Deskripsi Karakteristik Sampel Variabel Dominan

34

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Karakteristik Sampel

Penelitian terhadap sampel sebanyak 72 orang pasien yang dirawat di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU dilakukan dengan menggunakan metode Discreapancy Index. Pengukuran terhadap sampel dilakukan sebanyak dua kali, kemudian dilakukan uji statistik untuk reabilitas pengukuran. Diperoleh perbedaan angka pengukuran pertama dan kedua tidak lebih besar dari 0,1 mm dengan uji statistik. Dengan demikian pengukuran mempunyai realibilitas yang cukup baik. 23 Gambaran karakteristik pasien terdiri dari laki-laki 15 orang 20,8 dan perempuan sebanyak 57 orang 79,2. Pekerjaan pasien terdiri dari ibu rumah tangga, mahasiswa, pegawai, pelajar SMA dan wiraswasta. Pasien yang terbanyak adalah mahasiswa sebesar 45 orang 62,5. Distribusi karakterisktik pasien dapat dilihat dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Tabel 4.1. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien di Rumah Sakit Gigi Mulut dan Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 No Jenis Kelamin Jumlah orang Persentase 1. 2. Laki-laki Perempuan 15 57 20,8 79,2 Total 72 100 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Distribusi Berdasarkan Pekerjaan pada Pasien di Rumah Sakit Gigi Mulut dan Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 No Pekerjaan Jumlah orang Persentase 1. 2. 3. 4. 5. Ibu RT Mahasiswa Pegawai Pelajar SMA Wiraswasta 3 45 13 10 1 4,2 62,5 18,1 13,8 1,4 Total 72 100 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.2. Perbedaan Tingkat Kompleksitas Maloklusi

Pertama sekali seluruh sampel diberi skor. Total skor memperlihatkan tingkat kompleksitas maloklusi. Perbedaan tingkat kompleksitas dibagi berdasarkan maloklusi Klas I, maloklusi Klas II dan maloklusi Klas III dengan kategori rendah, sedang dan tinggi Tabel 4.3. Tabel 4.3. Perbedaan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Tingkat Kompleksitas Rendah DI 16 Sedang DI 16-25 Tinggi DI 25 No Maloklusi Jumlah orang Jumlah orang Jumlah orang Nilai p 1. Klas I 9 31 13 44,8 7 24,2 0,002 2. Klas II 2 5,6 12 33,3 22 61,1 3. Klas III 1 14,3 3 42,9 3 42,9 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah Universitas Sumatera Utara Maloklusi Klas III Maloklusi Klas II Maloklusi Klas I Count 30 20 10 Tingkat Kompleksitas DI 16 = Rendah DI 16-25 = Sedang DI 25 = Tinggi Dari hasil uji Anova, ada perbedaan tingkat kompleksitas terhadap maloklusi Klas I, maloklusi Klas II dan maloklusi Klas III F hit = 6,717, F tab = 3,13. Nilai F hit F tab sehingga Ho ditolak yang menunjukkan adanya perbedaan, nilai signifikansi adalah 0,002. Diagram batang menunjukkan tingkat kompleksitas terbesar pada maloklusi Klas II dengan kategori : tinggi, DI 25 61,1. Pada maloklusi Klas III, persentase terbesar yaitu pada tingkat kompleksitas : sedang dan tinggi 42,9. Sedangkan pada maloklusi Klas I, persentase terbesar adalah pada tingkat kompleksitas : sedang 44,8. Gambar 4.1. Distribusi Tingkat Kompleksitas pada Pasien di Rumah Sakit Gigi Mulut dan Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Universitas Sumatera Utara 4.3. Hubungan Variabel Maloklusi dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi Klas I, Maloklusi Klas II dan Maloklusi Klas III.

4.3.1. Overjet

Pada Tabel. 4.4 diperoleh bahwa skor Overjet tertinggi pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas tinggi yaitu pada range 7,1 - 9 mm 28,6. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi, skor tertinggi pada range 9 mm 80. Maloklusi Klas III dengan kompleksitas sedang, skor terbesar pada range 0 mm 50. Nilai F hit = 1,597, F tab = 2,36 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,173. Tabel 4.4. Persentase Overjet dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Overjet Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1. 0 mm 50 50 1,597 2. 1-3 mm 12,5 18,8 12,5 6.3 25 18,8 6,3 3. 3,1-5 mm 17,4 21,7 26,1 26,1 4,3 4,3 4. 5,1-7 mm 11,8 11,8 17,6 5,9 5,9 35,3 11,8 5. 7,1-9 mm 14,3 14,3 28,6 42,9 6. 9 mm 20 80 7. Negative Oj 25 37,5 37,5 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah Universitas Sumatera Utara

