2.3.3.2 Produksi Production
Tahap produksi adalah seluruh kegiatan pengambilan gambar shooting baik di studio maupun di luar studio. Proses ini disebut juga dengan taping. Perlu
dilakukan pemeriksaan ulang setelah kegiatan pengambilan gambar selesai dilakukan. Jika terdapat kesalahan, maka pengambilan gambar dapat diulang
kembali. Morissan, 2008 Menurut Darwanto 2007, hal-hal yang temasuk dalam kegiatan produksi,
yaitu ukuran pengambilan gambar, gerakan kamera, sudut kamera, tata cahaya, tata suara, tata artistik dan penyutradaraan atau pengarahan.
1. Ukuran Pengambilan Gambar
Menurut Darwanto 2007, gambar atau aspek visual dari suatu acara televisi atau video yang tampak di layar kaca monitor adalah hasil dari
serangkaian pengambilan gambar atau shooting dalam kegiatan produksi. Ada beberapa ukuran pengambilan gambar shots, yaitu Long Shot LS,
Medium Long Shot MLS, Very Long Shot VLS, Wide Angle Sudut Lebar, Medium Shot MS, Close Up CU, Medium Close Up MCU,
Big Close Up BCU, Two Shot, Three Shot dan Group Shot. a.
Long Shot LS Long Shot LS, yaitu pengambilan gambar secara keseluruhan tubuh
dari kepala sampai kaki dan latar belakang akan tampak semua.
Gambar 2.2 Pengambilan Gambar Long Shot LS
Sumber: Print Screen Video Hand Made b.
Medium Long Shot MLS Medium Long Shot MLS, yaitu pengambilan gambar mulai dari
bagian kepala sampai tepat di bawah lutut.
Gambar 2.3 Pengambilan Gambar Medium Long Shot MLS
Sumber: Print Screen Video Hand Made c.
Very Long Shot VLS Very Long Shot VLS, yaitu pengambilan gambar menunjukkan
orang yang berada di tengah lingkungan sekitarnya. Dalam ukuran VLS ini, lingkungan di sekitar orang itu terlihat lebih dominan. VLS
akan menampilkan panorama yang memenuhi layar.
Gambar 2.4 Pengambilan Gambar Very Long Shot VLS
Sumber: Print Screen Video Hand Made
d. Wide Angle Sudut Lebar
Wide Angle Sudut Lebar, yaitu pengambilan gambar yang memasukkan keadaan sekeliling, jadi sudut lebar akan memberikan
pandangan atas keseluruhan keadaan.
Gambar 2.5 Pengambilan Gambar Wide Angle Sudut Lebar
Sumber: Print Screen Video Hand Made e.
Medium Shot MS Medium Shot MS, yaitu pengambilan gambar mulai dari bagian
kepala sampai pinggang.
Gambar 2.6
Pengambilan Gambar Medium Shot MS Sumber: Print Screen Video Hand Made
f. Close Up CU
Close Up CU, yaitu pengambilan gambar mulai dari bagian kepala sampai bahu.
Gambar 2.7 Pengambilan Gambar Close Up CU
Sumber: Print Screen Video Hand Made g.
Medium Close Up MCU Medium Close Up MCU, yaitu pengambilan gambar mulai dari
bagian kepala sampai dada.
Gambar 2.8 Pengambilan Gambar Medium Close Up MCU
Sumber: Print Screen Video Hand Made h.
Big Close Up BCU Big Close Up BCU, yaitu pengambilan gambar hanya tampak bagian
tertentu, seperti mata dengan bagian-bagian yang terlihat jelas.
Gambar 2.9 Pengambilan Gambar Big Close Up BCU
Sumber: Print Screen Video Hand Made i.
Two Shot Two Shot, yaitu pengambilan gambar dengan objek dua orang.
Gambar 2.10 Pengambilan Gambar Two Shot
Sumber: Print Screen Video Hand Made j.
Three Shot Three Shot, yaitu pengambilan gambar dengan objek tiga orang.
Gambar 2.11 Pengambilan Gambar Three Shot
Sumber: Print Screen Video Hand Made k.
Group Shot Group Shot, yaitu pengambilan gambar dengan objek sekelompok
orang group.
Gambar 2.12 Pengambilan Gambar Group Shot
Sumber: Print Screen Video Hand Made
2. Gerakan Kamera
Menurut Darwanto 2007, ada beberapa cara menggerakkan kamera atas arahan produser atau asisten produser yang dapat menghasilkan jenis
pengambilan gambar shots, yaitu stand cam, pan, tilt, track dan zoom. a.
