xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Pengantar dari Kelurahan Sumur Batu
2. Lampiran 2 Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian dari Badan Kesatuan
Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat 3.
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian 4.
Lampiran 4 Hasil Analisis Univariat 5.
Lampiran 5 Hasil Analisis Bivariat 6.
Lampiran 6 Foto
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan aktivitas memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-
barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan
sampah Sarudji dan Keman, 2010 dalam Listautin, 2012. Pencegahan pencemaran oleh sampah, walaupun sudah dilakukan tetapi
masih tetap belum dapat diselesaikan dan masih selalu menjadi permasalahan, terutama di daerah pemukiman. Pembuangan sampah limbah yang dilakukan
secara sembarangan akan mencemari lingkungan, bahkan bila dibuang di tempat yang telah disediakan tempat sampah juga masih tetap merupakan masalah,
baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial. Sampah selalu dianggap sebagai masalah yang sangat mengganggu dengan dampak yang
beranekaragam, baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan kotapemukiman Sumantri, 2010.
Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan agent penyakit namun apabila manusia tidak bisa mengendalikan agent penyakit maka terjadi
ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gordon 1950, bahwa hubungan antara manusia host,
2
penyebab penyakit dan lingkungan environment dalam bentuk interaksi. Interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu pada titik lingkungan
Budiarto Anggraeni, 2002.
Gambar 1.1 Model Segitiga Epidemiologi
Listautin, 2012
Penyakit akibat sampah sangat luas, dan dapat berupa penyakit menular, tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan, dan lain-lain.
Selain itu sampah juga dapat menyebabkan meningkatnya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor, penyebabnya dapat berupa bakteri, jamur, cacing,
dan zat kimia Soemirat, 2009. Menurut Adnani 2011 sampah apabila tidak dilelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia
dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang
berkembang biak di dalam sampah dan menularkannya kepada manusia.
3
Salah satu penyakit akibat sampah berupa penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak
di dalam sampah Soemirat, 2009. Penyakit kulit merupakan penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab misalnya bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebersihan diri
dan lain-lain Budiono, 2011 dalam listautin 2012. Menurut Soepadmo 2006 dalam Rianti 2010, penyakit infeksi kulit
banyak ditemukan dikalangan penduduk didaerah beriklim panas, lembab, keadaan perorangan yang kurang higiene, lingkungan yang buruk, pekerja-
pekerja yang berhubungan dengan kotoran misalkan sampah dan selokan, dan pekerja-pekerja yang berhubungan dengan minyak-minyak pelumas. Masyarakat
umumnya beranggapan bahwa penyakit kulit bukan penyakit yang membahayakan sehingga tidak perlu penanganan dengan segera jika belum
dalam keadaan parah. Jika keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat ditanggulangi maka lama kelamaan akan menjurus ke arah gangguan kulit yang
lebih serius. Pemulung Laskar Mandiri adalah orang yang bekerja mengambil
barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Dilihat dari sudut pandang kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki risiko yang
sangat tinggi untuk tertularnya penyakit, karena pemulung bekerja di lingkungan yang tidak kondusif Junaedi, 2007. Kegiatan yang bergerak di sektor informal
4
ini sangat membantu sistem pengelolaan sampah untuk meringankan beban daya dukung lingkungan. Akan tetapi kondisi lingkungan kerja pemulung yang
langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan sengatan matahari tentunya dapat menyebabkan gangguan kesehatan Kurniawati, 2006.
Pada Tahun 1986 Pemerintah DKI Jakarta mulai membangun TPA Bantar Gebang. Areal TPA Bantar Gebang mencakup 3 kelurahan dari 8 kelurahan yang
ada di wilayah Kecamatan Bantar Gebang, yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu Bidang Pengkajian Sumberdaya
UKMK, 2008. Data Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang pada Tahun 2012,
menunjukkan bahwa penyakit kulit termasuk penyakit terbesar ke 7 dari 10 penyakit yang ada di Puskesmas. Selain itu berdasarkan data yang ditemukan dan
pernyataan dari pihak Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang paling banyak mengalami keluhan gangguan kulit terdapat di Kelurahan Sumur
Batu. Berdasarkan data yang di dapat dari Kelurahan Sumur Batu diketahui jumlah pemulung yang ada disana sekitar 350 orang, namun jumlah data
pemulung tersebut dapat berubah sewaktu-waktu dikarenakan tempat tinggal pemulung yang yang tidak menetap.