4.3.2. Overbite

Overbite Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas rendah memiliki skor Overbite tertinggi pada range 5,1-7 mm 22,2. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas sedang memiliki skor tertinggi pada range impinging 100. Maloklusi Klas III dengan kompleksitas tinggi memiliki skor terbesar pada range 0-3 mm 5,7. Nilai F hit = 0,690, F tab = 2,50 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,561. Tabel 4.5. Persentase Overbite dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi Klas I pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Overbite Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1 0 -3 mm 11,4 20 8,6 5,7 17,1 22,9 5,7 2,9 5,7 0,69 2 3,1-5 mm 11,1 18,5 11,1 14,8 37 3,7 3,7 3 5,1-7 mm 22,2 11,1 11,1 11,1 44,4 4 Impinging 100 100 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.3.3. Anterior Openbite

Pada Tabel. 4.6, diperoleh bahwa skor Anterior Openbite hampir merata pada maloklusi Klas I baik pada kompleksitas rendah, sedang, maupun tinggi yaitu 50. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas sedang, skor tertinggi pada dua gigi 66,7. Universitas Sumatera Utara Maloklusi Klas III tidak ditemukan Anterior Openbite. Nilai F hit = 0,566, F tab = 2,5 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,688. Tabel 4.6. Persentase Anterior Openbite dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Anterior Openbite Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1 - 11,5 16,4 8,2 3,3 16,4 32,8 3,3 3,3 4,9 0,566 2 0 edge to edge 50 50 3 1 gigi 50 25 25 4 2 gigi 66,7 33,3 5 3 gigi 50 50 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.3.4. Lateral Crossbite

Lateral Crossbite Tabel 4.7 menunjukkan bahwa maloklusi Klas I dengan kompleksitas tinggi memiliki skor Lateral Crossbite sebesar 20 ditemukan pada dua gigi. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi memiliki skor terbesar 100 pada satu gigi. Maloklusi Klas III dengan kompleksitas sedang dan tinggi memiliki skor terbesar pada dua gigi 20. Nilai F hit = 2,270, F tab = 3,13 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,111. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Persentase Lateral Crossbite dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Lateral Crossbite Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1. - 14,3 20,6 9,5 3,2 15,9 28,6 3,2 1,6 3,2 2,27 2. 1 gigi 100 3. 2 gigi 20 40 20 20 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.3.5. Crowding

Pada Tabel. 4.8 diperoleh bahwa skor Crowding tertinggi pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas sedang yaitu pada range 5,1 - 7 mm 30. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi, skor tertinggi pada range 7 mm 42,9. Maloklusi Klas III dengan kompleksitas tinggi, skor terbesar pada range 7 mm 9,5. Nilai F hit = 2,44, F tab = 2,51 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,055. Tabel 4.8. Persentase Crowding dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Crowding Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1. - 50 16,7 16,7 16,7 2,44 2. 0 -3 mm 12,5 12,5 4,2 8,3 33,3 25 4,2 3. 3,1-5 mm 18,2 9,1 9,1 9,1 36,4 9,1 9,1 4. 5,1-7 mm 10 30 20 10 30 5. 7 mm 23,8 9,5 4,8 42,9 4,8 4,8 9,5 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah Universitas Sumatera Utara

4.3.6. Oklusi Molar

Oklusi Molar Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas sedang memiliki skor Oklusi Molar tertinggi pada hubungan end on Klas IIIII 20. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi memiliki skor terbesar pada hubungan beyond Klas II 100. Maloklusi Klas III dengan kompleksitas sedang dan tinggi memiliki hubungan full Klas III 7,7. Nilai F hit = 1,124, F tab = 2,50 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,345. Tabel 4.9. Persentase Oklusi Molar dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Oklusi Molar Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1 Klas I 15,8 18,4 10,5 5,3 13,2 31,6 2,6 2,6 1,124 2 End on Klas IIIII 15 20 10 20 20 5 5 5 3 Full Klas IIIII 15,4 7,7 23,1 38,5 7,7 7,7 4 Beyond Klas IIIII 100 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.3.7. Lingual Posterior x-bite

Pada Tabel. 4.10, diperoleh bahwa skor Lingual Posterior x-bite tertinggi pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas tinggi yaitu pada dua gigi 33,3. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi, skor terbesar pada empat gigi 100. Maloklusi Universitas Sumatera Utara Klas III dengan kompleksitas tinggi, skor terbesar pada dua gigi 33,3. Nilai F hit = 0,636, F tab = 2,50 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,594. Tabel 4.10. Persentase Lingual Posterior x-bite dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Lingual Posterior x-bite Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1. - 14,8 16,7 11,1 3,7 14,8 31,5 1,9 3,7 1,9 0,636 2. 1 gigi 7,1 28,6 21,4 28,6 7,1 7,1 3. 2 gigi 33,3 33,3 33,3 4. 4 gigi 100 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.3.8. Buccal Posterior x-bite

