Kendala Perwakafan Tanah di Kecamatan Rantau Utara

Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV KENDALA DAN SOLUSI DALAM PERWAKAFAN TANAH

A. Kendala Perwakafan Tanah di Kecamatan Rantau Utara

1. Kendala yang berkaitan dengan Wakif a. Sikap mental sebagian Wakif yang berprinsip bahwa wakaf adalah ibadah, sehingga tidak perlu untuk diketahui orang apalagi sampai harus memakai akta. Ada anggapan bahwa tanah wakaf adalah milik Allah semata dan tidak akan pernah ada pihak yang berani mengganggu gugat. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan Wakif terhadap prosedur perwakafan tanah. b. Dijumpai Wakif yang telah meninggal dunia, namun ahli waris wakif tersebut tidak mengetahui adanya perwakafan tanah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya akta atau bukti yang menerangkan telah terjadi perwakafan, akibatnya ahli waris Wakif masih menganggap bahwa tanah yang telah diwakafkan tersebut adalah haknya. 2. Kendala yang berkaitan dengan Nazhir a. Organisasi Nazhir perorangan yang terdiri dari beberapa orang yang diharapkan mengkoordinir Nazhir di desa belum dapat terwujud, akibatnya setiap bidang tanah wakaf dinazhiri seorang saja. 81 Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009 b. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia Nazhir wakaf. Hal ini disebabkan banyak Nazhir yang diserahi tanah wakaf lebih didasarkan pada kepercayaan kepada para tokoh agama seperti Kyai atau Ustadz, tanpa mempertimbangkan kualitas kemampuan manajerialnya, sehingga tanah wakaf banyak yang tidak produktif karena pengelolaannya kurang optimal. c. Adanya Nazhir yang meninggal dunia, kemudian digantikan oleh ahli warisnya tetapi tidak segera melakukan perubahan dalam sertifikasi wakaf, sehingga kemudian dianggap tanah wakaf tersebut sebagai warisan turun menurun. 3. Kendala yang berkaitan dengan masyarakat a. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan pengelolaan perwakafan secara transparan atau terbuka yang bisa mendatangkan masukan dari masyarakat secara luas. b. Masyarakat menilai bahwa pengelolaan wakaf selama ini kurang profesional dan amanah. Akibatnya, wakaf justru lebih banyak membebani masyarakat, bahkan yang membuat masyarakat prihatin pemeliharaan dan pembinaan tanah wakaf diambilkan dari dana-dana sumbangan seperti di bis kota, jalan raya, pasar, dan rumah ke rumah. 4. Kendala yang berkaitan dengan pensertifikatan tanah wakaf a. Tidak ada dana untuk proses sertifikasi tanah itu sendiri untuk tanah yang belum bersertifikasi sebelum menjadi tanah wakaf. Issabella Rambey : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, 2008. USU Repository © 2009 Nazhir yang diserahi tugas untuk mensertifikatkan tanah wakaf tersebut adalah menjadi kewajiban Nazhir, bukan menjadi penggunaan Wakif lagi. b. Proses persertifikatan tanah wakaf memakan waktu yang lama disebabkan sering terjadi kurang kelengkapnya berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pendaftaran tanah wakaf sehingga harus dikembalikan lagi kepada KUA untuk dilengkapi. c. Petugas dari Kantor Pertanahan yang hendak melakukan pengukuran mengalami kesulitan karena transportasi yang sulit ke lokasi terdapatnya tanah wakaf. Selain itu, batas-batas tanahnya tidak jelas karena tidak ada tanda batas sehingga banyak pihak yang memiliki tanah yang berdekatan dengan tanah wakaf tersebut merasa keberatan.

B. Solusi Atas Kendala yang Dihadapi Dalam Perwakafan Tanah di