Kerugian Sosial terhadap Pengguna Kendaraan Bermotor

53

VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN

BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda sudah menjadi suatu kebiasaan umum bagi pengguna kendaraan bermotor. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain banyaknya pabrik yang terdapat di sepanjang jalan tersebut, bertambahnya jumlah kendaraan, serta pertambahan jumlah penduduk. Adanya arus globalisasi membuat kawasan Cicurug dan Parungkuda menjadi suatu kawasan yang dicari oleh investor untuk menanamkan modalnya di kawasan tersebut mengingat biaya produksi yang lebih murah dibanding dengan tempat lain. Hal ini dapat mendatangkan banyak keuntungan bagi pemerintah daerah karena dapat menambah Pendapatan Asli Daerah PAD. Keadaan ini yang menyebabkan banyak berdirinya pabrik-pabrik yang menyerap banyak tenaga kerja. Mobilitas tenaga kerja tersebut menjadi salah satu faktor spesifik terjadinya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda.

6.1. Kerugian Sosial terhadap Pengguna Kendaraan Bermotor

Hasil penelitian terhadap 240 responden di sepanjang jalan Cicurug- Parungkuda menunjukkan bahwa kemacetan merupakan situasi yang sangat merugikan sehingga berdampak pada sosial pengguna kendaraan bermotor itu sendiri. Umumnya setiap responden yang pernah mengalami kemacetan langsung memberikan tanggapan negatif. Kerugian sosial terhadap kendaraan bermotor berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 10. 54 Tabel 10 . Persepsi Pengguna Kendaraan Bermotor Mengenai Kerugian Sosial Kemacetan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Dampak Jenis Pekerjaan Total PS PM PNS S W Telambat 36 66,67 8 14,81 10 18,52 0 0,00 0 0.00 54 Tidak Disiplin 30 18,40 7 4,29 11 6,75 90 55,21 25 15,34 163 Menguras Waktu 65 27,08 13 5,42 15 6,25 116 48,33 31 12,92 240 Mengurangi jam Kerja atau Belajar 61 63,54 13 13,54 15 15,63 0 0 7 7,29 96 Lelah 57 29,38 3 1,55 10 5,15 100 51,55 24 12,37 194 Stress 53 32,12 3 1,84 5 3,07 76 46,63 26 15,95 163 Sumber : Data Primer, 2011 Keterangan : PS = Pegawai Swasta S = Supir PM = Pelajar atau Mahasiswa W = Wiraswasta PNS = Pegawai Negeri Sipil Tabel 10 memperlihatkan bahwa seluruh responden menyatakan setuju bahwa kemacetan dapat menguras waktu pengguna kendaraan bermotor. Tidak hanya menguras waktu, pengguna kendaraan bermotor juga sering merasakan lelah dan stress. Hilangnya waktu merupakan opportunity cost yang harus ditanggung oleh para pengguna kendaraan bermotor dimana waktu tersebut bisa digunakan untuk suatu aktivitas yang mendatangkan keuntungan secara sosial budaya maupun ekonomi. Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa responden yang menyatakan merasakan lelah saat terjadi kemacetan yaitu sebanyak 194 orang atau sebesar 80,83 persen dari total keseluruhan responden. Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar pengguna kendaraan bermotor merasakan lelah saat mereka terjebak kemacetan. Energi yang dibutuhkan menjadi lebih besar saat terjebak dalam kemacetan karena mereka harus lebih fokus dalam berkendara. Pengguna kendaraan bermotor yang berprofesi sebagai supir merupakan responden yang paling merasakan adanya kelelahan tersebut. Sebanyak 100 orang supir merasakan kelelahan saat mereka terjebak dalam kemacetan karena jalan raya tersebut 55 merupakan jalur trayek yang harus mereka lewati setiap saat dimana jalan tersebut memiliki intensitas kemacetan tinggi sepanjang waktu. Rasa lelah yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan tingkat emosional menjadi lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan stress. Sebanyak 163 responden merasakan adanya stress saat mereka terjebak dalam kemacetan. Sebanyak 76 orang supir merasakan stress saat terjebak kemacetan 46,63 persen dari jumlah responden yang merasakan stress. Kelelahan yang berkepanjangan serta adanya pengaruh terhadap penghasilan yang diterima merupakan penyebab stress yang dirasakan oleh supir. Selain supir, pegawai swasta juga merasakan hal yang sama. Sebanyak 53 orang pegawai swasta merasakan stress saat terjebak dalam kemacetan 31,12 persen dari jumlah responden yang merasakan stress. Pegawai swasta di sekitar jalan Cicurug-Parungkuda sebagian besar merupakan buruh pabrik sehingga mereka harus memiliki energi yang cukup besar untuk bekerja. Adanya kemacetan menyebabkan rasa lelah serta terkurasnya energi, sehingga saat mereka tiba di tempat kerja kondisi fisik dan mental tidak sebanding dengan tuntutan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan energi yang besar. Hal tersebut merupakan penyebab stress yang dirasakan oleh pegawai swasta. Kerugian lain yang teridentifikasi saat terjebak kemacetan yaitu dapat mengurangi jam kerja atau belajar. Seluruh responden yang berprofesi sebagai PNS, pelajar atau mahasiswa, serta hampir seluruh pegawai swasta merasakan kerugian tersebut. Kemacetan dapat mengakibatkan pelajar terlambat masuk kelas sehingga mereka kehilangan waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk belajar. Begitu pula dengan PNS dan pegawai swasta, mereka terlambat tiba di 56 tempat kerja sehingga mereka kehilangan waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk bekerja. Adanya kemacetan juga membawa pengaruh negatif terhadap pengguna kendaraan bermotor. Sebanyak 90 supir 55,21 persen dari jumlah responden yang tidak disiplin dan 30 orang pegawai swasta 18,40 persen dari jumlah responden yang tidak disiplin berperilaku tidak disiplin saat mereka terjebak dalam kemacetan. Mereka sering menerobos bahu jalan bahkan jalanan khusus pejalan kaki agar mereka bisa mengefisienkan waktu. Hal tersebut sudah menyalahi aturan yang berlaku dimana bahu jalan tidak diperkenankan untuk pengguna kendaraan bermotor kecuali dalam keadaan darurat. Selain itu, supir angkutan umum selalu berhenti di tempat yang terlarang. Perilaku yang tidak disiplin ini menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan. Pengaruh negatif lainnya yang terjadi akibat adanya kemacetan yaitu terlambat. Terlambat juga sudah menjadi kebiasaan yang sering dirasakan oleh para pengguna kendaraan bermotor karena seringnya terjebak dalam kemacetan. Sebanyak 36 pegawai swasta 66,67 persen dari jumlah responden yang terlambat sering terlambat untuk bekerja atau belajar. Keterlambatan itu sudah menjadi dampak yang negatif karena mereka sudah menyalahi aturan yang berlaku dimana pegawai dan pelajar atau mahasiswa harus datang tepat pada waktunya untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.

6.2. Kerugian Ekonomi terhadap Pengguna Kendaraan Bermotor