5 Pewarnaan ruang kerja Masalah warna dapat berpengaruh terhadap karyawan didalam melaksanakan
pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang memperhatikan masalah warna. Dengan demikian pengaturan hendaknya memberi manfaat,
sehingga dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Pewarnaan pada dinding ruang kerja hendaknya mempergunakan warna yang lembut.
Dengan adanya teori-teori pendukung di atas, maka lahirlah suatu hipotesis berikutnya dalam penelitian ini yaitu:
H3 : Lingkungan Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk.II Medan.
2.1.5 Gaya Kepemimpinan
Setiap karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan tertentu, pastilah memiliki motif yang beda-beda dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya
dalam operasional perusahaan tersebut. Motif ini berbanding lurus dengan kinerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan. Ketika ada hal-hal tertentu dalam
pekerjaan yang ingin dia kejar, maka motivasi ini dapat meningkatkan hasil kinerja karyawan tersebut. Oleh sebab itulah, perusahaan dan para penyelia harus
tanggap dalam menangkap signal-signal di balik motif seorang karyawan tersebut bekerja pada perusahaan. Pengetahuan terhadap berbagai motivasi dan perilaku
yang ditunjukkan oleh para karyawan akan menjadi sia-sia, apabila perusahaan dan para penyelia tidak mampu memberikan respon dengan baik sehingga tidak
ada implementasi dari pengetahuan akan motif para karyawannya. Pada dasarnya gaya kepemimpinan merupakan implementasi penyelia dari pemahaman akan
berbagai motivasi karyawan dalam bekerja. Esensi utama dari kepemimpinan adalah bagaimana para penyelia mengarahkan dan memotivasi para karyawan
agar dapat menghasilkan kinerja yang baik untuk operasional perusahaan tersebut. Apabila para menyelia mampu merealisasikan proses pengarahan dan
pemotivasian tersebut dengan baik, maka gaya kepemimpinan adalah salah satu hal yang penting diimplementasikan guna peningkatan kinerja karyawan bahkan
perusahaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepemimpinan merupakan proses
dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Pihak yang terkait dalam menjalankan kepemimpinan
disebut pemimpin. Pemimpin adalah seseorang yang mampu memengaruhi orang lain dan memiliki otoritas manajerial. Sebagaimana diketahui bahwa terdapat
empat fungsi manajemen, dan salah satunya adalah pengarahan. Oleh sebab itulah, para penyelia seharusnya mampu memimpin dan menjadi pemimpin.
Salah satu ilmuwan dan ahli penelitian dalam perilaku yang telah memberikan batasan mengenai kepemimpinan yaitu Ralph M. Stogdill
sebagaimana dikutip dalam Siswanto 2008, mengatakan bahwa manajerial leadership as the process of directing and influencing the task related activities of
group members. Kepemimpinan manajerial sebagai proses pengarahan dan memengaruhi aktivitas yang dihubungkan dengan tugas dari para anggota
kelompok. Berdasarkan batasan tersebut, terdapat tiga 3 implikasi yang perlu diperhatikan lebih lanjut antara lain:
1. Kepemimpinan harus melibatkan bawahan 2. Kepemimpinan mencakup distribusi otoritas yang tidak mungkin seimbang di
antara manajer dengan bawahan. 3. Di samping secara legal mampu memberikan para bawahan berupa perintah
atau pengarahan, manajer juga dapat memengaruhi bawahan dengan berbagai gaya kepemimpinan.
Sebagai konsekuensi dari batasan kepemimpinan tersebut di atas, maka Sule dan Saefullah 2010 membagi dua gaya kepemimpinan pada umumnya
yaitu: a. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan task-oriented or job
style Gaya kepemimpinan ini cenderung memberikan fokus pada pekerjaan dan
prosedur yang harus dilakukan dalam pekerjaan. Pemimpin yang menganut gaya ini menilai bahwa kepentingan organisasi harus lebih didahulukan dari
kepentingan individu. b. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pegawai employee-oriented
style Gaya kepemimpinan ini cenderung untuk memberikan perhatian pada
pemeliharaan tim dan memastikan bahwa seluruh orang-orang mendapatkan kepuasan dalam setiap pekerjaannya. Pemimpin yang menerapkan gaya ini
lebih menghargai perbedaan dan relasi antarmanusia dalam kegiatannya.