Stand Cam Stand cam, yaitu kamera berdiri diatas penyangga atau tripod sejajar
dengan objek gambar dan tidak mengalami pergerakan kamera.
Gambar 2.13 Gerakan Kamera Stand Cam
Sumber: Darwanto, 2007 b.
Pan Pan, yaitu pergerakan kamera secara horizontal dengan menggunakan
penyangga kamera tripod, yang terdiri atas gerakan kamera dari kiri ke kanan disebut Pan kanan Pan Right dan gerakan kamera dari
kanan ke kiri disebut Pan kiri Pan Left.
Gambar 2.14 Gerakan Kamera Pan Right dan Pan Left
Sumber: Darwanto, 2007 c.
Tilt Tilt, yaitu pergerakan kamera secara vertikal dengan menggunakan
penyangga kamera tripod, yang terdiri atas gerakan kamera dari bawah ke atas disebut Tilt Up dan gerakan kamera dari atas ke bawah
disebut Tilt Down.
Gambar 2.15
Gerakan Kamera Tilt Up dan Tilt Down Sumber: Darwanto, 2007
d. Track
Track, yaitu
pergerakan kamera
secara horizontal
dengan menggunakan orang sebagai penyangga kamera kemudian mengikuti
gerakan objek atau penyangga kamera tripod beroda dilengkapi rel, yang terdiri atas gerakan kamera sejajar dengan gerakan objek disebut
Follow Track dan gerakan kamera mengelilingi objek, sedangkan objek sebagai pusat gerakan disebut Revolve Track atau Arc.
Gambar 2.16
Gerakan Kamera Follow Track dan Revolve Track Arc Sumber: Darwanto, 2007
e. Zoom
Zoom, yaitu manipulasi lensa kamera untuk menghasilkan perubahan gambar secara cepat. Zoom In, yaitu pergerakan kamera dengan
memutar lingkaran zoom pada kamera, dimulai dengan sudut pengambilan gambar yang melebar wide dan kemudian bergerak
mendekati ke arah objek. Zoom Out, yaitu pergerakan kamera dengan memutar lingkaran zoom pada kamera, dimulai dari close up pada
suatu objek dan kemudian objek terlihat bergerak menjauh dari kamera yang secara umum memperlihatkan lingkungan di sekitar objek.
3. Sudut Kamera
Menurut Darwanto 2007, terdapat beberapa jenis sudut kamera untuk pengambilan gambar, yaitu high angle, straight angle dan low angle.
Gambar 2.17 Jenis Sudut Kamera Pengambilan Gambar
Sumber: Darwanto, 2007 a.
High Angle High angle, yaitu sudut kamera pengambilan gambar dengan posisi
kamera lebih tinggi dari objek yang diambil, digunakan untuk memberi penjelasan situasi dan untuk memberi tekanan dramatis.
b. Straight Angle
Straight angle, yaitu sudut kamera pengambilan gambar dengan posisi kamera sejajar dengan ketinggian mata objek yang diambil, digunakan
untuk suatu acara yang gambarnya tetap. c.
Low Angle Low angle, yaitu sudut kamera pengambilan gambar dengan posisi
kamera lebih rendah dari objek yang diambil, digunakan untuk memberikan tekanan sifat seseorang.
4. Tata Cahaya
Menurut Darwanto 2007, ada tiga jenis cahaya yang dihasilkan dari pemasangan lampu pada produksi acara televisi, yaitu key light, fill light
dan back light. a.
Key Light Key light merupakan cahaya atau sinar utama. Sinar yang digunakan
key light, merupakan seberkas sinar dari hard light dan terfokus pada subjek. Banyaknya sumber cahaya untuk key light, tergantung dari
banyaknya sudut pengambilan kamera. Penyinaran key light dapat menimbulkan bayangan, dapat pula memberikan tekanan pada segi
yang menarik dari wajah subjek, membantu membentuk dimensi pada kepala dan wajah subjek serta mendukung design dengan
membawakan arah penyinaran yang ingin ditunjukkan misalnya: cahaya dari jendela, lewat pintu atau dari langit-langit suatu ruangan.
