Penatalaksanaan Kanker Paru TINJAUAN PUSTAKA

2.8. Penatalaksanaan Kanker Paru

Penatalaksanaan kanker paru dilakukan berdasarkan jenis histologis kanker, stadium penyakit, tampilan umum performance status dan keuangan. Secara umum pilihan terapi untuk NSCLC dan SCLC adalah combined modality therapy multi-modality therapy, berupa bedah, radioterapi dan kemoterapi dan terapi lain. 1,11 Penanganan Bedah Penanganan bedah hanya diindikasikan untuk stadium I atau II atau untuk pengobatan paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, distress pernapasan karena sindroma vena kava superior, nyeri hebat pada Pancoast tumor, nyeri hebat pada sindroma pleksus brakialis. Jika pada saat bedah didapat pembesaran KGB maka semua harus diangkat dan pada kasus paska bedah dengan metastasis KGB mediastinal N2 dipertimbangkan pemberian radioterapi danatau kemoterapi. 1,11 Bedah paliatif lain dilakukan oleh dokter bedah syaraf yaitu membuang tumor metastasis yang berupa soliter nodule di otak dan menimbulkan gangguan kualitas hidup penderita. Pilihan lain untuk tumor metastasis di kepala adalah menggunakan cyber knife yang sudah dapat dilakukan beberapa senter di Indonesia. 1,11 Bedah adalah terapi lokal dan dapat terjadi stadium pre-bedah cTNM berbeda dengan diagnosis paska bedah. Jika terjadi perbedaan maka stadium yang digunakan adalah stadium paska bedah pTNM dan pilihan terapi tergantung pada hasil akhir. Di RS Persahabatan Jakarta untuk stadium IIIA jika memungkinkan diberikan neoadjuvan therapy yaitu memberikan kemoterapi 2-3 siklus dilakukan pemeriksaan ulang untuk re-staging jika terjadi down staging atau tetap maka bedah dilakukan. 1,11 Universitas Sumatera Utara Radioterapi Radioterapi atau radiasi diberikan pada kasus stadium III dan IV NSCLC, dapat diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru terapi lokal atau gabungan dengan kemoterapi. Radioterapi dapat diberikan jika sistem homeostatik darah baik yaitu: 1,11 • Hb 10 gr • Leukosit 4.000dl • Trombosit 100.000dl Dosis untuk kanker primer adalah 5.000-6.000 cGy dengan menggunakan COBALT atau LINAC dengan cara pemberian 200 cGyxhari, 5 hari dalam seminggu. Pemberian radiosensitizer dapat lebih meningkatkan respons irradiasi itu, misalnya dengan memberikan obat anti-kanker karboplatin, golongan taxan, gemsitabine, capecitabine dengan dosis sangat kecil sehingga tidak mempunyai efek sistemik. Radioterapi dapat diberikan sendiri radiotherapy only atau kombinasi dengan kemoterapi konkuren, sekuensial atau alternating meskipun sebagai konsekuensinya toksisitas menjadi lebih banyak dan sangat mengganggu. 1,11 Evaluasi toksisitas harus dilakukan setiap setelah pemberian 5x, jika ditemukan gangguan sistem hemostatik salah satu atau lebih: 1,11 • Hb 10 gr • Leukosit 3.000dl • Trombosit 100.000dl Maka pemberian radiasi harus dihentikan dulu dan dilakukan koreksi toksisitas itu dan dapat segera dimulai jika sudah memenuhi syarat. Toksisitas non-hematologik juga sering timbul dan yang sangat menganggu pasien adalah esofagitis, batuk akibat pneumonitis radiasi atau fibrosis. Jika melebihi grade 3 WHO maka radiasi harus dipertimbangkan untuk dihentikan. 1,11 Universitas Sumatera Utara Evaluasi renspons irradiasi dilakukan setiap setelah pemberian 10x 1.000 cGy dengan foto toraks. Pemberian irradiasi untuk SCLC harus diberikan setelah pasien mendapat kemoterapi 6 siklus. 1,11 Kemoterapi Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis histologis kanker paru. • Kemoterapi untuk SCLC. Kemoterapi adalah terapi pilihan untuk KPKSK stadium terbatas atau stadium luas. Tambahan radiasi kepala dilakukan setelah kemoterapi 6 siklus. • Kemoterapi untuk NSCLC berdasarkan stadium. Kemoterapi dapat diberikan pada semua stadium tetapi pada stadium I dan II pascabedah kemoterapi ditentukan berdasarkan stadium paskabedah. Kemoterapi untuk NSCLC stadium III dan IV merupakan terapi paliatif. Stadium I dan II yang in operable cases PS buruk atau tidak bersedia dioperasi atau ada kontraindikasi untuk operasi dapat dianjurkan kemoterapi dan sebaiknya dipertimbang-kan pula radioterapi. 