengembalian investasi dengan total nilai
sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Pada Tabel 16 terlihat bahwa
akumulasi nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan hingga akhir tahun ke enam 6 masih negatif. Akumulasi PV arus kas mulai positif
pada tahun ke tujuh 7.
Tabel 16. Perhitungan PBP Rp. juta
Outlays 2011
2012 2013
2014 2015
2016 2017
PV Proceeds 531.88
512.61 619.50
705.90 764.47
820.72 867.38
Akumulasi PV 3,991.29
-3,459.41 -2,946.79
-2,327.30 -1,621.40
-856.93 -36.21
831.16
Dengan PV proceeds Rp. 867,38 juta pada akhir tahun ke tujuh 7, dan akumulasi PV negatif Rp. 36,21 juta pada tahun ke enam 6,
maka untuk menutupi kekurangan arus kas bersih sampai dengan tahun ke enam 6 tersebut dibutuhkan waktu selama satu 1 bulan. Hasil ini
diperoleh dengan membagi akumulasi PV tahun ke enam - Rp. 36,21 juta dengan PV proceeds tahun ke tujuh Rp. 867,38 juta, sehingga
dapat disimpulkan bahwa PBP akan diperoleh pada 6 tahun 1 bulan. Nilai PBP yang diperoleh lebih cepat jika dibandingkan dengan jangka waktu
kredit investasi 7 tahun, sehingga investasi dinilai layak dilaksanakan.
Tabel 17 menunjukkan perhitungan BEP pada perusahaan. Hubungan antara biaya dan penjualan dapat dilihat pada Gambar 14.
Tabel 17. Proyeksi perhitungan BEP usaha sapu PT. XYZ
0,0 2.000.000.000,0
4.000.000.000,0 6.000.000.000,0
8.000.000.000,0 10.000.000.000,0
12.000.000.000,0 14.000.000.000,0
16.000.000.000,0 18.000.000.000,0
20.000.000.000,0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jut a
R up
ia h
Tahun
Penjualan BEP Rp
Total biaya TVC
TFC
Gambar 14. Hubungan antara biaya dengan penjualan dan BEP Dari data tersebut terlihat bahwa untuk memperoleh
keuntungan, harga jual per unit minimal harus melebihi Rp. 13.634,- 2011, Rp. 13.628,- 2012, Rp. 13.451,- 2013, Rp. 13.293,- 2014,
Rp. 13.207,- 2015, Rp. 13.137,- 2016 dan Rp. 13.085,- 2017. Jumlah penjualan untuk mencapai BEP masing-masing berturut-turut
sebesar 355.892 unit 2011, 408.799 unit 2012, 452.043 unit 2013,
502.738 unit 2014, 567.945 unit 2015, 643.810 unit 2016 dan 732.751 unit 2017.
Net BC ratio merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif.
Berdasarkan analisis perhitungan Net BC ratio diperoleh nilai Net BC ratio 1,20. Nilai Net BC ratio lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa
investasi layak untuk dilaksanakan.
6. 6 C’s analysis
Analisa yang dilakukan terhadap permohonan tambahan Kredit Investasi PT. XYZ berdasarkan penilaian terhadap 6C :
a. Character Character key person perusahaan dinilai baik, cukup terbuka dalam
memberikan informasi mengenai kondisi usaha dan kewajiban kepada Bank dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
b. Capital Rencana
pembangunan pabrik
dengan biaya
pembangunan Rp. 3.991.286.300,- Tabel 5 dan sumber pendanaan dari modal
sendiri Rp. 801.286.300,- 20 dan kredit bank Rp. 3.190.000.000,- 80.
c. Capacity Kemampuan capacity key person dalam menjalankan usahanya
dinilai mampu yang didukung oleh pengalaman sejak tahun 1993 ± 18 tahun.
d. Collateral Barang-barang yang diserahkan PT.XYZ sebagai agunan kredit dinilai
cukup dan dapat menutup fasilitas kreditnya.
