Penelitian Terdahulu Mengenai Jamur Tiram Putih

20

2.4 Penelitian Terdahulu Mengenai Jamur Tiram Putih

Penelitian terdahulu mengenai jamur tiram putih, khususnya yang membahas tentang aspek produksi dan produktivitas jamur tiram putih sudah cukup banyak dilakukan. Tinjauan Pustaka mengenai hasil-hasil penelitian tersebut diperlukan untuk dapat memberikan pengetahuan baru, masukan, dan hipotesa dugaan awal dalam melakukan kegiatan penelitian mengenai risiko produksi jamur tiram yang tentunya disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan Ginting 2009 yaitu menganalisis risiko produksi jamur tiram putih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan budidaya jamur tiram putih, serta risiko produksinya. Karena jamur mudah sekali rusak maka perlu penanganan khusus dalam proses produksinya, dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pertama jamur sangat terpengaruh oleh perubahan cuaca terutama cuaca saat ini yang sulit diprediksi. Kedua adalah serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan karena karakteristik jamur tiram rentan terhadap hama dan penyakit seperti ulat, Ketiga kurangnya ketersediaan tenaga kerja terampil yang memadai dan selanjutnya adalah teknologi yang digunakan masih kurang baik. Dari risiko yang dihadapi diatas cuaca merupakan faktor dominan yang mempengaruhi produksi jamur tiram putih, karena jamur tiram sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang ekstrem akibat perubahan cuaca yang tiba-tiba. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmayanti 2010 yaitu analisis usaha tani jamur tiram putih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui budidaya jamur tiram putih di kelompok tani tersebut. Untuk menghindari risiko produksi dalam usaha budidaya jamur tiram, menurut peneliti terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu : 1 Pemilihan lokasi, dalam hal ini lokasi yang tepat adalah pada ketinggian 600 sampai 1200 meter dibawah permukaan laut, suhu udara sekitar 20 sampai 30 derajat celcius, lahan produksi dekat dengan sumber bahan baku media tanam, dan terdapat sumber air bersih, 2 Rumah pemeliharaan jamur atau rumah kumbung sebaiknya terbuat dari bilik bambu agar bilik bambu memiliki pori-pori agar ruangan kumbung lebih sejuk, selain itu kuat dan dapat menghemat biaya cost. 21 Media tanam jamur tiram adalah log yang umumnya berisi serbuk kayu gergaji, berikut adalah tahapan membuat log : 1 pengayakan, pencampuran, proses fermentasi, pengisian media ke dalam kantung plastik, proses sterilisasi log, pendinginan, inokulasi bibit, inkubasi, produksi, penyiraman, pengaturan suhu ruangan, dan panen. Masing-masing tahap tersebut memiliki risiko produksi, jika salah satu proses tersebut mengalami masalah maka akan mempengaruhi hasil panen jamur tiram, baik itu dari segi kualitas dan kuantitasnya. Penelitian mengenai jamur tiram putih juga pernah dilakukan oleh Vivandri 2010 yang meneliti tentang pengembangan usaha jamur tiram putih, dari penelitian yang dilakukan tidak jauh berbeda yaitu melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembudidayaan jamur tiram putih. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1 media tanam atau tumbuh, pengaturan proporsi air yang tepat perlu diperhatikan karena apabila kadar air terlalu rendah atau terlalu tinggi, dapat menghambat pertumbuhan jamur, 2 kondisi lingkungan, dari kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, cahaya dan sirkulasi udara. Dari penelitian ini dapat diperoleh informasi adalah bahwa faktor lingkungan menjadi faktor yang sangat berpengaruh cukup besar karena jamur sangat rentan terhadap perubahan suhu yang ekstrim, pengaturan suhu ruangan tempat pemeliharaan jamur dapat disiasati dengan melakukan penyemprotan air bersih yang cukup atau proses pengkabutan, kegiatan ini dilakukan untuk menjaga suhu ruangan kumbung tetap sejuk dan dilakukan apabila suhu didalam kumbung diatas 30 derajat celcius. Penelitian tentang jamur tiram juga dilakukan oleh Halim 2011, yang meneliti tentang strategi pengembangan usaha jamur tiram putih. Usaha budidaya jamur tiram ini dalam sehari memproduksi 500 sampai 600 log, dan alat sterilisasi log masih menggunakan dua drum besar dengan kapasitas yang tidak besar, penggunaan teknologi sterilisasi log sangat pentingan untuk diperhatikan karena jika proses ini tidak dilakukan dengan baik maka kemungkinan tumbuhnya jamur lain yang tidak diharapkan bisa saja terjadi, indikasi tumbuhnya jamur lain dapat dilihat secara kasat mata yaitu munculnya warna hitam atau hijau di dalam log, jamur tersebut menghambat pertumbuhan miselium atau bakal jamur tiram. Log yang 22 terkontaminasi harus langsung dipisahkan lalu dimusnahkan agar tidak menular ke log yang lain. Alat sterilisasi sebaiknya menggunakan autoklaf, alat ini mampu melakukan proses sterilisasi dengan baik dan jumlah kerusakan log pun dapat diminimalisir. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian mengenai jamur tiram putih, khusus nya proses produksi, dapat disimpulkan bahwa proses jamur tiram putih memerlukan perlakuan khusus dalam budidayanya dimana faktor lingkungan seperti kebersihan kumbung, suhu udara, cahaya yang cukup mempengaruhi tumbuhnya jamur secara optimal. Sedangkan untuk faktor cuaca yang merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan, terutama jika musim kemarau agar suhu didalam ruang pemeliharaan dijaga tetap sejuk dapat disiasati dengan proses pengabutan. Secara umum budidaya jamur tiram sangat rentan terhadap risiko kerusakan sebagai akibat dari beberapa faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Penelitian yang akan dilakukan juga mengambil informasi dasar mengenai proses produksi jamur tiram putih dari penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui kaitan risiko dengan proses produksi jamur tiram putih. Tabel 6 menunjukkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai jamur tiram putih. Tabel 6. Penelitian Terdahulu Mengenai Analisis Jamur Tiram Putih No Nama Topik Analisis Risiko Bahasan

