66
Gambar 4.3 Perkembangan
Financing to Deposit Ratio Periode Maret 2009
– Desember 2011
Berdasarkan dengan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa nilai FDR tertinggi terjadi pada bulan Maret 2009 sebesar 103,3 dan angka terendah terjadi pada
bulan Januari 2010 sebesar 88,67 . Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak secepat pertumbuhan DPK menyebabkan FDR bank syariah mengalami
penurunan. Namun demikian, FDR sebesar 88,67 tersebut masih menunjukkan efektifitas fungsi intermediasi bank syariah yang tetap terjaga, dengan FDR bank
syariah lebih tinggi dari LDR bank konvensional sebesar 72,88. Tahun 2010 memberikan tantangan bagi perbankan syariah untuk dapat
meningkatkan produktivitas dan kontribusinya dalam mendukung perekonomian nasional. Semakin berkurangnya tekanan krisis global, pulihnya daya beli
masyarakat dan mulai membaiknya aktivitas sektor riil, serta bertambahnya jumlah BUS baru secara bersama-sama memberikan dampak positif bagi kinerja
perbankan syariah. Selama tahun 2010, kinerja perbankan syariah relatif baik ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi pada sejumlah indikator utama
75 80
85 90
95 100
105
M ar
9 Ju
n 9
Sep 9
D ec
9 M
ar 1
Ju n
1 Sep
1 D
ec 1
M ar
1 1
Ju n
1 1
Sep 1
1 D
ec 1
1
FDR
FDR
67
perbankan syariah. Rasio FDR perbankan syariah juga masih dapat dijaga pada level yang cukup tinggi yaitu 89,67.
4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah KURS
Nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata uang yang berbeda diperdagangkan satu sama lainnya. Pasar valuta asing adalah pasar dimana mata
uang asing diperdagangkan pada tingkat harga yang dinyatakan dalam nilai tukar. Lipsey : 1995. Kurs valuta asing merupakan harga yang dihitung dengan mata
uang domestik dari satu unit mata uang asing atau perbandingan harga antar valuta bila terjadi pertukaran Boediono, 1993. Perkembangan nilai tukar rupiah
periode 2009- 2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.4 Perkembangan
Nilai Tukar Rupiah
Periode Maret 2009 – Desember 2011
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa angka nilai tukar rupiah kurs tertinggi terjadi pada bulan Maret 2009 yaitu sebesar Rp.11.849,00
dan nilai tukar rupiah terendah terjadi pada bulan Mei 2009 yaitu sebesar
0.00 2,000.00
4,000.00 6,000.00
8,000.00 10,000.00
12,000.00 14,000.00
M ar
9 Ju
n 9
Sep 9
D ec
9 M
ar 1
Ju n
1 Sep
1 D
ec 1
M ar
1 1
Ju n
1 1
Sep 1
1 D
ec 1
1
KURS
KURS
68
Rp.8.544,00 Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah kurs RupiahUS berfluktuasi.
Pertengahan 2009 kurs RupiahUS cenderung di atas Rp.10.000,00. Kecenderungan melemahnya nilai tukarRupiah tersebut terkait dengan kondisi
sosial politik yang bergejolak. Dan pada September 2009 kurs RupiahUS kembali menguat hingga mencapai kisaran Rp. 9.681,00. Sedangkan dari bulan
September 2009 sampai akhir 2010 mengalami kembali stabil dan menguat cukup signifikan sesuai pada gambar 4.4 yang menunjukkan bahwa pergerakan yang
stabil sepanjang tahun tersebut karena berada pada kisaran Rp.9.000,00 sampai Rp.9.500,00.
Selama tahun 2010 sampai 2011 penguatan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan depresiasi. Dari
sisi domestik, solidnya fundamental ekonomi dan prospek pencapaian InvestmentGrade
Indonesia yang membaik menjadi faktor penarik bagi aliran modal masuk. Sehingga, nilai tukar rupiah ini yang menguat cukup signifikan
terutama disebabkan oleh derasnya aliran masuk modal asing yang ditopang oleh keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar domestik
serta fundamental perekonomian domestik yang kuat. Laporan Perekonomian Indonesiawww.bi.go.id.
5. Perkembangan Tingkat Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan
69
kenaikan harga pada barang lainnya.Inflasi jugamerupakan salah satu ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi
nasional Tajul Khalwaty, 2000. Menurut Mankiw 2003 laju inflasi inflation rate adalah perubahan
presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya.Laju inflasi merupakan suatu indikator yang sangat menentukan dalam perekonomian makro
suatu negara. Inflasi juga merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro yang apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian
yang pada akhirnya hanya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara. Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi maupun nilai tukar, sangat penting untuk
mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.Perkembangan laju inflasi periode 2009- 2011 dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.5 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia
Periode Maret 2009 – Desember 2011
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
M ar
9 M
ay 9
Ju l
9 Sep
9 N
o v
9 Jan
1 M
ar 1
M ay
1 Ju
l 1
Sep 1
N o
v 1
Jan 1
1 M
ar 1
1 M
ay 1
1 Ju
l 1
1 Sep
1 1
N o
v 1
1
INF
INF
70
Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa pergerakan inflasi cukup berfluktuasi. Inflasi tertinggi berada pada bulan Maret 2009 sebesar 7,92
sedangkan tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan November 2009 sebesar 2,41. Angka ini merupakan angka terendah inflasi sepanjang tahun.Sehingga
pada tahun tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia sudah mulai kondusif kembali, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan angka
inflasi yang cukup signifikan. Tekanan inflasi pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Inflasi meningkat menjadi 6,96 dari 2,78 di tahun sebelumnya.Perkembangan inflasi yang meningkat tersebut tidak
terlepas dari pengaruh faktor eksternal dan faktor domestik yang terjadi sepanjang tahun 2010.
