dengan materi, atau dengan mengisahkan dari seorang nabi Allah atau wali Allah atau juga dengan humor yang tidak berlebihan. Kemudian saya
mengulas kembali apa-apa yang telah saya sampaikan dengan kata-kata yang mudah dicerna oleh para jama’ah. Saya ajak komunikasi aja dengan jama’ah
seperti dengan menanyakan, “gimana, faham atau tidak?”, atau dengan saya
membuka waktu tanya jawab di dalam atau di luar majelis taklim. Selain itu juga, saya akan selalu men-support
kepada jama’ah untuk terus selalu menggali ilmu, dimana pun mereka berada. Dan selalu memberikan motivasi
kepada jama’ah untuk selalu belajar, belajar, dan belajar menuntut ilmu agar tercapai apa-apa yang dituntut dan mendapat ridha Allah
Ta’ala. Dan selain itu, memperbanyak jaringan, teman, pengetahuan dan lain sebaginya, agar
dakwah bisa tersebar luas.
Narasumber Pewawancara
Ustadz Suhro Suhaemi Choirul Roziqin
Keterangan:
“P” = Pertanyaan
“
J” = Jawaban
WAWANCARA KEPADA USTADZ SUHRO SUHAEMI SELAKU PENGAJAR PENGAJIAN DI MUSHALLA AN-NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA
JAKARTA BARAT
Narasumber : Ustadz Suhro Suhaemi pengajar
Pewawancara : Choirul Roziqin peneliti
Waktu : Jum’at, 03 Mei 2013
Pukul : 13.00 WIB - selesai
1. P
: Bagaimana dakwah menurut ustadz? J
: D akwah itu adalah ajakan, artinya kita sebagai da’i mengajak, diri sendiri,
keluarga, teman- teman, jama’ah dan orang-orang di luar Islam untuk
beribadah kepada Allah SWT, menjalankan semua perintah-Nya, dan menjauhi segala larangannya-Nya. Karena dakwah itu ada dua yah, yang
pertama dakwah intern dan ekstern. Intern artinya dakwah ke sesame Islam, dan dakwah ekstern adalah dakwah ke luar agama Islam.
2. P
: Metode dakwah apa saja yang ustadz gunakan? J
: Jadi, metodenya itu, mencari metode yang termudah, yang dapt diserap oleh jama’ah, tentunya berupa tausiah, selain itu tanya jawab, atau juga tertulis
juga, praktek juga, tapi tergantung dari jama’ahnya, kalau memang jama’ahnya yang memerlukan praktek ya, maka praktek digunakan. Jadi,
macam-macam, ada yang metode yang secara tertulis, ada yang berupa tausiah, secara metode tanya jawab.
3. P
: Apa rujukan dari metode tersebut? J
: Tentunya tidak keluar dari kitab karangan para ulama, karena mereka adalah pakar dari alquran dan alhadist, artinya yang berbicara sebagai pakarnya, jadi,
saya hanya menyambung lidah dari para ulama, karena para ulama yang dapat kita pegang pemahamannya dan pendapatnya, karena tidak pernah keluar dari
al-Qur ’an dan al-Hadist, artinya, para ulama itu, rujukannya kepada al-Qur’an
dan al-Hadist.
4. P
: Apakah metode tersebut sudah efektif menurut ustadz? J
: Iya, termasuk sudah efektif menurut saya, tapi, bagi mereka yang ilmunya sudah ada sehingga lebih mudah diserap, kecuali yang ilmunya belum ada,
kalau ilmunya belum ada, sulit juga memang, jadi memang tergantung dari tingkatan-
tingkata jama’ah juga, bagi mereka orang-orang yang ahli fikir mau berfikir, tentunya cepat memahami, kemudian cepat diserap juga, tapi bagi
mereka yang bukan ahli fikir malas mikir, tentunya agak juga berat menurut mereka, tentan metode saya ini, karena memang saya, ketika memberikan
penjelasan itu, tidak pernah keluar dari definisi dan fakta, atau ta‟rif dan dalil.
Nah, ini juga sesuai dengan ilmu mantiq, ilmu mantiq itukan isinya dua yah, satu adalah untuk mengetahui kepada
ta‟rif artinya definisi, kedua untuk mengetahui kepada dalil artinya fakta. Dan bahkan menurut Imam Ghazali
“fa man lam ya‟rif bil‟ilmil mantiq la yusaku bil‟ilmihi” artinya “barang siapa
yang tidak mengerti kepada ilmu mantiq atau ilmu logika, maka dia tidak bisa
dipercaya ilmunya” karena dia tidak mengetahui kepada definisi dan kepada fakta.
5. P