Penempatan key light, yaitu pada sudut 20 °-40° ke samping kiri atau
kanan garis pada hidung nose line dan 30 °-40° di atas subjek.
b. Fill Light
Fill light dipergunakan untuk mengurangi atau menghilangkan bayangan yang ditimbulkan oleh key light. Fill light dapat
menghilangkan kesan wajah keras, dengan cara mengurangi kontras yang disebabkan oleh key light. Pemasangan fill light, yaitu pada sudut
30 ° di sebelah view line dan berlawanan dengan posisi key light.
c. Back Light
Back light dipergunakan bagi seluruh dimensi gambar. Apabila tidak mempergunakan back light, gambar yang dihasilkan akan datar, tidak
tajam atau tidak berbentuk. Back light yang dipasang pada sisi lain dari key light atau dipasang di belakang, tepat di tengah-tengah dan
membentuk garis pada hidung nose line, karena back light dipasang di belakang subjek, kamerawan dalam menempatkan kameranya
jangan sampai lensa di arahkan ke cahaya yang datang dari back light. Penyinaran melalui back light, akan membentuk garis tepi dari bentuk
subjek, sehingga memisahkan dari latar belakang. Latar belakang yang gelap, subjek cukup terpisah apabila digunakan intensitas back light
yang lebih rendah. Dengan cara ini subjek terlihat nyata sekali bila dibandingkan dengan back light yang latar belakangnya terang.
5. Tata Suara
Menurut Darwanto 2007, untuk produksi acara televisi diperlukan jenis microphone yang mudah dibawa dan digunakan di dalam studio maupun
luar studio. Selain itu, microphone peka terhadap suara, tetapi dapat meredam gangguan suara dari luar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan dan memilih jenis microphone, yaitu:
a. Dekatkan microphone yang akan digunakan dengan sumber suara dan
perhatikan arah microphone-nya.
b. Hati-hati dan perhatikan saat pemasangan microphone, agar tidak ada
suara yang tidak diperlukan masuk ke dalam microphone dan gunakan wind screen untuk menutup suara akibat gangguan angin.
c. Perhatikan kemungkinan timbulnya gema di dalam ruangan. Agar
lebih baik mengikuti gerakan sumber suara, gunakan jenis microphone pole boom atau fish pole.
Microphone untuk pelaksanaan produksi acara televisi disesuaikan dengan penggunaannya, yaitu jenis boom microphone dan wireless FM
microphone. a.
Boom Microphone Boom microphone, yaitu jenis microphone yang digunakan di luar
studio. Teknik penggunaan jenis boom microphone, yaitu dengan teknik seperti orang memancing fish pole.
Gambar 2.18 Penggunaan Boom Microphone
Sumber: Darwanto, 2007 b.
Wireless Microphone Wireless microphone, yaitu jenis microphone yang digunakan di dalam
studio maupun di luar studio. Cara penggunaan jenis wireless
microphone, yaitu dengan cara dipasang pada kamera dan dipasang atau disisipkan pada bagian tubuh belakang pembawa acara atau artis
pendukung.
Gambar 2.19 Penggunaan Wireless Microphone
Sumber: Darwanto, 2007 6.
Tata Artistik Menurut Darwanto 2007, tata artistik pada produksi acara televisi adalah
suatu perekayasaan seni yang bersifat mendukung keberhasilan pembuatan acara televisi. Karena acara televisi mempunyai sifat audio visual, maka
yang termasuk dalam lingkup tata artistik adalah tata dekorasi, property, tata rias, tata rambut, tata busana, grafik dan ilustrasi musik.
a. Tata Dekorasi
Dekorasi di dalam studio maupun di luar studio dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mendekati keadaan sebenarnya, sehingga dapat
membawa imajinasi khalayak pemirsa ke alam apa yang sedang disaksikannya.
b. Property
Dalam penyediaan dan pengadaan property pengisi dekorasi termasuk alat peraga, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan naskah
yang akan diproduksi.
c. Tata Rias
Dalam penataan rias bagi pembawa acara maupun artis pendukung, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan naskah yang akan
diproduksi. d.
Tata Rambut Dalam penataan rambut bagi pembawa acara maupun artis pendukung,
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan naskah yang akan diproduksi.
e. Tata Busana
Dalam penataan busana bagi pembawa acara maupun artis pendukung, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan naskah yang akan
diproduksi. f.
Grafik Grafik tidak hanya berbentuk tulisan, melainkan dapat dalam bentuk
gambar, peta, sketsa, dan sebagainya. Berbagai dukungan yang bersifat grafis merupakan kelengkapan informasi pesan
yang akan disampaikan.
g. Ilustrasi Musik
Dalam pembuatan ilustrasi musik, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan naskah atau mengikuti suasana alur cerita yang akan
diproduksi.