Para pemulung mempunyai hubungan yang baik dengan lapak, bahkan banyak lapak yang menyediakan tempat berlindung bagi para pemulung dan
keluarganya. Pengertian dari lapak itu tersendiri yaitu bos besar dari para pemulung, hasil yang diperoleh dalam setiap harinya mereka serahkan ke lapak
5
dengan mendapatkan imbalan yang sesuai. Para pemulung tersebut tinggal di tempat yang jauh dari fungsinya sebagai rumah sehat. Mereka tinggal di sebuah
pondok yang terbuat dari kayu, bambu, kardus dan plastik bekas. Rata- rata pondok mereka berukuran 3 x 5 m yang posisinya saling berdampingan dan
berhadapan antar pondok pemulung. Hasil penelitian Listautin 2012, tentang keluhan kesehatan salah satunya
keluhan gangguan kulit pada pemulung menunjukkan ada hubungan paparan terhadap cahaya matahari, zat kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebersihan kulit,
kebersihan tangan, kuku dan kaki, dan alat pelindung diri, dengan keluhan gangguan kulit. Variabel yang tidak ada pengaruh adalah paparan terhadap bau-
bauan, kontak dengan vektor, kebersihan rambut, dan IMT. Kemudian hasil penelitian Silalahi 2010, menyatakan bahwa kebersihan
kulit, kebersihan kulit kepala dan rambut, pemakaian pakaian kerja, mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola
sampah. Tetapi tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara kebersihan kuku, pemakaian sarung, pemakaian sepatu kerja, dan pemakaian masker,
terhadap keluhan gangguan kulit. Selanjutnya hasil penelitian Budiono dan Cahyawati 2011 mengenai
kejadian dermatitis pada nelayan dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang berhubungan meliputi masa kerja, alat pelindung diri, riwayat pekerjaan,
hygiene personal, riwayat penyakit kulit, dan riwayat alergi dengan kejadian dermatitis pada nelayan.
6
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari
10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Pada umumnya keluhan gangguan kulit yang dirasakan yaitu timbulnya gatal-gatal bila
mereka mulai berkeringat dan setelah itu timbul kemerahan. Namun tidak sedikit juga ada yang mengalami timbul nanah pada permukaan kulitnya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu, penelitian ini menggunakan variabel riwayat alergi yang termasuk dari variabel karakteristik
individu responden.
B. Rumusan Masalah
Pemulung Laskar Mandiri dalam keberadaannya antara diharapkan atau tidak diharapkan, namun diperlukan fungsinya sebagai pemisah sampah dalam
meminimalisir banyaknya timbunan sampah. Laskar Mandiri merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terkena gangguan kulitakibat kondisi lingkungan
kerja yang buruk. Pekerjaan pemulung yaitu memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu di Tempat Pembuangan Akhir sampah, yang kemudian
dikumpulkan kepada pengumpul untuk dilakukan daur ulang. Kemudian berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Bantar
Gebang, didapatkan penyakit kulit merupakan urutan ke 7 dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas. Data lain yang ditemukan dan pernyataan dari pihak
Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang paling banyak
7
mengalami keluhan gangguan kulit di Kecamatan Bantar Gebang terdapat di Kelurahan Sumur Batu.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari
10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Jika keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat ditanggulangi maka lama kelamaan
akan menjurus ke arah gangguan kulit yang lebih serius dan lebih memperburuk kondisi penderita.
Dengan demikian penulis ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan
gangguan kulit pada pemulung Laskar Mandiri Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung Laskar
Mandiri di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
2. Bagaimana gambaran higiene perorangan kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku, dan kaki pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
3. Bagaimana gambaran karakteristik individu umur, masa kerja, jam kerja, pendidikan, dan riwayat alergi pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
8
4. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu umur, masa kerja, pendidikan, dan riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit pada
pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang Tahun 2013?
5. Apakah ada hubungan antara higiene perorangan kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku, dan kaki pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara personal higiene, karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun
2013.
b. Mengetahui gambaran higiene perorangan kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku, dan kaki pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
9
c. Mengetahui gambaran karakteristik individu umur, masa kerja, jam kerja, dan riwayat alergi pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013. d. Mengetahui apakah ada hubungan antara higiene perorangan kebersihan
kulit, tangan, kaki, dan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang Tahun 2013. e. Mengetahui apakah hubungan antara karakteristik individu umur, masa
kerja, jam kerja, dan riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung Laskar Mandiri di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang Tahun 2013.
E. Manfaat
1. Instansi Terkait
Instansi terkait disini yang dimaksud yaitu Dinas Kesehatan maupun Puskesmas setempat. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait
memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan kulit, sebab serta dampak gangguan kulit bagi para pemulung
yang pada umumnya lepas dari perhatian pemerintah.Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi puskesmas kecamatan
Bantar Gebang mengenai keluhan gangguan kulit yang dialami pemulung
10
sehingga bisa diciptakan program kesehatan yang dapat dijangkau oleh pemulung.
2. Bagi Pemulung