e. Condition of Economy Prospek usaha industri sapu saat ini dan untuk masa mendatang dinilai
cukup baik, mengingat sifat barang merupakan barang yang penggunaannya cepat aushabis, sehingga dalam waktu yang tidak lama
barang ini harus diganti. Prospek ini juga didukung dengan telah dikuasainya jalur pemasaran yaitu telah dipunyainya langgananbuyer
tetap. Keberadaan PT. XYZ juga memperoleh manfaat bagi masyarakat sekitar lokasi usaha yaitu ikut menciptakan lapangan kerja dan
menunjang pembangunan sosial di daerah setempat.
f. Constraint
Hambatan yang mungkin timbul adalah fluktuasi nilai tukar rupiah dan kebijakan negara tujuan ekspor, hal tersebut dapat diatasi dengan
mempelajari regulasi negara tersebut. PT. XYZ saat ini tidak hanya tergantung pada pelanggan luar negeri, tetapi pemasaran produk telah
merambah pasar domestik sejak tahun 2008.
C. Strategi Pengembangan Usaha Sapu
Berdasarkan kuesioner dan wawancara yang dilakukan kepada pemilik perusahaan, bagian produksi, bagian keuangan dan bagian pemasaran
PT. XYZ dan pemilik perusahaan sejenis di daerah Karawang, dapat diidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kegiatan perusahaan dan pengembangan usaha Sapu di Karawang. Hasil identifikasi faktor-faktor internal didapatkan total skor pembobotan seperti
tercantum dalam Lampiran 5. Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor strategik internal, selanjutnya
diberikan bobot serta rating untuk setiap faktor, maka dapat diperoleh total skor nilai seperti terlihat pada Tabel 18.
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa mutu produk yang dijual baik dan selalu dipertahankan diakui sebagai faktor paling penting dalam kegiatan
produksi dengan bobot 0,101 dan rating 4, sehingga skor nilai yang diperoleh 0,402. Mutu produk yang dijual baik dan selalu dipertahankan merupakan
kekuatan utama yang dimiliki. Faktor tersebut terkait dengan faktor sarana yang dimiliki lengkap dan milik sendiri skor nilai 0,380. Kapasitas
terpasang cukup besar dan penguasaan teknis dan teknologi yang cukup baik menjadi perhatian bagi kekuatan usaha dibanding pemasaran dan pangsa
pasar perusahaan cukup besar. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan skor nilai 0,352 untuk kapasitas terpasang cukup besar dan penguasaan teknis dan
teknologi yang cukup baik, sedangkan 0,285 untuk faktor pemasaran dan pangsa pasar perusahaan cukup besar.
Tabel 18. Faktor strategik internal usaha Sapu di Karawang
No Faktor Internal
Bobot a
Rating b
Nilai a x b
Kekuatan :
1 Pemasaran
dan pangsa
pasar perusahaan cukup besar
0,095 3
0,285 2
Mutu Produk yang dijual, baik dan selalu dipertahankan
0,101 4
0,402 3
Penguasaan teknis dan teknologi cukup baik
0,117 3
0,352 4
Kapasitas terpasang cukup besar 0,117
3 0,352
5 Sarana yang dimiliki lengkap dan
milik sendiri 0,095
4 0,380
Kelemahan :
1 Produktivitas tenaga kerja masih
rendah 0,084
1 0,084
2 Penetapan harga masih ditentukan
rataan pasar 0,112
2 0,223
3 Tenaga pemasaran belum optimal
0,101 2
0,201 4
Keterbatasan modal
jika akan
melakukan pengembangan usaha 0,078
1 0,078
5 Bahan baku mudah rusak karena
penyimpanan 0,101
2 0,201
Jumlah 1,000
2,559
Tabel 18 juga menggambarkan peringkat nilai dari faktor kelemahan usaha sapu di Karawang. Kelemahan terbesar yang terdeteksi adalah faktor
keterbatasan modal jika akan melakukan pengembangan usaha dengan skor nilai 0,078. Faktor keterbatasan modal jika akan melakukan pengembangan
usaha merupakan faktor kelemahan yang sangat kuat bagi usaha, sehingga perlu diminimalkan. Faktor kelemahan kedua adalah produktivitas tenaga
kerja masih rendah dengan skor nilai 0,084. Faktor kelemahan ketiga adalah tenaga pemasaran belum optimal dan bahan baku mudah rusak, karena
penyimpanan dengan skor nilai 0,201, sedangkan faktor kelemahan keempat
adalah penetapan harga masih ditentukan rataan pasar dengan skor nilai 0,223.
