ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

15

2.3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

28,30,32-34 Etiologi muntah pada PONV merupakan multifaktorial. Faktor-faktor penyebabnya dapat diklasifikasikan berdasarkan rangkaian waktu yang dapat diamati pada pasien yaitu : 1. Faktor – faktor pasien a. Umur : kejadian PONV 5 pada bayi, 25 pada anak usia dibawah 5 tahun, 42 – 51 pada anak umur 6 – 16 tahun dan 14 – 40 pada orang dewasa. b. Gender : wanita dewasa akan mengalami PONV 2 – 4 kali lebih sering dibandingkan laki – laki, kemungkinan disebabkan hormon pada perempuan. c. Obesitas BMI ≥ 30 kgm 2 : pada pasien gemuk lebih mudah terjadi PONV karena jaringan lemak yang berlebihan dapat menyimpan obat – obat anestesi atau karena produksi estrogen yang berlebihan oleh jaringan lemak. d. Motion sickness : pasien yang mudah mengalami motion sickness merupakan predisposisi untuk PONV. e. Pemanjangan waktu pengosongan lambung : pasien dengan gangguan intra abdominal, diabetes melitus, hipotiroid, kehamilan, peningkatan tekanan intrakranial, banyak menelan darah dan lambung penuh meningkatkan resiko terjadinya PONV. f. Perokok : pasien yang bukan perokok akan lebih cenderung mengalami PONV. 2. Faktor – faktor praoperatif a. Puasa : puasa yang lama atau baru saja makan akan meningkatkan kejadian PONV. b. Ansietas : stres dan kecemasan secara fisiologi dapat menyebabkan muntah. Universitas Sumatera Utara 16 c. Alasan operasi : operasi dengan peningkatan tekanan intrakranial, obstruksi saluran pencernaan, kehamilan, atau pasien dengan kemoterapi dapat meningkatkan kejadian PONV. d. Premedikasi : atropin sulfat akan memperpanjang waktu pengosongan lambung dan mengurangi tonus esofageal. Opioid cth. morfin dan pethidin dapat meningkatkan sekresi asam lambung, menurunkan motilitas saluran cerna dan memperlambat pengosongan lambung. Hal-hal di atas akan menstimulasi CTZ dan menambah pelepasan 5HT 3 dari sel-sel enterochromaffin disertai pelepasan ADH. 3. Faktor – faktor intraoperatif a. Faktor anestesi i. Intubasi : stimulasi mekanoreseptor aferen faring dapat menyebabkan muntah. ii. Anestetik : anestesi yang terlalu dalam atau inflasi lambung sewaktu ventilasi tekanan positif dengan masker dapat menyebabkan muntah. iii. Anestesia : gerakan kepala pasien setelah sadar menyebabkan perangsangan vestibular yang tiba-tiba dan meningkatkan kejadian PONV. iv. Obat – obat anestesi : opioid yang diberikan sebagai premedikasi mempunyai reseptor di CTZ, meningkatkan efek inhibisi GABA, menurunkan aktifitas dopaminergik dan menyebabkan pelepasan 5HT 3 di otak sehingga meningkatkan kejadian PONV. Pemakaian etomidat dan methohexital juga berhubungan dengan tingginya angka kejadian PONV dibandingkan thiopental. Universitas Sumatera Utara 17 v. Agen inhalasi : eter dan cyclopropane menyebabkan kejadian PONV yang tinggi karena pelepasan katekolamin. Sevofluran, enfluran, desfluran dan halothan berhubungan dengan rendahnya derajat PONV. N 2 O mempunyai peranan yang bermakna untuk terjadinya PONV. Mekanisme muntah akibat N 2 O terjadi karena kerjanya pada reseptor opioid sentral, perubahan tekanan dari telinga bagian tengah, stimulasi saraf simpatis dan distensi lambung. b. Teknik anestesi Kejadian PONV diprediksi lebih rendah dengan anestesi spinal dibandingkan dengan anestesi umum karena tidak menggunakan N 2 O dan anestesi inhalasi. Pada anestesi regional, emesis intraoperasi dan paska operasi berhubungan dengan pemakaian opioid neuraksial dan hipotensi. c. Faktor pembedahan : i. Lokasi operasi : berhubungan dengan tingginya kejadian dan keparahan PONV. Sebagai contoh operasi abdomen, mata, THT, gigi, orthopedic shoulder, laparoskopi, ginekologi, payudara, plastik, bedah saraf dan operasi pada pasien-pasien anak seperti strabismus, adenotonsilektomi dan orchidopexy. ii. Lama operasi : setiap penambahan waktu operasi 30 menit akan meningkatkan resiko PONV sampai 60 sehingga resiko yang awalnya hanya 10 meningkat menjadi 16 sesudah 30 menit. Universitas Sumatera Utara 18 4. Faktor – faktor paska operatif Nyeri, pusing, pasien bedah rawat jalan, pemberian diet yang terlalu cepat dan konsumsi opioid paska operasi. Pemberian rutin profilaksis untuk mencegah PONV pada semua pasien yang menjalani pembedahan tidak direkomendasikan karena tidak semua pasien yang menjalani pembedahan akan timbul PONV. Pemberian profilaksis kadang- kadang justru menimbulkan efek samping dari obat sehingga biaya pengobatan bertambah besar. Oleh sebab itu, kita harus selektif dalam memilih pasien yang beresiko untuk mengalami PONV. 35 Bagaimanapun, pengertian mengenai faktor resiko PONV belumlah lengkap. Untuk mengerti tentang patofisiologi dan faktor resiko PONV menjadi sulit oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti banyaknya reseptor dan stimulus mual muntah. Setidaknya ada 7 neurotransmiter yang telah diketahui berperan dalam terjadinya PONV seperti serotonin, dopamin, muskarinik, asetilkolin, neurokinin-1, histamin dan opioid. Pengertian mengenai faktor resiko PONV mengalami peningkatan sejak awal 1990-an dengan adanya analisis stastistik yang lebih baik dan stratifikasi. Perkembangan prediksi PONV menggunakan sistem skoring berdasarkan penelitian dan publikasinya dalam menentukan antiemetik profilaksis, menuntun kita untuk mengaplikasikan faktor resiko tersebut sehari – hari. 2 Universitas Sumatera Utara 19 Tabel 2.3-1. Faktor resiko PONV dan kategori berdasarkan bukti yang signifikan Apfel CC, Roewer N. Postoperative Nausea and Vomitting, Anaesthetist, 2004, Vol.

53, Hal. 377-389

34

2.4. APLIKASI SISTEM SKORING

Dokumen yang terkait

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

4 93 98

Perbandingan Efek Penambahan Neostigmin Methylsulfate 25mg Dan 50mg Pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 Mg Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Dan Efek Samping Mual Muntah Dengan Anestesi Spinal Operasi Ekstremitas Bawah

0 52 79

Perbandingan Kejadian Mual Muntah Pada Pemberian Tramadol Suppositori 100 mg Dan Tramadol Intravena 100 mg Sebagai Analgetik Paska Bedah Pada Operasi Ekstremitas Bawah Dengan Spinal Anestesi

1 78 66

Perbandingan Efek Akupunktur pada Titik Pericardium 6 (PC6) dengan Ondansetron 4mg Intravena untuk Mencegah Mual Muntah Paska Operasi Pada Pasien yang Dilakukan Anestesi Umum Intubasi dengan Skor APFEL 3-4

4 46 70

Perbandingan Kombinasi Ondansetron 2mg IV Dengan Deksametason 4mg IV Dan Ondansetron 4 mg IV Dengan Deksametason 4mg IV Sebagai Profilaksis Pada Pasien Resiko Tinggi Mual Muntah Setelah Operasi Yang Menjalani Tindakan Operasi Dengan Anestesi Umum Intubas

7 51 69

Perbandingan Antara Skor Apfel Dengan Skor Koivuranta Terhadap Prediksi Terjadinya Post Operative Nausea And Vomiting Pada Anestesi Umum

14 100 56

Perbandingan Penurunan Resiko Kejadian Mual Muntah Paska Operasi Dengan Pemberian Midazolam 0,035 mg/kg/iv dan Ondansetron 4 mg/iv Pada Pasien Dengan Skor Apfel 3-4 yang Dilakukan Anestesi Umum

3 75 118

Penggunaan Skor Apfel Sebagai Prediktor Kejadian Mual dan Muntah Pascaoperasi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

1 4 9

Perbandingan Efek Penambahan Neostigmin Methylsulfate 25mg Dan 50mg Pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 Mg Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Dan Efek Samping Mual Muntah Dengan Anestesi Spinal Operasi Ekstremitas Bawah

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FISIOLOGI NYERI - Perbandingan Kejadian Mual Muntah Pada Pemberian Tramadol Suppositori 100 mg Dan Tramadol Intravena 100 mg Sebagai Analgetik Paska Bedah Pada Operasi Ekstremitas Bawah Dengan Spinal Anestesi

0 1 17