Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

73 Hal tersebut dimungkinkan karena umur yang semakin lama semakin tua dapat mempengaruhi elastisitas dan kekebalan kulit. Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia, sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih sensitif dan kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan berbagai bahan kimia maupun organik untuk menginfeksi kulit Cohen, 1999 dalam Aisyah, 2012. Hasil penelitian ini pun didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Erliana 2008, yang menyatakan bahwa dermatitis dapat menyerang semua kelompok umur, artinya umur bukan merupakan faktor risiko utama terhadap paparan bahan-bahan penyebab dermatitis yang merupakan keluhan gangguan kulit.

2. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Jam kerja adalah waktu yang digunakan pemulung untuk bekerja dalam hitungan jamhari baik siang atau pun malam hari Suma’mur, 2009. Jam kerja atau lama kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang terpajan dengan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang Notoatmodjo, 2005. Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66 responden memiliki rata-rata jam kerja 9 jam. Jam kerja responden tercepat adalah 4 jam sedangkan jam kerja responden terlama adalah 18 jam. Kemudian berdasarkan tabel 5.12, diketahui bahwa rata-rata jam kerja pada pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 jam, 74 sedangkan rata-rata jam kerja pada pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 8 jam. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit, dengan P value sebesar 0.567. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwondo, dkk 2010 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jam kerja dengan kejadian dermatitis dimana rata-rata jam kerja adalah 7 jam dalam sehari. Kemudian pada penelitian lain yang dilakukan oleh Lubis 2011 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di TPA Terjun Medan. Namun berbeda dengan hasil penelitian Listautin 2012 yang menyatakan bahwa, ada hubungan antara jam kerja dengan keluhan kesehatan gangguan kulit pada pemulung di Medan Marelan dengan p valuesebesar 0.039. Kemudian hasil penelitian Aisyah, dkk 2012 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Medan Labuhan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini diduga sebagian besar pemulung di Kelurahan Sumur Batu bekerja tidak lebih dari 8 jam. Hal tersebut berdasarkan hasil analisis statistik yang menyatakan bahwa pemulung bekerja lebih dari 8 jam sebanyak 29 orang, dan 37 orang bekerja tidak lebih dari 8 jam. Berdasarkan teori yan g dikemukakan oleh Suma’mur 2009, 75 memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja bisa terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja, begitu juga dengan waktu yang berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, dan gangguan kesehatan. Kemudian menurut Mahyuni 2012, jam kerjalama kerja pemulung yang tinggi merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit kulit. Namun dalam penelitian ini diketahui bahwa lebih banyak pemulung yang bekerja tidak lebih dari 8 jam. Selain itu hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah berdasarkan hasil wawancara kepada pemulung, umumnya mereka mulai bekerja pada pukul 07.00 pagi dan istirahat makan siang pada pukul 12.00, kemudiaan melanjutkan pekerjaan lagi pukul 13.30 sampai pukul 15.00. Jika dilihat dari jam istirahat mereka, sudah dapat dikatakan cukup dan maksimal. Karena dengan melakukan istirahat yang cukup, maka kondisi tubuh yang sebelumnya lelah akan menjadi pulih kembali. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Latifah et al.2002 dalam Widyaningsih, dkk 2008 tubuh memerlukan istirahat yang cukup dengan istirahat siang yang paling baik dilakukan maksimal selama 2 jam. Istirahat akan membuat tubuh kembali segar dan terhindar dari kelelahan. Istirahat siang yang dilakukan oleh pemulung pada penelitian ini selama satu setengah jam dan itu sudah dapat dikatakan cukup. 76 Kemungkinan lain yang menyebabkan tidak terjadinya hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah adanya beberapa pemulung yang bekerja pada malam hari meskipun mereka bekerja juga selama 8 jam. Kemudian tidak adanya hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini diduga juga dikarenakan pemulung yang bekerja pada waktu pagi sampai sore hari menggunakan pakaian lengan panjang dan penutup wajah, walaupun seadanya tetapi bisa melindungi kulit. Sehingga kulit tidak langsung terpapar dengan sinar matahari. Menurut teori yang dikemukakan oleh Moeljosoedarmo 2008 paparan sinar matahari yang baik adalah sinar matahari pagi, sebelum pukul 09.00. Pada jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagian tubuh. Namun, jika kita terkena langsung sinar matahari diatas pukul 10.00 justru berbahaya bagi kulit. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang dapat merusak sel-sel kulit.

3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan dan Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai Tahun 2011

23 85 126

Studi Tentang Kepedulian Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi

8 61 115

Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi 2013

2 18 91

Pemenuhan Hak Anak Pemulung Melalui Program Pendidikan Dan Kesehatan Di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

4 47 114

Pola asuh makan, Perkembangan Bahasa dan Kognitif pada Anak Balita Stunted dan Normal di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

1 8 150

Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Umur Penyapihan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Balita di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

0 4 150

Kebiasaan Makan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Status Anemia pada Remaja Putri Keluarga Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

0 2 87

Pengembangan Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Kasus Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi)

0 4 125

POLA ASUH MAKAN, PERKEMBANGAN BAHASA, DAN KOGNITIF ANAK BALITA STUNTED DAN NORMAL DI KELURAHAN SUMUR BATU, BANTAR GEBANG BEKASI

0 0 8

REHABILITASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL DI TPA SUMUR BATU, KELURAHAN SUMUR BATU, KECAMATAN BANTAR GEBANG, KOTA BEKASI, JAWA BARAT - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

1 1 8