Dari hasil analisa perhitungan faktor-faktor internal didapatkan total nilai sebesar 2,559 Lampiran 7. Nilai ini berada di atas nilai rataan 2,50
yang menunjukkan posisi internal perusahaan yang cukup kuat, dimana perusahaan memiliki kemampuan di atas rataan dalam memanfaatkan
kekuatan dan mengantisipasi kelemahan internal David, 2004. Hasil identifikasi faktor eksternal yag terdiri dari peluang dan
ancaman kemudian dilakukan pembobotan serta peringkat rating sebagaimana disajikan dalam Lampiran 6 dan hasil faktor strategik eksternal
diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 19. Identifikasi terhadap faktor- faktor eksternal usaha berupa peluang dan ancaman berpengaruh terhadap
pengembangan usaha Sapu di Karawang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa konsumen yang potensial skor 0,613 merupakan
peluang utama dalam pengembangan usaha sapu di Karawang dan didukung juga dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan prospek
pasar masih terbuka baik dalam maupun luar negeri, skor 0,541. Skor 0,351 untuk peningkatan ekspor. Faktor-faktor tersebut merupakan peluang yang
bagus bagi pengembangan usaha sapu di Karawang. Ancaman yang kuat bagi kelangsungan usaha Sapu di Karawang
adalah ketersediaan bahan baku. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor 0,117. Faktor ancaman kedua yang membayangi usaha adalah adanya
fluktuasi nilai tukar rupiah skor 0,126. Faktor kebijakan negara tujuan ekspor ternyata lebih kuat dibanding faktor persaingan dari perusahaan
sejenis dengan perolehan skor nilai 0,98 dan 0,234. Hasil analisis perhitungan faktor-faktor eksternal didapatkan total
skor nilai sebesar 2,721 Lampiran 7. Nilai ini berada di atas nilai rataan 2,5 yang menunjukkan posisi eksternal perusahaan yang cukup kuat, dimana
perusahaan memiliki kemampuan di atas rataan dalam memanfaatkan peluang dan mengantisipasi ancaman eksternal David, 2004.
Tabel 19. Faktor strategik eksternal usaha Sapu di Karawang
No Faktor Eksternal
Bobot a
Rating b
Nilai a x b
Peluang :
1 Konsumen potensial
0,153 4
0,613 2
Kemajuan teknologi semakin berkembang
0,135 4
0,541 3
Prospek pasar masih terbuka 0,135
4 0,541
4 Peningkatan ekspor
0,117 3
0,351
Ancaman :
1 Persaingan dari perusahaan sejenis
0,117 2
0,234 2
Ketersediaan bahan baku 0,117
1 0,117
3 Fluktuasi nilai tukar rupiah
0,126 1
0,126 4
Kebijakan negara tujuan ekspor 0,099
2 0,198
Jumlah 1,000
2,721
Tujuan penggunaan matriks IE adalah untuk memperoleh strategi usaha yang lebih detail. Hasil evaluasi matriks internal selanjutnya
digabungkan dengan hasil evaluasi matriks eksternal yang menghasilkan matriks IE. Dengan menggunakan matriks IE, maka posisi usaha dipetakan
dalam diagram untuk mempermudah merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha bagi pengusaha Sapu di Karawang. Penentuan posisi
strategi pada matriks IE didasarkan pada hasil total nilai IFAS yang diberi bobot pada sumbu X dan total nilai EFAS pada sumbu Y David, 2004. Nilai
IFAS yang diperoleh dari usaha Sapu di Karawang 2,559 dan nilai EFAS 2,721. Nilai tersebut dipetakan seperti dalam Gambar 15.
Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi. Dengan
total skor nilai pada matriks internal 2,559 maka usaha Sapu di Karawang memiliki faktor internal yang tergolong sedang atau rataan. Total skor nilai
matriks eksternal 2,721 memperlihatkan respon yang diberikan oleh usaha Sapu kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi. Perpaduan dari kedua
nilai tersebut menunjukkan bahwa strategi utama bagi pengembangan usaha terletak pada sel 5. Sel 5 dikelompokkan dalam strategi pertumbuhan melalui
integrasi horizontal, yaitu suatu kegiatan untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain, dan meningkatkan jenis produk
serta jasa. Strategi pertumbuhan pada sel 5 merupakan pertumbuhan usaha itu sendiri. Didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset,
profit atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara perluasan lahan usaha, mengembangkan produk melalui proses pengolahan,
menambah mutu produk atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Berdasarkan hasil kajian, usaha yang memiliki kinerja yang baik cenderung
konsentrasi agar dapat tumbuh, baik secara internal melalui sumber dayanya sendiri atau secara eksternal melalui sumber daya dari luar Rangkuti, 2006.
Hasil matriks IE selanjutnya digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT.
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGIS INTERNAL IFAS KUAT
RATAAN LEMAH
4,0 3,0 2.559 2,0
1,0
TO TA
L S
K O
R F
A K
TO R
S T
R A
TEG IS
EK S
TER N
A L
EFA S
TI N
G G
I 1
2 3
PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
PENCIUTAN
M EN
EN G
A H
3,0 5
2,721
4 PERTUMBUHAN
6 STABILITAS
STABILITAS PENCIUTAN
2,0
R EN
D A
H 7
8 9
PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
PENGURANGAN 1,0
Gambar 15. Matriks IE usaha Sapu di Karawang Penyusunan strategi pada matriks SWOT disesuaikan dengan hasil
yang diperoleh dari matriks IE, yaitu strategi peningkatan mutu dan perluasan usaha. Hasil analisis SWOT untuk usaha Sapu di Karawang seperti terlihat
pada Tabel 20. Berdasarkan Tabel 20, terdapat empat 4 jenis alternatif strategi,
yaitu : a. Strategi S
– O Strategi ini merupakan alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, yaitu : 1 Mempertahankan pasar yang ada dan memperluas pasar sasaran
2 Menghasilkan produk bermutu dengan teknologi handal
b. Strategi W – O
Strategi ini merupakan alternatif strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang ada, yaitu : 1 Menarik tenaga kerja terampil dan meningkatkan efektifitas tenaga
pemasaran 2 Pengendalian biaya produksi dengan mempercepat proses produksi
dengan perbaikan sistem produksi dan peningkatan teknologi 3 Menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan
c. Strategi S – T
Strategi ini merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman, yaitu :
1 Mempertahankan mutu produk yang baik dan harga bersaing guna mengantisipasi persaingan
2 Menghindari ketergantungan dengan satu pemasok
d. Strategi W - T Strategi ini merupakan strategi yang didasarkan pada kegiatan yang
bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman, yaitu :
1 Pemasaran ke luar dan dalam negeri 2 Penetapan harga bersaing
3 Gudang tempat penyimpanan bahan baku memenuhi syarat
Tabel 20. Matriks SWOT usaha Sapu di Karawang
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
Kekuatan S
1. Pemasaran dan pangsa pasar perusahaan cukup
besar 2. Mutu produk yang
dijual baik dan selalu dipertahankan
3. Penguasaan teknis cukup baik
4. Kapasitas terpasang cukup besar
5. Sarana yang dimiliki lengkap dan milik
sendiri.
