maupun karena perceraian cerai hidup. Dengan demikian harta yang telah dipunyai pada saat dibawa masuk ke dalam perkawinan terletak di luar harta
bersama.
24
Adanya pemisahan secara otomatis demi hukum antara harta pribadi dengan harta bersama, tanpa disertai kewajiban untuk mengadakan pencatatan
pada saat perkawinan akan dilangsungkan atau sebelumnya dapat menimbulkan banyak masalah di kemudian hari dalam segi asal usul harta atau
harta-harta tertentu pada waktu pembagian dan pemecahan baik karena perceraian maupun kematian. Adalah sangat menguntungkan , kalau
dikemudian hari dalam peraturan pelaksanaan diadakan ketentuan yang mewajibkan adanya pencatatan harta bawaan masing-masing suami isteri .
Persoalan mengenai pembagian harta bersama di dalam Kompilasi Hukum Islam KHI sendiri terkait dengan pembagian harta bersama yang
disebabkan oleh perceraian, poligami dan kematian oleh karena itu dalam penulisan ini hanya akan memberikan gambaran umum mengenai pembagian
harta bersama dalam ketentuan Kompilasi Hukum Islam. Adapun ketentuan yang menyangkut pembagian harta bersama dalam sebagai berikut :
1. Pembagian dalam cerai hidup
Dalam ketentuan KHI pembagian harta bersama yang disebabkan oleh cerai hidup telah diatur dalam pasal 96 dan 97. Secara
24
Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama Undang-Undang No. 7 Tahun 1989, h. 188-189.
khusus, pasal 97 KHI mengatur tentang pembagian harta bersama dalam cerai hidup yang rumusnya sebagai berikut, baik itu janda atau duda cerai
hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.
2. Pembagian dalam cerai mati
Dalam pasal 96 KHI dijelaskan apabila terjadi cerai mati, maka setengah dari harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih
lama. Hal itu dikarenakan hak untuk mewarisi antara suami isteri tercipta bukanlah dari hubungan nasab melainkan hubungan yang tercipta karena
akibat dari suatu perkawinan.
25
Pertimbangan rumusan pasal ini sama dengan pembagian harta bersama dalam cerai hidup. Yakni akad nikah
menyerupai perkongsian muamalat, sehingga selama hidup berumah tangga, antara suami isteri membangun perekonomian keluarga secara
bersama-sama. Oleh karena itu, masing-masing suami maupun isteri berhak mendapat setengah bagian dalam pembagian harta bersama yang
dihasilkan selama perkawinanannya tersebut.
3. Pembagian dalam perkawinan poligami
Dalam pasal 94 ayat 1 dan 2 KHI dirumuskan mengenai bentuk harta bersama dalam perkawinan poligami yang mempunyai isteri
lebih dari seorang, masing-masing terpisahkan dan berdiri sendiri dua
25
M. Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Isam, Cetakan Ke-2, Jakarta : Amzah, 2013. h. 18.