Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

76 Kemungkinan lain yang menyebabkan tidak terjadinya hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah adanya beberapa pemulung yang bekerja pada malam hari meskipun mereka bekerja juga selama 8 jam. Kemudian tidak adanya hubungan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini diduga juga dikarenakan pemulung yang bekerja pada waktu pagi sampai sore hari menggunakan pakaian lengan panjang dan penutup wajah, walaupun seadanya tetapi bisa melindungi kulit. Sehingga kulit tidak langsung terpapar dengan sinar matahari. Menurut teori yang dikemukakan oleh Moeljosoedarmo 2008 paparan sinar matahari yang baik adalah sinar matahari pagi, sebelum pukul 09.00. Pada jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagian tubuh. Namun, jika kita terkena langsung sinar matahari diatas pukul 10.00 justru berbahaya bagi kulit. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang dapat merusak sel-sel kulit.

3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Menurut Handoko 1992 dalam Suwondo 2011, masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja yang dimaksud pada penelitian ini adalah jangka waktu pemulung mulai menjadi pemulung sampai waktu penelitian. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan berbagai sumber penyakit yang dapat mengakibatkan keluhan gangguan 77 kulit. Berdasarkan data pada tabel 5.6diketahui bahwa masa kerja responden cukup bervariasi, dengan rata-rata masa kerja adalah 11 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit mempunyai rata-rata masa kerja selama 9 tahun sedangkan pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit mempunyai rata-rata masa kerja selama 15 tahun. Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit, dengan nilai P value sebesar 0,013. Hasil penelitianlain yang sejalan yaitu, Suwondo, dkk 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan dermatitis, dengan hasil P value sebesar 0.038. Faktor lain yang memungkinkan pekerja dengan masa kerja yang lebih awal terkena dermatitis adalah masalah kepekaan atau kerentanan kulit terhadap bahan iritan maupun infeksi. Pekerja dengan masa kerja yang lebih awal masih rentan terhadap berbagai macam bahan iritan maupun infeksi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lestari Utomo pada pekerja dengan masa kerja yang cukup lama 10 tahun dapat dimungkinkan telah memiliki resistensi terhadap bahan iritan. Resistensi ini dikenal sebagai proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan iritan yang terus-menerus. Untuk itulah mengapa pekerja dengan lama bekerja 10 tahun lebih sedikit yang mengalami dermatitis. 78 Jika dilihat dari hasil analisis statistik pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah pemuluung yang memiliki masa kerja yang lebih awal. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada awal mereka bekerja sebagai pemulung, mereka merasakan keluhan gangguan kulit yang cukup bervariasi seperti gatal-gatal, kemerahan, bentol, dan terdapat cairan di kulit. Namun pada tahun-tahun berikutnya mereka sudah terbiasa dan kebal sehingga keluhan gatal-gatal pun jarang terjadi. Menurut Chandra 2009, faktor pada manusia dalam proses terjadinya penyakit tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masih-masing individu salah satunya adalah status kekebalan, dimana reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya oleh seseorang. Selain itu berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Taylor 2008 dalam Lubis 2011 seseorang mendapat kepekaan hipersensitivitas terhadap suatu bahan fase sensitisasi pada waktu awal pemaparan. Pemaparan berikutnya fase elisitasi mereka mengatakan sudah cukup lama mereka bekerja di tempat kerjanya tidak menyebabkan kelainan pada kulit mereka. Meskipun begitu, pemulung juga harus lebih memperhatikan lagi kesehatan kulit pada dirinya, karena kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling terlihat pada tubuh. Disamping itu juga kulit merupakan bagian tubuh yang paling terbuka terhadap infeksi penyakit karena berinteraksi 79 langsung dengan lingkungan luar seperti, udara, paparan sinar matahari, bakteri, dan lain-lain.

4. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit

Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan dan Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai Tahun 2011

23 85 126

Studi Tentang Kepedulian Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi

8 61 115

Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi 2013

2 18 91

Pemenuhan Hak Anak Pemulung Melalui Program Pendidikan Dan Kesehatan Di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

4 47 114

Pola asuh makan, Perkembangan Bahasa dan Kognitif pada Anak Balita Stunted dan Normal di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

1 8 150

Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Umur Penyapihan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Balita di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

0 4 150

Kebiasaan Makan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Status Anemia pada Remaja Putri Keluarga Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

0 2 87

Pengembangan Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Kasus Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi)

0 4 125

POLA ASUH MAKAN, PERKEMBANGAN BAHASA, DAN KOGNITIF ANAK BALITA STUNTED DAN NORMAL DI KELURAHAN SUMUR BATU, BANTAR GEBANG BEKASI

0 0 8

REHABILITASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL DI TPA SUMUR BATU, KELURAHAN SUMUR BATU, KECAMATAN BANTAR GEBANG, KOTA BEKASI, JAWA BARAT - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

1 1 8