Mekanisme Masuknya Debu pada Saluran Pernafasan

ukuran 0,5 µm : akan hinggap di permukaan alveoli atau selaput lender karena Gerak brown, sehingga menyebabkan fibrosi paru. Koren 1995 dalam artikelnya tentang PM 10 menyebutkan bahwa dari beberapa penelitiannya di Philadelphia dan Colorado, terdapat hubungan yang kuat antara pajanan pertikulat PM 10 dengan penderita Cardiopulmonary disease dan asma yang ditunjukkan dengan tingginya mortality dan morbidity kasus penyakit saluran pernafasan dan kasus cardiovascular.

2.3. Mekanisme Masuknya Debu pada Saluran Pernafasan

Brown, 1976 dalam Sintorini, 1998 menemukan bahwa 55 debu yang terhisap melalui udara pernafasan mempunyai ukuran antara 0,25µm sampai dengan 6 µm. Dan jumlah debu yang terhisap tersebut 15 – 95 dapat mengalami retensi. Proporsi retensi tersebut mempunyai hubungan langsung dengan sifat-sifat fisik debu. Didasarkan atas sifat-sifat fisik suspensi debu yang terdapat dalam udara dan anatomi sistem pernafasan maka dapat dikatakan bahwa partikel debu yang mempunyai ukuran lebih besar dari 10 µm dapat dikeluarkan secara komplit melalui saluran pernafasan bagian atas hidung, seperti Gambar 2.1 berikut: Naik Suryanta : Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau Di PT. X Kabupaten Deli Serdang, 2009 USU Repository © 2008 Gambar 2.1. Mekanisme Masuknya Debu pada Saluran Pernafasan Partikel debu yang berukuran 5 µm sampai dengan 10 µm tertahan terutama pada saluran perafasan bagian atas. Debu yang memiliki ukuran 5 µm sampai dengan 10 µm akan ikut jatuh sejalan dengan percepatan gravitasi dan bila terhirup melalui pernafasan biasanya akan jatuh pada alat pernafasan bagian atas dan menimbulkan banyak penyakit berupa iritasi sehingga menimbulkan penyakit pharingitis. Partikel debu dengan ukuran 3 µm sampai dengan 5 µm akan ditahan oleh saluran pernafasan bagian tengah. Partikel debu tersebut jatuhnya lebih ke dalam yaitu pada saluran pernafasan bronchusbroncheolus. Hanya bedanya di sini lebih banyak memiliki aspek fisiologispsikologis yaitu menimbulkan bronchitis, alergis Naik Suryanta : Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau Di PT. X Kabupaten Deli Serdang, 2009 USU Repository © 2008 atau asthma, lebih mudah terkena pada orang yang semula sudah memiliki kepekaan berdasarkan keadaan seperti itu. Partikel debu yang berukuran1 µm sampai dengan 3 µm dapat mencapai bagian yang lebih dalam dan mengendap pada alveoli karena adanya gravitasi dan difusi. Partikel debu bergerak sejalan dengan suatu kecepatan yang konstan untuk jenis-jenis debu tertentu. Debu-debu tersebut menghambat fungsi alveoli sebagai media pertukaran gas asam arang, sehingga dengan melekatnya debu ukuran ini akan mengganggu kemampuan proses pertukaran gas yang lebih kecil ukurannya dan lebih perlahan jatuhnya. Partikel yang berukuran 0.1 µm sampai dengan 1 µm melayang-layang dipermukaan alveoli. Dengan ukuran yang sedemikian kecil dan memiliki berat, debu ukuran ini tidak menempel pada permukaan alveoli tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam bentuk suspensi. Partikel yang berukuran 0.5 µm hinggap dipermukaan alveoli atau selaput lendir karena gerak bown yang terjadi maka akan menyebabkan fibrosis paru. Partikel debu yang berukuran kurang dari 0.1 µm dapat keluar bersama- sama udara pada saat mengeluarkan nafas sebagaimana halnya gas yang tidak larut Clayton, 1976, dalam Sintorini, 1998. Ada tiga mekanisme masuknya debu ke dalam saluran pernafasan Ryadi, 1982 yaitu: a. Inersia, debu akan menimbulkan kelembaban pada debu itu dan terjadi pergerakan karena dorongan aliran udara serta akan melalui saluran yang berbelok-belok. Pada sepanjang jalan pernafasan yang lurus tersebut debu akan langsung ikut dengan aliran, masuk ke dalam pernafasan yang lebih Naik Suryanta : Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau Di PT. X Kabupaten Deli Serdang, 2009 USU Repository © 2008 dalam, sedangkan partikel-partikel yang besar akan mencari tempat yang lebih ideal untuk menempelmengendap seperti pada tempat-tempat yang berlekuk di selaput lendir pernafasan. b. Sedimentasi, sedimentasi terjadi pada saluran pernafasan di mana kecepatan arus udara kurang dari 1 cmdetik, sehingga memungkinkan partikel debu tersebut melalui gaya berat dan akan mengendap. Debu dengan ukuran 3-5 mikron akan mengendap dan menempel pada mukosa bronkioli, sedangkan yang berukuran 1-3 mikron akan langsung ke permukaan alveoli paru. Mekanisme ini terjadi karena kecepatan aliran udara sangat berkurang pada satuan nafas tegak. c. Gerak brown, gerak ini terjadi pada debu-debu yang mempunyai ukuran kurang dari 0,1 µm di mana melalui gerakan udara, debu akan sampai pada permukaan alveoli dan mengendap disitu. Debu yang mempunyai ukuran 0,1- 0,5 mikron dengan gerak brown keluar masuk lewat alveoli, membentur dinding alveoli sehingga akan tertimbun disitu. Apabila udara lingkungan kotor sehingga melampaui kemampuan mekanisme pembersih saluran nafas, maka saluran nafas tidak sepenuhnya terlindungi. Akibat reaksi saluran nafas yang berlebihan seperti terjadi obstruksi dan bila peningkatan reaksi dan obstruksi terjadi berulang-ulang, maka akan terjadi perubahan struktur dan penurunan fungsi saluran nafas yang permanen sehingga menimbulkan obstruksi saluran nafas yang kronik Wijaya, 1992. Naik Suryanta : Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau Di PT. X Kabupaten Deli Serdang, 2009 USU Repository © 2008

2.4. Penyakit Kesehatan Akibat Partikulat