7. Penyutradaraan atau Pengarahan
Menurut Darwanto 2007, dalam memproduksi acara televisi dibutuhkan pengarah acara. Beberapa hal yang dilakukan oleh pengarah acara dalam
kegiatan produksi, yaitu: a.
Pengarah acara harus menilai acaranya Pekerjaan yang tidak mudah adalah menilai pekerjaan yang sedang
dilaksanakan. Kemudian memberikan pandangan yang se-objektif mungkin atas pekerjaan yang sedang dikerjakan. Meski pekerjaan itu
hanya dapat dirasakan, misalnya terasa menjemukan. Jika terjadi demikian, maka pengarah acara segera mengambil langkah secepatnya.
b. Pengarah acara harus melihat monitor
Apabila produksi acara tanpa melakukan latihan, pengarah acara harus membuat naskah dan rundown, yang berisikan bagian-bagian dari
gerakan pokok dan hal lain yang dianggap perlu. Saat operasional pengarah acara selalu memperhatikan monitor, dengan tujuan untuk
melihat gerakan-gerakan berikutnya. c.
Pengarah acara harus menepati waktu Menyiarkan acara televisi dimulai dan diakhiri sesuai waktu yang
tercantum di acara. Pengarah acara harus mampu membagi waktu dan mengendalikan waktu, sehingga waktu yang telah ditetapkan dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin.
d. Pengarah acara harus mampu memberikan komando
Pengarah acara dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan seluruh kerabat kerja. Dalam memberikan petunjuk, agar
digunakan bahasa komando yang telah disepakati bersama.
2.3.3.3 Pasca Produksi Post Production
Tahap pasca produksi adalah semua kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali.
Kegiatan yang termasuk dalam pasca produksi antara lain penyuntingan editing, memberikan narasi dubbing, mixing dan titling. Morissan, 2008
1. Editing
Pada tahap pasca produksi bagian editing merupakan bagian yang akan mensortir hasil shooting. Editing dibagi dua bagian, yaitu off line editing
dan on line editing. a.
Off Line Editing Off line editing, membatasi pekerjaan pada pengurutan hasil mentah
shooting, menjadi sebuah hasil yang rapi namun kasar, umumnya hanya cut to cut video namun hasilnya sudah menjadi sebuah storyboard yang
urut dan rapi tanpa efek apapun. b.
On Line Editing On line editing, banyak melakukan proses polesan gambar hasil cut to
cut hasil off line editing, seperti solving perpindahan gambar secara halus dan efek-efek gambar yang variatif.
c. Dubbing Narasi
Dubbing, melakukan pengisian narasi pada hasil on line editing, agar dihasilkan produksi acara yang lebih hidup nuansanya.
d. Mixing
Mixing, memberikan efek suara atau meng-edit suara pada hasil on line editing, agar dihasilkan produksi acara yang lebih hidup nuansanya.
e. Titling
Titling, menambahkan teks atau tulisan pada hasil on line editing, agar dihasilkan produksi acara yang bersifat informatif dan lebih hidup
nuansanya.
2.4 Multimedia
Menurut IBM, multimedia adalah gabungan video, audio, grafik dan teks dalam suatu produksi bertingkat berbasis komputer yang dapat dialami secara
interaktif atau menurut McCormick multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga elemen yaitu suara, gambar dan teks atau menurut Robin dan
Linda multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan
video. Juhaeri, 2008
2.4.1 Definisi Multimedia
Suyanto 2003, beberapa definisi dari multimedia adalah : a.
Menurut Rosch 1996, multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video.
b. Menurut McCormick 1996, multimedia secara umum merupakan
kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks. c.
Menurut Turban, dkk 2002, multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat berupa
audio suara dan musik, animasi, video, teks, grafik dan gambar. d.
Menurut Robin dan Linda 2001, multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang
mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. e.
Menurut Hofstetter 2001, multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar
bergerak video dan animasi dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi,
berkreasi dan berkomunikasi.
2.4.2 Sejarah Multimedia
Menurut Suyanto 2003, menyatakan bahwa istilah multimedia berawal dari teater, bukan komputer. Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu
medium sering kali disebut pertunjukan multimedia. Pertunjukan multimedia mencakup monitor video dan karya seni manusia sebagai bagian dari pertunjukan.
Sistem multimedia dimulai pada akhir 1980-an, sejak permulaan tersebut hampir setiap pemasok perangkat keras dan lunak melompat ke multimedia. Pada tahun
1994 diperkirakan ada lebih dari 700 produk dan sistem multimedia di pasaran.
2.4.3 Elemen Multimedia