Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang setinggi-tingginya. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Kualitas hasil belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa bukti dari seseorang yang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku dalam aspek-aspek tertentu seperti pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. 1 Pendapat serupa dikemukakan oleh WS Winkel yang menyatakan bahwa hasil 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2001, h. 30. 2 belajar yang dihasilkan oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuanpengalaman dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap. 2 Salah satu indikator keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran tercermin dari nilai evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. 3 Keberhasilan suatu proses pembelajaran itu sendiri ditentukan oleh kualitas komponen-komponen terkait dalam pendidikan persekolahan. Komponen utama yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tersebut adalah kualitas pembelajaran yang dirancang oleh guru, sistem dan lingkungan yang mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang humanis, dinamis, interaktif dan menyenangkan. Setiap pendidik menginginkan peserta didiknya memiliki hasil belajar yang baik. Oleh sebab itu, berbagai upaya akan dilakukan guru untuk mencapai keinginan tersebut di antaranya dengan memanfaatkan metode- metode pembalajaran yang dipandang tepat dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode pembelajaran mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat berlaku untuk materi pelajaran apapun termasuk Ilmu Pengetahuan Sosial. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS disebut juga sebagai synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi. IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam 2 WS Winkel, Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999, h. 102. 3 Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007, h.75. 3 nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial social science, maupun ilmu pendidikan. Social Scence Education Council SSEC dan National Council for Social Studies NCSS, menyebut IPS sebagai Social Science Education dan Social Studies. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. 4 Dalam belajar IPS desain pembelajaran yang dirancang seorang guru berperan penting dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran pada suatu temakonsep. Seorang guru yang pandai memilih dan menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang variatif, tepat dan sesuai dengan temakonsep yang disajikan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam aktivitas pembelajaran akan dapat menggugah motivasi siswa dalam menggunakan ide-ide, mengekspresikan dan mengaktualisasikan segenap kemampuan yang dimiliki. Agar peserta didik dapat berkompetisi secara sehat dan wajar untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dalam hal ini guru cukup memfasilitasi, mengarahkan, dan membimbing para peserta didik untuk mengembangkan diri, bakat dan potensinya, sehingga mereka dapat mencapai hasil yang tinggi atau mutu yang baik dalam bidang studi IPS. Uraian di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan dicapai. Oleh karenanya dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru dituntut untuk menguasai beberapa metode mengajar dan siap digunakan secara tepat sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. Suatu hal yang harus dipahami guru, dalam kaitannya dengan penggunaan metode pembelajaran, bahwa teori dan praktik pendidikan modern memposisikan siswa bukan sebagai penerima yang pasif yang banyak membutuhkan pengawasan, tetapi merupakan subyek yang aktif bertindak, berfikir, serta yang harus dibantu untuk dapat merealisasikan dan 4 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h. 11. 4 mengendalikan potensi-potensi yang dimiliki. Untuk itu metode pembelajaran yang ditetapkan oleh guru haruslah sejalan dengan eksistensi siswa sebagai individu yang aktif. Di antara metode pembelajaran yang menurut penulis pandang sesuai dengan teori dan praktik pendidikan modern adalah metode kooperatif. Metode kooperatif merupakan metode yang dapat meningkatkan kemajuan belajar, sikap siswa yang lebih positif, meningkatkan rasa sosial dan individual, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang karena siswa berdiskusi sesama teman dalam proses pembelajaran. Hal ini selaras dengan Johnson dan Smith yang dikutip oleh Anita Lie dalam bukungan Cooperative Learning “Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lainnya dan membangun pengertian dan pengetahuan yang sama.” 5 Metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman-pengalaman belajar. Bahkan dengan pembelajaran kooperatif terdapat suatu permainan dan kompetisi yang dapat meningkatkan aktivitas, minat dan motivasi siswa. Karena proses pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental, maka siswa dapat dengan mudah memahami teori-teori yang disajikan. Pada pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, diantaranya yaitu; Students Teams Achievement Division STAD, Jigsaw, Teams Games Tournament TGT, Think Pair Share TPS, Numbered Head Together NHT, Group Investigation GI, dan lain-lain. Namun dari beberapa model pembelajaran tersebut, model pembelajaran yang banyak dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Students Teams Achievement Division STAD. Jigsaw dan Students Teams Achievement Division STAD merupakan dua tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang sama-sama dapat 5 Anita Lie, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007, h. 6. 5 mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses diskusi kelompok dan saling membantu satu sama lain dalam menguasai materi pelajaran. Lain dari pada itu dalam pelaksanaan kedua tipe tersebut guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai dengan 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Perbedaan antara keduanya adalah pada pembelajaran kooperataif tipe Jigsaw setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi yang berbeda. Sedangkan pada pembelajaran kooperataif tipe Students Teams Achievement Division STAD setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi yang sama. 5 Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa metode kooperatif baik teknik jigsaw maupun STAD merupakan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi, minat, aktivitas, meningkatkan rasa sosial dan individual serta kreatifitas siswa dalam belajar. Penggunaan teknik jigsaw maupun STAD dalam pembelajaran IPS sangatlah penting untuk dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian yang mengkaji perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti proses belajar mengajar menggunakan teknik jigsaw dengan siswa yang mengikuti proses belajar mengajar menggunakan teknik STAD. Adapun judul dari penelitian tersebut adalah: “PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TEKNIK PEMBELAJARAN STAD”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di identifikasikan sebagai berikut: 1. Apakah metode kooperatif mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang studi IPS? 5 Crys Fajar Partana, Kajian Efektifitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Pada Mata Pelajaran IPA Aspek Kimia di SMP 2 Mlati Slemen, dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2, h. 153-154. 6 2. Apakah penggunaan metode yang variatif mempengaruhi aktivitas belajar siswa? 3. Adakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode koopertaif tipe jigsaw? 4. Adakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode koopertaif tipe jigsaw? 5. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe STAD? 6. Apakah hasil belajar IPS yang dicapai siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division STAD?

C. Pembatasan Masalah

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

0 3 122

Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw sebagai upaya mengatasi miskonsepsi siswa terhadap konsep sel : penelitian tindakan kelas di MA Pembangunan UIN Jakarta

2 7 189

Bimbingan terhadap siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi UAN di SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan

0 20 83

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

5 21 92

Peningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui model kooperatif tipe stad: penelitian tindakan kelas di SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan

0 4 162

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF ANTARA METODE JIGSAW PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF ANTARA METODE JIGSAW DENGAN METODE STAD DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI (Studi Eksperi

0 2 15