Kelemahan W
1. Produktivitas tenaga kerja masih rendah
2. Penetapan harga masih ditentukan rataan pasar
3. Tenaga pemasaran belum optimal
4. Keterbatasan modal, jika akan melakukan
pengembangan usaha 5. Bahan baku mudah
rusak akibat penyimpanan
Peluang O
1. Konsumen potensial 2. Kemajuan teknologi
semakin berkembang 3. Prospek pasar masih
terbuka 4. Peningkatan ekspor
Strategi S-O
1. Mempertahankan pasar yang ada dan
memperluas pasar sasaran S1, O1, O3,
O4
2. Menghasilkan produk berkualitas dengan
teknologi handal S2, S3, S4, S5, O2
Strategi W-O
1. Menarik tenaga kerja terampil dan
meningkatkan efektifitas tenaga
pemasaran W1, W3, O3, O4
2. Pengendalian biaya produksi dengan
mempercepat proses dan perbaikan sistem
produksi dan peningkatan teknologi
W2, W5, O1, O2, O3
3. Menjalin kerjasama dengan lembaga
perbankan W4, O2, O3
Ancaman T
1. Persaingan dari perusahaan sejenis
2. Ketersediaan bahan baku
3. Fluktuasi nilai tukar rupiah
4. Kebijakan negara tujuan ekspor
Strategi S- T
1. Mempertahankan mutu produk yang baik dan
harga bersaing guna mengantisipasi
persaingan S2, S3, S5, T1
2. Menghindari ketergantugan dengan
satu pemasok S2, S3, T2
Strategi W – T
1. Pemasaran ke luar dan dalam negeri W2, W4,
T1, T3, T4 2. Penetapan harga
bersaing W2, T1, T3, T4
3. Gudang tempat penyimpanan bahan
baku memenuhi syarat W5, T2
Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pengusaha Sapu di Karawang, selanjutnya dilakukan pemilihan alternatif
strategi yang paling menarik untuk diimplementasikan dengan QSPM. Strategi yang dipilih untuk diimplementasikan adalah berdasarkan hasil
perhitungan analisis QSPM sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8 dan penentuan alternatif strategi terbaik usaha sapu di Karawang dapat dilihat
Tabel 21.
Tabel 21. Penentuan alternatif strategi terbaik usaha Sapu di Karawang
Alternatif Strategi Keterkaitan
Bobot Peringkat
Strategi S - O Mempertahankan
pasar yang
ada dan
memperluas pasar sasaran S1, O1, O3, O4
5,15 II
Menghasilkan produk
bermutu dengan
teknologi handal S2, S3, S4, S5, O2
5,03 III
Strategi W - O Menarik
tenaga kerja
terampil dan
meningkatkan efektifitas tenaga pemasaran W1, W3, O3, O4
4,29 VIII
Pengendalian biaya
produksi dengan
mempercepat proses dan perbaikan sistem produksi dan peningkatan teknologi
W2, W5, O1, O2, O3 4,46
V Menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan
W4, O2, O3 4.79
IV
Strategi W - T Pemasaran ke luar dan dalam negeri
W2, W4, T1, T3, T4 4,39
VI Penetapan harga bersaing
W2, T1, T3, T4 4,33
VII Gudang tempat penyimpanan bahan baku
memehuni syarat W5, T2
3,80 X
Strategi S - T Mempertahankan mutu produk yang baik dan
harga bersaing guna mengantisipasi persaingan. S2, S3, S5, T1, T2, T3, T4
5,28 I
Menghindari ketergantungan
dengan satu
pemasok S2, S3, T2
3,94 IX
Berdasarkan analisis tersebut, strategi yang paling tepat untuk pengembangan usaha sapu di Karawang adalah mempertahankan mutu
produk yang baik dan harga bersaing guna mengantisipasi persaingan skor 5,28, mempertahankan pasar yang ada dan memperluas pasar sasaran skor
5,15 dan menghasilkan produk bermutu dengan teknologi handal skor 5,03. Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling
mendukung satu dengan yang lainnya, dan dapat diartikan sebagai konsep strategi yang berorientasi pada produk dan pasar.