Untuk lebih mengetahui bagaimana pandangan para peneliti dan ahli dalam mengulas gaya kepemimpinan yang terjadi, berikut beberapa hasil
penelitian yang penulis kutip dari beberapa sumber: 1. Teori Sifat Trait Theories
Teori ini dicetuskan oleh S.A. Kirkpatrick dan E.A. Locke sebagaimana dikutip dalam Robbins dan Coulter 2009:148, terdapat tujuh sifatgaya
kepemimpinan yaitu: a. Penggerak drive
Pemimpin menunjukkan tingkat usaha yang tinggi, memiliki ekspektasi yang besar dalam keberhasilan, ambisius, energik, tidak kenal lelah, dan
inisiatif. b. Hasrat untuk memimpin desire to lead
Pemimpin memiliki hasrat yang kuat untuk memengaruhi dan memimpin orang lain serta bertanggung jawab.
c. Kejujuran dan integritas honesty and integrity Pemimpin membangun hubungan yang terpercaya dengan pengikutnya
dengan cara jujur dan tidak berkhianat, serta menjaga konsistensi antara perkataan dan perbuatan.
d. Kepercayaan diri self confidence Pemimpin menunjukkan kepercayaan diri agar dapat menyakinkan para
pengikutnya terhadap keputusan dan tujuan yang harus dicapai.
e. Kecerdasan intelligence Pemimpin harus cukup cerdas agar dapat mengumpulkan, menyatukan,
dan menafsirkan banyak informasi, dapat menciptakan visi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang baik.
f. Pengetahuan yang relevan mengenai pekerjaan job-relevant knowledge Pemimpin yang efektif memiliki pengetahuan tingkat tinggi mengenai
perusahaan, industri, dan permasalahan teknis. g. Extraversion
Pemimpin adalah orang yang energik dan penuh semangat, suka bergaul, tegas, dan jarang sekali berdiam atau menarik diri.
2. Teori Managerial Grid Teori ini dicetuskan oleh Robert Blake dan Jane Mouton sebagaimana yang
penulis kutip dalam Sule dan Saefullah 2010, menjelaskan bahwa terdapat lima gaya kepemimpinan dalam organisasi yaitu:
a. Manajemen yang lemah Improvished Management Gaya kepemimpinan ini memiliki karakteristik yang rendah sekali upaya
yang yang dilakukan baik untuk melakukan pekerjaan maupun membangun tim atau relasi sosial.
b. Manajemen Tugas Authority Compliance Pada gaya ini, pemimpin cenderung lebih berorientasi pada pekerjaan dan
sangat mengabaikan orang-orang.
c. Middle of the Road Management Gaya kepemimpinan seperti ini cukup seimbang dan cukup baik pada
orang-orang maupun pekerjaan. Gaya kepemimpinan seperti ini biasanya merupakan gaya kepemimpinan yang umumnya dimiliki semua orang.
d. Country Club Management Gaya kepemimpinan ini memiliki perhatian yang tinggi pada orang-orang
namun rendah terhadap pekerjaan. Pemimpin yang bergaya seperti ini cocok untuk organisasi yang tidak menekankan pada pekerjaan, tetapi
lebih membangun relasi. e. Manajemen Tim Team Management
Pada gaya kepemimpinan ini, manajer memiliki perhatian yang tinggi kepada pekerjaan sekaligus orang-orang. Tidak mudah untuk memiliki
gaya kepemimpinan ini dan cukup sedikit pemimpin yang menerapkan gaya ini kepada para bawahannya.
