dihadapinya secara konseptual dan memberikan kasih sayang, yang selanjutnya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
kebudayaan dan peradaban yang mengangkat harkat dan martabatnya. Untuk menjalankan perintah Allah dan bimbingan
Nabi Muhammad Saw. Maka setiap umat Islam harus berakhlak dan bersikap sebagai berikut: Hindari minuman beracunkeras,
Hindarkan perbuatan yang tidak baik, Memelihara kesucian jiwa, Pemaaf dan pemohon maaf, Sikap sederhana dan jujur,Hindari dari
perbuatan tercela, Sabar, Syukur, Amanah, Benar Ash-Shidqu, Menepati Janji Al-
Wafa’, dan Memelihara kesucian diri Al- Ifafah.
4. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik itu binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-
Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut
adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
18
Contoh akhlakul karimah terhadap lingkungan dengan memelihara dan menyantuni binatang serta memelihara dan
menyayangi tumbuh-tumbuhan.
b. Akhlak al-Mazmumah
Akhlak yang tercela secara umum adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik. Namun ajaran Islam tetap
18
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 152
membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak tercela, diantaranya: Syirik, Berbohong, Takabur sombong,
Dengki, Bakhil, Kufur, Nifaq dan Fasiq, Ujub, Mengumpat dan mengadu domba, dan bersifat riya‟.
Lebih lanjut keadaan jiwa itu adakalanya menampakkan sifat labil di dorong oleh fitrah manusia untuk melakukan atau tak melakukan
perbuatan seperti takut dan lain-lain. Selain itu suasana jiwa adakalanya dipengaruhi adat istiadat, seperti orang terbiasa jujur,
dermawan. Berbeda dengan etika dan moral yang lebih menampilkan aspek
lahiriah, maka akhlak mencakup perbuatan atau keadaan lahir dan batin. Dalam hubungan ini Allah berfirman dalam al-
Qur‟an sebagai berikut:
رْيغب ىْغبْل ْثإْل طب ا ا ْ ر ظ ا شح فْل ىِبر َرح ا َإ ْلق ْعت ال ا هَل ى ع ۟ا ل قت أ اًطْس ۦهب ْلِّ ي ْ ل ا هَل ب ۟ا كرْشت أ ِّحْل
“Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan
hujjah untuk itu dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. QS. Al-
A‟raaf : 33 Ayat diatas menyatakan bahwa Allah mengharamkan segala
perbuatan keji baik yang nampak maupun yang tersembunyi dalam batin manusia. Rohani manusia sebagaimana jasmaninya, dapat
terkena penyakit dan justru penyakit rohani itu yang lebih membahayakan dan apabila penyakit rohani manusia itu telah
mencapai puncaknya, maka terjadilah apa yang disebut “krisis akhlak” yakni keadaan genting dimana akhlak telah demikian rusaknya
sehingga menyebabkan terjadinya kemerosotan moral dalam kehidupan manusia.
19
3. Tujuan Akhlak