1. Ginting 2009 Analisis Risiko Produksi Jamur

Tiram Putih Pada Usaha Cempaka Baru, kab Bogor Pengelolaan, dan risiko produksi jamur tiram putih 2. Rosmayanti 2010 Analisis Usaha Tani Jamur Tiram Putih Kasus Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Taman Sari Budidaya jamur tiram putih 3. Vivandri 2010 Startegi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih Pada Trisno Insan Mandiri Mushroom TIMMUSH Pengembangan budidaya jamur tiram putih 4. Halim 2011 Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih Pleurotus Ostreatus Pada Perusahaan Agrojamur, Cianjur Pengembangan budidaya jamur tiram putih 23

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan penelitian. Pengetahuan diperoleh dari ilmu-ilmu yang dipelajari sebelumnya dari sumber bacaan-bacaan dari buku teks, jurnal, skripsi dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya.

3.1.1 Konsep Risiko

Robison dan Barry 1987, memberikan arti pada risiko risk adalah sebuah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian, risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian uncertainty adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan dengan demikian adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan merugikan, membahayakan dari suatu perubahan atau tindakan, pada umumnya risiko didefinisikan dalam pengertian ketidakpastian Redja, 2001. Menurut Ghozali 2007 risiko dapat didefinisikan sebagai volatilitas outcome, yang umumnya berapa nilai dari suatu aktiva atau hutang perusahaan dalam aktivitasnya menghadapi dua jenis risiko yaitu risiko usaha dan risiko non usaha. Risiko usaha adalah semua risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham. Risiko dalam suatu usaha berhubungan dengan produk seperti inovasi teknologi, desain produk, dan pemasaran produk. Perluasan operasi yang berhubungan dengan besarnya tingkat biaya tetap dan biaya variabel juga merupakan bagian dari risiko usaha. Risiko usaha bagi perusahaan merupakan risiko yang dapat dikendalikan. Sedangkan risiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dikategorikan sebagai risiko non usaha, salah satu dari risiko non usaha