1,6 Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain: keadaan umum baik skala karnofsky 70, fungsi hati, ginjal dan sistem homeostatik darah baik dan masalah finansial dapat diatasi. Syarat untuk hemostatik yang memenuhi syarat adalah: 1,11 • Hb 10 gr • Leukosit 4.000 dl • Trombosit 100.000dl Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4. Tampilan Umum Berdasarkan Skala Karnofsky dan WHO 11 Skala Pengertian 90 - 100 0 Dapat beraktifitas normal, tanpa keluhan yang menetap 70 - 80 1 Dapat beraktifitas normal tetapi ada keluhan berhubungan dengan sakitnya 50 - 70 2 Membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktifitas yang spesifik 30 - 50 3 Sangat bergantung pada bantuan orang lain untuk aktifitas rutin 10 - 30 4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur Rejimen Kemoterapi Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa rejimen yang terdiri dari lebih dari 1 obat anti-kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya. Kemoterapi untuk SCLC diberikan sampai 6 siklus dengan ”cisplatin based” rejimen yang diberikan: 1,11 • Sisplatin + etoposid • Sisplatin + irinotekan CPT-11 • Pada keadaan tertentu sisplatin dapat digantikan dengan karboplatin dan irinotek digantikan dengan dosetaksel. Kemoterapi untuk NSCLC dapat 6 siklus pada kasus tertentu diberikan sampai lebih dari 6 siklus dengan ”platinum based” rejimen yang diberikan sebagai terapi lini pertama first line adalah : 1,11 • Karboplatinsisplatin + etoposid • Karboplatinsisplatin + gemsitabin • Karboplatinsisplatin + paklitaksel • Karboplatinsisplatin + dosetaksel Universitas Sumatera Utara Targeted Therapy Targeted therapy adalah obat kanker yang menggunakan reseptor untuk membunuh sel kanker, yang telah digunakan luas saat ini adalah obat yang bekerja sebagai TKI tirosin kinase inhibitors. Seperti erlotinib dan gefitinib, obat golongan ini lebih sederhana cara pemberiannya dan ringan efek sampingnya, tetapi pemanfaatannya sebagai terapi lini pertama masih perlu pembuktian lebih lanjut. 1,11 Imunoterapi Penggunaan obat lain misalnya imunoterapi, herbal medicine, chinese traditional medicine, dan lain lain masih dalam penelitian dan belum menjadi standar pengobatan kanker paru. 1,11 Hasil penelitian menunjukkan ada jejas imunologi pada penderita kanker paru. Berdasarkan itu telah beredar luas beberapa teknik dan obat komplemen misalnya keladi tikus, buah merah, ramuan cina, dll yang diyakini dapat mengobati kanker paru dengan cara memperbaiki atau meningkatkan sistem imun tubuh. Penggunaan IL-2 sebagai imunoterapi mulai dikembangkan dalam uji klinik yang terbatas. 1 Terapi Gen Terapi gen merupakan pendekatan baru dalam pengobatan kanker, yang saat ini masih bersifat eksperimental. Dengan pemahaman mekanisme molekuler dalam proses karsinogenesis kanker paru diharapkan akan membuka jalan yang lebih luas dalam pencegahan, deteksi dini maupun terapi bagi kanker paru sehingga menurunkan mortality maupun morbidity panyakit ini. Untuk itu, sebagian besar strategi dalam terapi gen untuk kanker difokuskan pada penggantian tumor supresor seperti p53 dalam sel kanker. 1,29 Terapi gen dapat berupa gen pengendali tumor, gen bunuh diri, antisense onkogen, gen imuniti dan gen antiangiogenesis. Inhibisi onkogen atau penggantian gen pengendali Universitas Sumatera Utara tumor gene replacement dapat memperbaiki fenotip malignan. Gen bunuh diri membuat sel tumor yang ditransduksi memiliki system enzimatik untuk mengubah substansi non toksik menjadi metabolit yang toksik. Demikian juga gen yang dipindahkan dapat mengubah sel tumor yang resisten menjadi lebih sensitif terhadap sitotoksik. 29,30 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 BAHAN DAN METODA

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi observasional yang bersifat uji diagnostik dengan pendekatan retrospektif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Instalasi Diagnostik Terpadu IDT dan Instalasi Patologi Anatomi RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan selama kurun waktu 4 bulan. 3.3. Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi penelitian ini adalah semua penderita tumor paru yang dilakukan bronkoskopi di IDT dan semua sediaan yang dilakukan pemeriksaan sitologi di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah data penderita tumor paru yang di lakukan bronkoskopi di IDT dan sediaan yang dilakukan pemeriksaan sitologi di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data tentang penderita kanker paru yang dilakukan tindakan bronkoskopi diambil dari rekam medik, untuk validasi data sediaan BAL dan brushing dibacakan ulang oleh seorang ahli Patologi Anatomi. Universitas Sumatera Utara