19
mau‟izhatun yang mengandung arti pengajaran atau nasihat.
13
Dan kata al-Hasanah berasal dari hasanatun yang mengandung arti perbuatan
yang baik.
14
Metode ini merupakan sebuah nasihat yang baik berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, yang
diberikan oleh da’i kepada para mad’u sehingga dapat diterima, berkenan di hati, menyentuh perasaan, lurus di pikiran , menghindari
sikap kasar sehingga mad’u rela hati dan atas kesadarannya mengikuti ajaran yang disampaikan oleh da’i.
15
Jadi, seorang da’i dalam berdakwah atau menyampaikan materi agama atau memberi nasihat
penuh dari hati ke hati Cara penyamapain Metode ini dapat melalui beberapa bentuk,
di antaranya melalui penuturan kisah-kisah umat terdahulu, dalam bentuk peringatan atau dalam bentuk berita yang menggembirakan,
serta dalam bentuk pelukisan surga dan neraka beserta penghuninya.
16
c. Metode Bi al-Mujadalah
Metode Bi al-Mujadalah adalah cara berdakwah menggunakan jalan berdiskusi. Metode ini adalah cara atau jalan terakhir dalam
berdakwah. Dimana apabila kedua metode di atas Metode Dakwah Bi al-Hikmah dan Metode Bi al-Mauizhah al-Hasanah dirasa tidak
cukup. Sayyid Qutub menyatakan bahwa dalam menerapkan metode ini ada yang perlu diperhatikan yaitu:
13
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah, 1989, h. 502.
14
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah, 1989, h. 103.
15
Syamsul Munir, Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, cet. Ke-1, h. 99-100.
16
M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997, cet. Ke-1, h. 29.
20
1 Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekan, karena
tujuan metode ini bukan semata mencari kemenangan, akan tetapi memudahkan mereka agar sampai pada titik kebenaran.
2 Tujuan metode ini semata-mata untuk menunjukkan kebenaran
sesuai ajaran Allah SWT. Berdasarkan definsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode dakwah bi al-Mujadalah merupakan metode yang diberikan oleh seorang da’i yang memberikan kesempatan kepada mad’u untuk
menanyakan sesuatu yang belum dipahami. Bisa juga sesuatu yang sudah dipahami oleh mad’u namun, mad’u masih menginginkan yang
lebih mendalam lagi.
5. Bentuk-bentuk Dakwah
Dalam penyampaian dakwah dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk dakwah, yaitu:
a. Dakwah bi al-Lisan
Dakwah bi al-Lisan ini adalah sebuah penyampaian dakwah melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi secara langsung antara
da’i dan mad‟u obyek dakwah.
17
Syamsul Munir dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah,
mengatakan bahwa dakwah bi al-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan
ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. Dari aspek jumlah barangkali dakwah melalui lisan ceramah dan lainnya ini
17
Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 42.
21
sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah masyarakat.
18
Metode ceramah lisan sebagai jembatan dari pada isi yang terdapat dalam hati. Sebuah perkataan yang baik, benar, masuk akal
dan tepat mengenai sasaran akan menjadikan mad’u tersentuh, sehingga akrirnya bisa kembali ke jalan yang benar, serta diridhai oleh
Allah SWT. Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT Surat al- Nisa4: 63, berikut:
ْم ل ْلق ْم ْ ع ْم ْنع ْضرْعاف ْم ّْ لق ْيف ام ها ملْعي نْي َلا ك ل ا إًغْيلّ اًلْ ق ْم سفْنا ْيف
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada
mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
19
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa pemilihan kata-kat yang baik dapat menjadikan mad’u tertarik dengan agama Islam. Seorang
da’i adalah seorang sosok figure yang dapat memberikan ketenangan iman, jiwa dan perasaan mad’u, maka sepatutnya seorang da’i
menyampaikan kata- kata yang baik untuk para mad’u.
b. Dakwah bi al-Hal
Dakwah ini merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan mad’u.
Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Sepertti, dakwah dengan membangun rumah
18
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, h. 11
19
Muhammad Saifudin, Syaamil Al- Qur‟an Miracle The Reference Jakata: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011, h. 281.
22
sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit.
20
Dakwah ini diletakkan kepada perubahan dan perhatian kondisi material lapisan masyarakat miskin. Dengan
perbaikan kondisi material itu diharapkan dapat mencegah kecenderungan ke arah kekufuran karena desakan ekonomi.
21
Menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat secara luas, seperti dengan cara mewujudkan gamelan sekatan, kesenian wayang
kulit yang sarat berisikan ajaran Islam, merintis permainan-permainan anak yang berisikan ajaran Islam, mengajarkan lagu-lagu daerah yang
disisipi dengan ajaran Islam, serta mendirikan sebuah pesantren.
22
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dakwah bi al-Hal ini adalah sebuah dakwah yang dilakukan oleh da’i untuk mengatasi
kebutuhan dan kepentingan para mad’u khususnya dalam Bidang
Ekonomi, Pendidikan, dan Masyarakat. Ketika dakwah ini sampai dan tepat kepada seseorang yang membutuhkannya, maka tujuan dakwah
untuk mengajak seseorang ke jalan yang benar akan lebih mudah diterima.
c. Dakwah bi al-Qalam
Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah melalui tulisan baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet,
koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Serta tidak membutuhkan waktu secara khusus
20
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, h. 178.
21
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, h. 182
22
Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar sejarah dakwah Jakarta: Kencana, 2007, h. 176.