Kebijakan bauran pemasaran yang dapat diterapkan oleh perusahaan atas dasar matriks SWOT adalah :
a. Produk product Produk yang dihasilkan tidak memerlukan diferensiasi produk,
karena telah sesuai dengan standar mutu dan berdasarkan spesifikasi permintaan dari konsumen, baik konsumen luar negeri maupun dalam
negeri. Namun untuk meningkatkan penjualan, mutu produk yang dijual baik dan selalu dipertahankan dan tetap menjaga hubungan baik dengan
pelanggan. Untuk menjaga kontinuitas usaha, perusahaan harus tetap menjalin hubungan baik dengan pemasok dan tidak tergantung hanya
pada satu atau beberapa pemasok. Untuk meningkatkan produksi dan pengendalian
biaya produksi,
perusahaan harus
meningkatkan produktifitas dan teknologi yang digunakan, serta menggunakan tenaga
terampil, sedangkan untuk mempertahankan pasar yang ada dan memperluas pasar sasaran, perusahaan mengefektifkan fungsi tenaga
pemasaran. b. Harga price
Untuk tetap dapat menguasai pasar, perusahaan harus menetapkan harga yang bersaing dengan melakukan efisiensi terhadap
biaya variabel maupun biaya tetap, sehingga biaya total dapat dikurangi dan akhirnya menurunkan harga jual.
c. Tempat place Perusahaan harus menjalin hubungan yang baik dengan saluran
distribusi, untuk itu diperlukan tenaga pemasaran yang kompeten. d. Promosi promotion
Promosi yang dilakukan adalah dengan personal selling door to door selling, mail order, telephone selling dan direct selling kepada
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan produk sapu baik dalam maupun luar negeri dan juga melalui pemasangan iklan baik di media
cetak brosur, koran dan majalah dan pembuatan website.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa kelayakan yang dilakukan, maka pemberian
pembiayaan pada PT. XYZ masih layak untuk diberikan, dengan pertimbangan :
a. Aspek Manajemen yang didukung direksi dan manajer perusahaan memiliki pengalaman cukup lama di industri Sapu.
b. Aspek Teknis dan Produksi yang didukung fasilitas usaha lengkap dan milik sendiri, kapasitas terpasang cukup besar dan penguasaan
teknis produksi yang baik. c. Aspek Pemasaran yang didukung pasar yang tetap dan prospek usaha
terbuka. d. Aspek Sosial. PT. XYZ dapat memberikan keuntungan kepada
masyarakat sekitar lokasi usaha dengan terciptanya lapangan kerja dan limbah yang dihasilkan dapat diolah menjadi pupuk organik.
e. Aspek Keuangan mendukung kelayakan investasi dari rencana pembangunan pabrik di Desa Purwasari, Karawang dengan NPV
positif Rp. 831,16 juta, IRR 18,63 lebih besar dari tingkat bunga modal 13,50, PBP selama 6 tahun 1 bulan lebih cepat
dibandingkan dengan jangka waktu kredit investasi selama 7 tahun. f. PT. XYZ memenuhi syarat
6 C’s Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economy dan Constraint.
2. Hasil identifikasi faktor internal terdapat lima 5 kekuatan dan lima 5
kelemahan, sementara pada faktor lingkungan eksternal terdapat empat 4 peluang dan empat 4 ancaman. Dalam hal ini didapatkan IFAS
2,559 dan EFAS 2,721, posisi usaha pada matriks IE terletak pada sel 5 pertumbuhan.
3. Strategi pengembangan usaha Sapu di Karawang yang paling tepat
dilakukan adalah mempertahankan mutu produk yang baik dan harga bersaing guna mengantisipasi persaingan skor 5,28, mempertahankan
pasar yang ada dan memperluas pasar sasaran skor 5,15, serta
menghasilkan produk bermutu dengan teknologi handal skor 5,03. Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena
saling mendukung satu dengan yang lainnya.
B. Saran
1. Perusahaan perlu memperluas jaringan pemasaran, baik dalam maupun luar negeri untuk keberlangsungan usaha melalui personal selling dan
pemasangan iklan di media cetak brosur, koran dan majalah dan website
2. Ketergantungan terhadap pemasok dapat diatasi, apabila perusahaan menjalin kerjasama dengan lebih dari satu 1 pemasok.
3. Perusahaan harus melakukan perbaikan sistem produksi untuk pengendalian biaya produksi dengan meningkatkan preventive
maintenance dan improvement peralatan dan proses. 4. Menarik tenaga kerja terampil dan tenaga pemasaran kompeten,
berdasarkan proses seleksi dan pengembangan yang terus dilakukan melalui pelatihan-pelatihan.