3. Teori Kepemimpinan Situasi Hersey dan Blanchard Paul Helsey dan Ken Blanchard sebagaimana dikutip dalam Robbins dan
Coulter 2009 melangkah lebih maju dengan mempertimbangkan tugas dan perilaku lalu menggabungkannya menjadi empat gaya kepemimpinan yaitu:
a. Telling pekerjaan tinggi – relasi rendah
Pemimpin menentukan peranan karyawan dan mengatur apa, kapan, bagaimana, dan dimana karyawan melaksanakan tugasnya.
b. Selling pekerjaan tinggi – relasi tinggi
Pemimpin menunjukkan perilaku yang mengarahkan dan mendukung.
c. Participating pekerjaan rendah – relasi tinggi
Bersama-sama membuat keputusan, dimana pemimpin meiliki peranan sebagai fasilitator dan komunikator.
d. Delegating pekerjaan rendah – relasi rendah
Pemimpin kurang memberikan pengarahan dan dukungan. 4. Teori Jalan Tujuan Path Goal Theory
Model ini diperkenalkan oleh Martin G. Evans dan Robert J. House sebagaimana dikutip dalam Robbins dan Coulter 2010 yang mengatakan
paling tidak ada 4 gaya kepemimpinan berdasarkan jalan tujuan yaitu: a. Pemimpin Direktif, yaitu pemimpin yang cenderung untuk menentukan
langsung apa yang harus dilakukan oleh bawahan dan apa yang diharapkan oleh pemimpin. Pemimpin seperti ini langsung memberikan arah dan
panduan, serta memberikan jadwal kerja yang spesifik. b. Pemimpin Suportif, yaitu pemimpin yang cenderung bersahabat dan
mudah diajak berdialog oleh siapapun, memberikan perhatian penuh pada kesejahteraan bawahan, serta memperlakukan anggota secara setara.
c. Pemimpin Partisipatif, yaitu pemimpin yang cenderung untuk memberikan konsultasi kepada bawahan, mengakomodasikan berbagai masukan, serta
melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. d. Pemimpin Prestatif, yaitu pemimpin yang memiliki visi perubahan dan
standar yang tinggi akan produktivitasnya, memberikan dorongan kepada bawahan untuk berprestasi, dan memotivasi kemampuan karyawan dalam
melakukan pekerjaan.
5. Teori Kepemimpinan Transformatif – Transaksi
a. Kepemimpinan Karismatik Kepemimpinan karismatik dikatakan paling tepat ketika pekerjaan
bawahan memiliki tujuan ideologis atau lingkungannya menimbulkan tekanan dan ketidakpastian yang tinggi, atau ketika sebuah perusahaan
baru memulai bisnis, ataupun sedang menghadapi suatu krisis. Pemimpin yang karismatik memiliki visi, mampu mengartikulasikan visi tersebut,
sensitif terhadap keadaan lingkungan dan kebutuhan karyawan, dan perilaku yang luar biasa.
b. Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan ini mampu menciptakan dan mengartikulasikan visi masa
depan yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik sehingga dapat memperbaiki situasi saat ini.
c. Kepemimpinan Tim Karena kepemimpinan semakin berperan dalam konteks tim serta semakin
banyak organisasi yang menggunakan kerja tim, peranam pemimpin dalam membimbing anggota tim menjadi sangat penting. Pemimpin tim yang
efektif harus dapat menyeimbangkan antara waktu yang tepat untuk membiarkan timnya bekerja dan waktunya ikut campur. Tugas seorang
pemimpin tim terfokus pada dua orientasi, yaitu mengatur batasan-batasan eksternal dan memfasilitasi proses tim.
Dengan adanya teori-teori pendukung di atas, maka lahirlah suatu hipotesis berikutnya dalam penelitian ini yaitu:
H4 : Gaya Kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk.II Medan.
Secara simultan, maka lahirlah suatu hipotesis terakhir dalam penelitian ini yaitu: H5 : Kompensasi finansial, motivasi kerja, lingkungan kerja dan gaya
kepemimpinan berpengaruh secara simultan terhadap prestasi kerja pegawai pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk.II Medan
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu