Pengaruh Penggunaan Masker dengan Fungsi Paru

tidak secara langsung atau tidak dapat berdiri sendiri untuk mempengaruhi gangguan pernafasan, sehingga memerlukan variabel lain untuk bersama-sama mempengaruhi gangguan fungsi pernafasan. Kemungkinan lain yaitu debu yang terhirup membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat menimbulkan gangguan pernafasan, karena setiap jenis debu organik maupun anorganik sampai menimbulkan gangguan pernafasan mempunyai jangka waktu berbeda, tergantung konsentrasi atau kadar serta ukuran debu tersebut dan hal lain kemungkinan adalah adanya kerentanan pekerja terhadap polutan.

5.2. Pengaruh Penggunaan Masker dengan Fungsi Paru

Masker adalah alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya baik yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan pekerjaannya. Masker ini tidaklah secara sempurna dapat melindungi dirinya dari bahaya, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Masker terdiri dari 1. Masker monofilter 2. Masker doblefilter 3. Masker kain Dalam penelitian ini digunakan masker yang terbuat dari kain yang berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan. Posisi masker terletak antara hidung dan mulut tercover tertutup Naik Suryanta : Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau Di PT. X Kabupaten Deli Serdang, 2009 USU Repository © 2008 semua. Masker diganti minimal 1x seminggu tergantung dari perubahan warna debu di masker. Perbedaan masker kain dengan handuk adalah handuk mempunyai pori- pori yang besar atau 100 micron sedangkan masker kain mempunyai pori-pori yang kecil atau 10 micron. Masker di dalam penelitian ini dipakai kurang lebih 6 jam per hari dengan masa istirahat 2 jam. Para pekerja diawasi oleh mandor sortir. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa rata-rata fungsi paru pekerja pensortiran daun tembakau pada kelompok kontrol sebelum intervensi sebesar 318,09 ml dan setelah intervensi 322,35 ml. Sedangkan untuk kelompok perlakuan memiliki nilai rata-rata sebelum intervensi sebesar 308,68 ml dan setelah intervensi sebesar 362,5 ml. Jika nilai rata-rata fungsi paru ini dimasukkan ke dalam standar pengukuran maka fungsi paru untuk kedua kelompok berada pada status sedang, yaitu antara 300- 500 ml artinya selama ini pekerja diruang sortasi sudah mengalami kelainan fungsi paru tingkat sedang. Dari hasil uji statistik yang dilakukan pada kelompok kontrol dan perlakuan sebelum mendapatkan intervensi menunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata yang signifikan dengan nilai p = 0,087 atau p0,05, sedangkan untuk kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah mendapatkan intervensi menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan dengan nilai p = 0,0001 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja pensortiran daun tembakau yang menggunakan masker selama bekerja memiliki fungsi paru yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang tidak menggunakan masker artinya ada perbaikan fungsi paru pekerja. Naik Suryanta : Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau Di PT. X Kabupaten Deli Serdang, 2009 USU Repository © 2008 Peningkatan fungsi paru pekerja pensortir daun tembakau ini dapat dilihat dari perbandingan selisih nilai fungsi paru kedua kelompok, untuk kelompok kontrol tanpa menggunakan masker memiliki kenaikan rata-rata sebesar 4,26 ml, sedangkan pada kelompok perlakuan dengan menggunakan masker memiliki kenaikan yang lebih tinggi yaitu sebesar 53,82 ml. Dengan demikian jelaslah bahwa penggunaan masker dapat menghambat masuknya partikel debu ke dalam saluran pernafasan pekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mila 2006, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pemakaian masker dengan kapasitas vital paru tenaga kerja bagian pengamplasan. Begitu juga dengan penelitian Satria 2006, di mana ada pengaruh antara pemakaian masker dengan kapasitas fungsi paru petani pengguna pestisida semprot. Demikian juga dengan teori Suma’mur 1996, yang menyatakan bahwa penggunaan masker berkaitan erat dengan banyaknya partikulat yang tertimbun di dalam organ paru akibat pencemaran yang dapat mengurangi kemampuan fungsi paru. Penggunaan masker ini akan dapat mencegah menumpuknya partikulat pencemar dalam organ paru, sehingga dapat mengurangi terjadinya penurunan fungsi paru. Menurut penelitian Widjaya 1998 didapatkan pekerja yang menggunakan masker hanya 9,3 yang mempunyai kelainan klinis saluran pernafasan. Hasil penelitian Holmess, 1989 dalam Wright 1991, terhadap 50 pekerja furniture ditemukan bahwa pekerja yang tidak konsisten dalam menggunakan masker sebanyak 27 mengalami penyakit pernafasan. Naik Suryanta : Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau Di PT. X Kabupaten Deli Serdang, 2009 USU Repository © 2008 Oleh karena itu, sangatlah perlu dilakukan upaya untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan masker yang cukup protektif terhadap pajanan debu pada pekerja pensortir daun tembakau untuk itu kiranya diperlukan kerjasama antara pihak Dinas Kesehatan dengan pihak perkebunan untuk melakukan monitoring terhadap penggunaan masker pada pekerja. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada pekerja akan penting dan perlunya masker. Selain itu diharapkan bagi pengusaha untuk melengkapi ruang kerja produksi dengan exhauster, sehingga debu yang berada diruang kerja dapat terhisap keluar. Naik Suryanta : Pengaruh Pengendalian Paparan Debu Pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau Di PT. X Kabupaten Deli Serdang, 2009 USU Repository © 2008

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN