Kerugian Sosial dan Ekonomi Kemacetan Analisis Kerugian Ekonomi Pengguna Kendaraan Bermotor akibat Analisis Hirarki Proses AHP

30

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat dampak sosial dari kemacetan lalu lintas melalui kuesioner . Metode kuantitatif menggunakan metode Loss of Earnings LoE dan metode AHP Analisis Hirarki Proses yang akan diolah dengan menggunakan Microsoft excell 2007 dan Expert Choice 2000 . Tabel 5. Metode Pengolahan Data No Tujuan Penelitian Alat Analisis Teknik Pengumpulan data Responden 1 Mengkaji kerugian sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari kemacetan Deskriptif- kualitatif Kuesioner N= 240 116 supir, 65 pegawai swasta, 13 pelajar atau mahasiswa, 15 orang PNS, 31 orang wiraswasta 2 Menganalisis besarnya kerugian masyarakat akibat adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi Kuantitatif dengan Microsoft excel 2007 Kuesioner N= 240 116 supir, 65 pegawai swasta, 13 pelajar atau mahasiswa, 15 orang PNS, 31 orang wiraswasta 3 Menganalisis alternatif kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi AHP Analisis Hirarki Proses dengan expert choice 2000 Kuesioner dan interview. N= 3 Kepala Satuan Lalu Lintas, Kepala Dinas Perhubungan, Kepala Dinas PU Sumber : Penulis, 2011

4.4.1. Kerugian Sosial dan Ekonomi Kemacetan

Data yang diperlukan untuk mengkaji kemacetan ini meliputi dampak yang dirasakan oleh responden ketika mengalami kemacetan lalu lintas. Dampak 31 yang dialami bisa berupa stress, waktu yang terbuang, kehilangan bahan bakar, dan lain-lain. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

4.4.2. Analisis Kerugian Ekonomi Pengguna Kendaraan Bermotor akibat

Adanya Kemacetan Data yang diperlukan untuk dalam penelitian ini adalah data mengenai penggunaan BBM saat kendaraan melaju normal dan saat terkena macet. Selain itu, data mengenai rata-rata penghasilan yang didapat dari responden juga diperlukan untuk menghitung penghasilan yang hilang akibat adanya kemacetan. Perhitungan ini menggunakan perhitungan rata-rata contoh. Rata-rata merupakan suatu nilai pusat data bila data itu dijumlahkan kemudian dibagi oleh banyaknya sampel yang ada. Rata-rata contoh untuk menghitung pengeluaran BBM adalah sebagai berikut Walpole, 1993 : Ave C = ∑ n i=1 Ci Ave C = ∑ n i=1 Ci n n Dimana : Ave C = Rata-rata pengeluaran biaya BBM dalam keadaan lalu lintas normal Ave C = Rata-rata pengeluaran biaya BBM dalam keadaan lalu lintas macet Ci = Pengeluaran biaya BBM saat kondisi normal Ci = Pengeluaran biaya BBM saat kondisi macet n = Jumlah responden Selain itu, perhitungan penghasilan yang hilang juga menggunakan perhitungan rata-rata contoh. Rata-rata contoh untuk menghitung penghasilan yang hilang loss of earnings adalah sebagai berikut Walpole, 1993 : Ave i = ∑ n i=1 i i Ave t = ∑ n i=1 t i Ave E = Ave i n n Ave t Dimana : Ave i = Rata-rata pendapatan responden i i = Pendapatan responden Ave t = Rata-rata durasi kemacetan t i = Durasi kemacetan Ave E = Rata-rata penghasilan yang hilang n = Jumlah responden 32

4.4.3. Analisis Hirarki Proses AHP

Analisis Hirarki Proses AHP merupakan metode diaplikasikan dengan menggunakan beberapa langkah. Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki. 2. Penilaian kriteria dan alternatif. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty 1988, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan- pertimbangan yang berdekatan Sumber : Saaty 1980 Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan 33 dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini : Tabel 7. Contoh matriks perbandingan berpasangan A1 A2 A3 A1 1 - - A2 - 1 - A3 - - 1 Sumber : Saaty, 1993 Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 6. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung direct, yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. 3. Penentuan Prioritas. Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan 34 prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan. Adapun tahapan-tahapannya yaitu sebagai berikut: 1. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan. 2. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks. 3. Konsistensi Logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut Suryadi dan Ramdhani, 1998: Hubungan kardinal : a ij . a jk = a ik Hubungan ordinal : A i A j , A j A k maka A i A k Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut : a. dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang. b. dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang. Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 35 a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris. c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λ maks. e. Indeks Konsistensi CI = λ maks-n n-1 f. Rasio Konsistensi = CI RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0,1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. Analisis Hirarki Proses AHP memiliki berbagai kelebihan. Adapun kelebihan AHP yaitu : 1. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. 2. AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 3. Hasil yang didapat lebih rinci, karena dapat dilihat pembobotan untuk tiap alternatif. 4. AHP memberikan penilaian terhadap konsistensi logis dari pertimbangan- pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 5. Dapat melihat perbandingan tiap kriteria untuk masing-masing alternatif. 6. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 7. Digunakan pada pembobotan global. 8. Hanya memerlukan satu langkah metode saja untuk mencari suatu alternatif. 36 Analisis Hirarki Proses AHP juga memiliki kekurangan seperti metode lainnya. Adapun kekurangan metode AHP yaitu: 1. Pengisian kuesioner sulit, karena responden diminta untuk membandingkan satu per satu tiap kriteria dengan range penilaian yang sangat luas dan memerlukan ketelitian dalam mengisi kuesioner. 2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. 3. Metode AHP tidak disertai dengan kekurangan serta kelebihan dari masing- masing alternatif. 4. Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal.

4.4.4. Perbedaan SWOT dengan AHP