Buccal Posterior x-bite Tabel 4.11 menunjukkan bahwa pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas sedang memiliki skor Buccal Posterior x-bite tertinggi pada satu gigi 36,4. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi memiliki skor terbesar pada empat gigi 100. Maloklusi Klas III dengan kompleksitas tinggi memiliki skor terbesar pada dua gigi 33,3. Nilai F hit = 2,297, F tab = 2,50 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,085. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11. Persentase Buccal Posterior x-bite dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Buccal Posterior x- bite Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1. - 15,8 15,8 10,5 3,5 21,1 26,3 3,5 1,8 1,8 2,297 2. 1 gigi 36,4 45,5 9,1 9,1 3. 2 gigi 33,3 33,3 33,3 4. 4 gigi 100 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.3.9. Sudut ANB

Pada Tabel. 4.12, diperoleh bahwa skor sudut ANB umumnya pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas sedang, yaitu pada range -1,5° – 5,5° mm 22,4. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi, skor terbesar pada range 5,5° mm 72,7. Pada maloklusi Klas III besar sudut ANB ditemukan merata pada kompleksitas rendah, sedang, dan tinggi, dengan skor terbesar pada range -1,5° mm 33,3. Nilai F hit = 0,943, F tab = 3,13 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,471. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12. Persentase Sudut ANB dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi Pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 No Skor Sudut ANB Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1. -1,5° 33,3 33,3 33,3 0,943 2. -1,5° – 5,5° 15,5 22,4 12,1 3,4 15,5 24,1 1,7 1,7 3,4 3. 5,5° 27,3 72,7 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.3.10. Sudut SNGoGn

Sudut SNGoGn Tabel 4.13 menunjukkan bahwa pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas sedang memiliki skor Sudut SNGoGn tertinggi pada range 27° - 37° 25. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi memiliki skor terbesar pada range 37° 43,8. Maloklusi Klas III dengan kompleksitas tinggi memiliki skor terbesar pada range 37° 63. Nilai F hit = 1,265, F tab = 3,13 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,270. Tabel 4.13. Persentase Sudut SNGoGn dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Sudut SNGoGn Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F 1. 27° 8,3 8,3 16,7 50 8,3 8,3 1,265 2. 27° - 37° 18,2 25 6,8 4,5 15,9 20,5 2,3 2,3 4,5 3. 37° 6,3 12,5 31,3 43,8 63 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah Universitas Sumatera Utara

4.3.11. Sudut IMPA

Pada Tabel. 4.14, diperoleh bahwa skor sudut IMPA tertinggi pada maloklusi Klas I dengan kompleksitas sedang yaitu pada range ≥ 98° 18,2. Maloklusi Klas II dengan kompleksitas tinggi, skor terbesar pada range ≥ 98° 36,4. Maloklusi Klas III dengan kompleksitas sedang dan tinggi, memiliki skor yang sama terbesar pada range 98° 7,1. Nilai F hit = 1,085, F tab = 3,98 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,392. Tabel 4.14. Persentase Sudut IMPA dengan Tingkat Kompleksitas Maloklusi pada Pasien di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 Maloklusi Klas I Maloklusi Klas II Maloklusi Klas III Nilai No Skor Sudut IMPA Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi 5 F 1. 98° 17,9 17,9 7,1 17,9 21,4 3,6 7,1 7,1 1,085 2. ≥ 98° 9,1 18,2 11,4 4,5 15,9 36,4 2,3 2,3 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.3.12. Dan Lain-lain

Anomali yang banyak ditemukan sebagai tambahan Tabel 4.15 adalah pergeseran midline 36,2 dan Kurva Spee yang dalam 27,7. Melalui uji Anova diperoleh nilai F hit = 2,285, F tab = 2,51 Nilai F hit F tab sehingga Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan p : 0,069. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15. Distribusi Anomali Dan lain-lain pada Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2006-2009 No Jenis Anomali Jumlah N Persentase Nilai F 1. - 18 19,1 2,285 2. Agenesis 4 4,3 3. Anomali ukuran 3 3,2 4. Diskrepansi CR- CO 7 7,4 5. Kurva Spee dalam 26 27,7 6. Pergeseran Midline 34 36,2 7. Supernumerari 2 2,1 Sumber: : Hasil Penelitian, 2009 data diolah

4.4. Variabel Dominan

Dari tabel 4.16 nilai rerata variabel maloklusi skor DI yang dominan pada Klas I adalah : sudut IMPA 3,62, crowding 3,03, overjet 1,97, dan lain lain 1,93. Untuk maloklusi Klas II variabel yang dominan adalah : sudut IMPA 6,44, sudut ANB 5,11, sudut SNGoGn 3,11 dan crowding 3,11. Sedangkan untuk variabel yang dominan pada maloklusi Klas III meliputi : crowding 4,71, sudut ANB 4,14, dan lain-lain 4,29 serta oklusi 2,00. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16. Nilai Rerata Variabel Skor DI pada Maloklusi Klas I, II, III