Indikator Penentuan Jenis Sumber Risiko Pada Setiap Kejadian

52 Upaya tersebut dilakukan utnuk menekan pengaruh suhu udara terhadap kemungkinan kerugian dari sisi produktivitas jamur tiram, karena secara tidak langsung pengaruh suhu udara terlihat dari berfluktuasinya hasil panen per bulannya. Pada kurun waktu Januari 2009 sampai Agustus 2010, hasil produksi yang didapat selalu berfluktuasi. Diketahui pula bahwa musim kemarau pada waktu tersebut terjadi pada bulan Juni 2009 hingga September 2009. Pada kurun waktu tersebut terutama pada bulan Juni, July, Agustus 2009 hasil panen jamur tiram mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sekitar satu ton per bulannya jika dibandingkan dengan target produksi normal di Yayasan Paguyuban Ikhlas sekitar 3,5 ton sampai 4 ton per bulannya.

6.2 Indikator Penentuan Jenis Sumber Risiko Pada Setiap Kejadian

Yayasan Paguyuban Ikhlas menghadapi risiko produksi dalam melaksanakan kegiatan budidaya jamur tiram putih, dimana terdapat beberapa faktor yang diindikasikan sebagai sumber dari risiko produksi tersebut. Diantaranya adalah perubahan suhu udara yang ekstrim, kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log, serangan hama serta penyakit. Oleh karena itu perlu ditetapkan indikator untuk menggolongkan jenis sumber risiko pada setiap kejadian yang berisiko yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan budidaya jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Tujuan dari penetapan indikator tersebut adalah untuk menghindari kesalahan penggolongan dari setiap kejadian berisiko yang dapat mengakibatkan proses analisis yang dilakukan tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian. Sumber risiko produksi perubahan suhu udara yang ekstrim diindikasikan oleh kejadian berisiko, ditandai dalam bentuk pertumbuhan tubuh buah jamur yang tidak tumbuh normal cenderung kecil dan kerdil. Perubahan cuaca saat ini sulit untuk diprediksi mengakibatkan perubahan suhu secara tiba-tiba dan sangat mempengaruhi pertumbuhan tubuh buah jamur. Suhu yang dianjurkan agar jamur tumbuh maksimal dan optimal adalah 22 sampai 28 derajat celcius. Tubuh buah jamur tiram yang tumbuh kerdil, dapat diindikasikan dengan jumlah panen yang berfluktuasi. 53 Sumber risiko kesalahan pada saat proses sterilisasi diindikasikan dengan tumbuhnya jamur lain di dalam log, proses Sterilisasi log sendiri menggunakan alat steamer besar yang memiliki kapasitas 1200 log. proses sterilisasi yang kurang baik seperti panas yang tidak merata, melebihi kapasitas steamer yang seharusnya dapat menyebabkan risiko kerusakkan log. Kerusakkan yang sering terjadi dapat terlihat dari banyaknya log yang rusak pada saat proses inkubasi dan pemeliharaan, log yang rusak dapat dilihat dari warna jamur yang tumbuh. Pertumbuhan jamur tersebut bersifat parasit dan dapat merusak bakal jamur atau miselium, dan juga dapat merusak keseluruhan log. Jamur patogen ini sifatnya parasit, maka log yang terkontaminasi harus segera dipisahkan agar tidak menular ke log jamur yang lain. Salah satu fungsi sterilisasi adalah untuk menghilangkan atau membunuh organisme jamur tersebut yang mungkin saja terbawa selama proses persiapan log. Karakteristik log yang telah terkontaminasi adalah adanya noda berwarna hitam atau hijau di dalam log. Kerusakkan tersebut akan melebar sampai menutupi seluruh log jamur tiram. Log yang telah terkontaminasi tetap dapat menghasilkan jamur tiram namun jamur yang dihasilkan kecil dan umumnya agak berbau tidak sedap. Gambar mesin steamer dan log yang terkontaminasi jamur lain dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Gambar 16. Mesin Steamer Gambar 17 Log Yang Terkontaminasi Sumber risiko produksi serangan hama diindikasikan oleh kejadian log yang rusak akibat serangan hama tikus, hama tikus biasanya menyerang log yang sedang diinkubasi. Kerusakan log yang terjadi yaitu plastik yang membungkus media 54 terkoyak atau bolong. Proses pengrusakan log oleh tikus terjadi pada malam hari, karena tikus merupakan jenis hama yang aktif pada malam hari. Hama tikus ini menyerang kumbung tempat penyimpanan log atau kumbung inkubasi yang baru saja diinokulasi bibit, tikus tidak menyerang log yang telah ditumbuhi miselium. Dampak kerusakkan yang terjadi akibat hama tikus ini umumnya terjadi dalam skala yang cukup besar. Indikasi penyakit dapat terlihat dari jumlah kerusakkan log yang sedang dipelihara pada kumbung pemeliharaan, log yang terlalu banyak mengandung air yang dapat menyebabkan penyakit pada log, indikasi log yang berpenyakit yaitu adanya lendir yang berlebihan, dan biasanya disusul dengan munculnya ulat dan kumbang jamur yang bisa menyebabkan tubuh buah jamur tiram rusak, layu dan mati. Indikasi kerusakkan hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. Gambar 18. Log Rusak Akibat Hama Gambar 19. Log Terkena Penyakit

6.3 Analisis Probabilitas Risiko Produksi