Dari sisi eksternal, peningkatan inflasi sejalan dengan meningkatnya inflasi global, sebagai imbas meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan harga-harga
komoditas internasional. Namun, pengaruh penguatan nilai tukar rupiah pada tahun ini mampu meminimalkan dampak dari peningkatan harga-harga komoditas
global tersebut. Dari sisi domestik perkembangan ekspektasi inflasi, kondisi permintaan dan penawaran, serta penyesuaian tarif komoditas relatif tidak
memberikan tekanan kenaikan inflasi yang berlebihan.Tekanan kenaikan inflasi muncul terutama akibat terganggunya kelancaran pasokan bahan makanan yang
banyak terpengaruh
oleh anomali
cuaca.Laporan Perekonomian
Indonesiawww.bi.go.id.
71
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu time series yang berbentuk annual mulai Maret Tahun 2009
– Desember Tahun 2011. Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan
penelitian diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia BI. Data mengenaiCAR ,ROA dan FDR diperoleh dari Statistik Perbankan Syari`ah Bank
Indonesia. Sedangkan Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi diperoleh dari Bank Indonesia dalam Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia SEKI.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yangdigunakan sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary Least Square
OLS. Model OLS merupakan metode estimasi yang sering digunakan untuk
mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel Ajija, 2011:23.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai
probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α=0.05, maka penelitian
ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai
derajat kesalahan α=0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal.
72
Tabel 4.1 Uji Normalitas Jarque Bera
Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini sudah berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability
sebesar 0.928950 yang lebih besar dari derajat kesalahan 0.05 signifikan yang menyatakan Ho diterima, sehingga model ini dikatakan telah normal.
2. Uji Stasioner
a. Uji Akar Unit
Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian
ini
data yang digunakan adalah data natural log ln dari variabel-variabel tersebut. dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alam
yang berguna
untuk memecahkan
persamaan yang
tidak diketahuinya
merupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri adalah fungsi
matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang kegunaannya untuk
menyederhanakan suatu
bilangan dalam
penelitian ini untuk
menyederhanakan data variabel.
2 4
6 8
10
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
5 6
Jarque-Bera 0.147401
Probability 0.928950
73
Uji stasioneritas data ini dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller
ADF pada derajat yang sama hingga diperoleh suatu data yang stasioner, yaitu data yang variansnya tidak
terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Ajija, dkk, 2011: 165.
Tabel 4.2 Uji Akar UnitADF Test Pada Tingkat Level
No. Variabel
Level Ho = Tidak
Stasioner ADF
CV 5 Ha = Stasioner
1 CAR
-3.329615 -3.552973
Terima Ho 2
ROA -3.139044
-3.552973 Terima Ho
3 FDR
-2.765885 -3.568379
Terima Ho 4
LNKURS -3.581012
-3.552973 Tolak Ho
5 INF
-2.295100 -3.552973
Terima Ho Tabel di atas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan
menggunakan ADF test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data yang diuji dapat diketahui dengan adanya nilai ADF test dan dari nilaiCritical Value
CV 5 tidak semua variabel yang stasioner. Ada salah satu variabel tidak stasioner disebabkan karena nilai ADF test lebih kecil dibandingkan
dari nilaiCritical Value CV 5. Dengan kata lain variabel-variabel tersebut pada level mengalami persoalan akar-akar unit. Oleh karena itu
perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.
b. Uji Derajat Integrasi
Dalam Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa data belum stasioner pada tingkat level.Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat
74
Integrasi. Nilai statistik ADF untuk mengetahui pada derajat berapa suatu data akan stasioner dapat dilihat pada nilai ADFtest Pp test yang lebih
besar dari nilai Critical Value CV 5, maka variabel tersebut dikatakan stasioner pada derajat pertama. Hasil dari pengujian derajat integrasi
pertama dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.3 Uji Akar UnitADF Test Pada first difference
No. Variabel
Level Ho = Tidak
Stasioner ADF
CV 5 Ha = Stasioner
1 CAR
-5.091646 -3.562882
Tolak Ho 2
ROA -8.125326
-3.557759 Tolak Ho
3 FDR
-6.067169 -3.557759
Tolak Ho 4
LNKURS -6.205770
-3.557759 Tolak Ho
5 INF
-4.284580 -3.562882
Tolak Ho
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel sudah stasioner pada tingkat first difference.Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai
ADF lebih besar dari pada Mac Kinnon Critical Value 5 ADF statistik CV 5.Kesimpulan dari data yang diolah adalah Ho ditolak yaitu
semua variabel sudah stasioner pada tingkat first difference.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jikaberbeda disebut heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk
75
mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah uji White. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan bantuan program
komputer Eviews 6.0, dan diperoleh hasil regresi seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji
White HeteroskedasticityTest
F-statistic 0.769386 Prob. F13,20
0.6812 ObsR-squared
11.33486 Prob. Chi-Square13 0.5828
Scaled explained SS 7.904843 Prob. Chi-Square13
0.8497
Diatas diketahui bahwa koefisien determinasi R
2
sebesar 11.33486.Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.5828yang lebih
besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih besar dari α = 5 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
dalam model tidak ada masalah heteroskedastisitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasimerupakan suatu kejadian di mana error term pada satu periode waktu secara sistematik tergantung pada error term pad periode-
periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan uji Langrange Multiplier LM-test.Uji ini sangat berguna
untuk mengindentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama first order tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.