72
A. Gambaran Umum tentang Katekese
Gereja merupakan himpunan orang-orang beriman akan Yesus Kristus. Oleh sebab itu Gereja mempunyai tiga tugas Kristus dalam karya pastoralnya yaitu
Kristus Nabi decendi, Kristus Imam sanctificandi, dan Kristus Raja regendi. Tugas Kristus Nabi dalam KHK, kan. 747 § 1 adalah Kristus memberi
kepercayaan kepada Gereja untuk menjaga iman bersama Roh Kudus sebagai kebenaran, menyelidiki mendalam, mewartakan, dan menjelaskan dengan setia.
Gereja memiliki tugas dan hak mewartakan Injil kepada semua orang dengan alat komunikasi sosial dan tanpa bergantung pihak lain.
Tugas Kritus Imam menurut KHK, kan. 834 § 1 bahwa Gereja melaksanakan tugas menguduskan secara istimewa dengan liturgi suci sebagai
pelaksanaan tugas imamat. Pengudusan manusia dinyatakan dalam tanda-tanda indrawi dan dihasilkan dengan cara khas. Dengan liturgi dipersembahkan juga
liturgi publik kepada Allah oleh Tubuh Yesus, yaitu Kepada dan anggota- Nya. Tugas Kristus Raja dalam KHK, kan. 212 § 1 para Gembala suci yang
mewakili Kristus sebagai guru iman, atau mereka yang ditetapkan sebagai pemimpin Gereja harus diikuti dengan ketaatan kristiani oleh kaum beriman
kristiani dengan kesadaran tanggungjawab masing-masing.
1. Tempat Katekese dalam Pastoral Gereja
Istilah „pastoral‟ berasal dari kata „pastor‟, yang dalam bahasa Latinnya berarti gembala. „Pastoral‟ merupakan seluruh karya yang dilakukan oleh semua
orang beriman, tidak hanya pastor sebagai pelayan imamat dalam melaksanakan tugas sebagai Kristus Imam Sumarno Ds, 20122013: 1.
73
Oleh karena itu karya pastoral dapat dipahami sebagai tindakan yang dilakukan Gereja sebagai keseluruhan umat Allah dalam melaksanakan tugas
perutusan dan panggilannya, bukan hanya karya pastor atau hirarki saja tetapi seluruh umat berpartisipasi Adisusanto, 2000: 13.
Dalam karya pastoral Gereja terdapat tiga tugas pokok Kristus yang harus terlaksana yaitu Kristus sebagai Nabi docendi, Kristus sebagai Imam
sanctificandi , dan Kristus sebagai Raja regendi. Dari ketiga tugas Gereja
tersebut terdapat tiga bentuk yang terpenuhi dalam pelayanan pastoral Gereja yaitu pelayanan sabda dengan mewartakan kerygma, pelayanan ibadat dengan
merayakan leiturgia, dan pelayanan pengarahan dengan mengorganisir dan mendidik umat Kristus koinonia dengan penuh cinta kasih supaya dapat
memberikan kesaksian martyria dan pengabdian kepada sesama diakonia Sumarno Ds, 20132014: 35; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5.
Tugas pokok Kristus sebagai Nabi docendi adalah mewartakan Kerajaan Allah kepada seluruh umat. Dalam tugas tersebut Gereja berpartisipasi dalam
pokok, karya dan pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah. LG, art. 12 mengatakan bahwa semua umat Allah berpartisipasi dalam tugas kenabian yaitu
menyampaikan kesaksian, melalui pengalaman iman dan cinta kasih, serta memberikan pujian syukur kepada-Nya Ibr 13:15. Seluruh umat beriman yang
telah diurapi 1 Yoh 2:20.27, dan tidak dapat sesat dalam beriman. LG, art. 35 kaum awam berpartisipasi dalam tugas kenabian. Oleh karena itu umat menjadi
saksi-Nya dan dibekali iman dan rahmat sabda Kis 2:17-18; bdk. Why 19:10 sehingga dapat terpancar dalam kehidupan Sumarno Ds, 20132014: 35.
74
Tugas kenabian Gereja adalah mewartakan Kerajaan Allah, mengajak seluruh umat menanggapi panggilan dan menerima keselamatan-Nya yang
terpenuhi dalam bentuk pelayanan sabda. Pelayanan sabda yang merupakan fungsi pastoral dan berisikan Tradisi yang hidup. Oleh karena itu sabda Allah
disampaikan dengan cara dan bentuk yang bervariasi, sehingga dapat membina, menggairahkan dan memupuk iman umat supaya menjadi aktual dan relevan
dalam kehidupan sehari-hari Sumarno Ds, 20132014: 36-37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5-6.
Bentuk dan fungsi Gereja dalam pelayanan Sabda adalah magisterium kuasa mengajar Gereja yang tidak dapat sesat, sebagai penjaga dan penyampaian
pengajaran iman; peranan teologi sebagai refleksi iman dan pengalaman kristen sebagai penulisan sistematis dan penyelidikan ilmiah tentang kebenaran iman;
serta pelayanan sabda dengan pewartaan, katekese dan homilikhotbah Sumarno Ds, 2013: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 6.
Pelayanan sabda merupakan tugas Gereja yang penting karena merupakan awal mula terbentuknya Gereja adalah melalui komunitas kaum beriman 1 Ptr
1:23 sehingga seolah-olah orang dilahirkan lewat sabda. Gereja hidup dan mendapat sumber makanan dari Sabda Allah maupun roti Ekaristi Kis 2:24
Sumarno Ds, 20132014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7. Ketiga tugas Gereja tersebut merupakan tugas penyelamatan Gereja
sehingga katekese berada dalam tugas kenabian docendi. Katekese berperan sebagai sarana, alat dan media penyampaian wahyu Allah Sumarno Ds,
20132014: 35; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5.
75
Pelayanan sabda memberikan persiapan dan membimbing ke arah perayaan santificandi
. Perayaan merupakan ungkapan syukur atas pewartaan sabda yang telah diterima umat. Kegiatan ibadat terjadi karena warta Gembira yang harus
diwartakan dan liturgi Ekaristi timbul karena liturgi sabda. Dalam perayaan terdapat pelayanan sabda sebagai sebuah pewartaan dan pelayanan sabda cocok
untuk berkatekese Sumarno Ds, 20132014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7. Tugas Kristus sebagai Raja regendi berproses dari pelayanan sabda
kerygma dan liturgi yang keduanya saling membutuhkan sehingga tercapai
kesaksian iman dan terwujudnya pengabdian cinta kasih dalam kehidupan Sumarno Ds, 20132014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7-8.
Ketiga tugas Kristus tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Tanpa pelayanan sabda liturgi menjadi magis dan ritual, hukum menjadi legalistis
dan yuridis, lembaga menjadi institusional, dan pastor hanya sebagai pembesar administrasi. Demi terwujudnya tugas Kristus maka dibutuhkan usaha terus
menerus. Dalam Perjanjian Lama peranan imam bersifat ibadat tetapi dalam Perjanjian Baru terjadi penekanan dalam tugas kenabian sebagai segi imamat Rm
15:16. Kegiatan ibadat muncul karena Kabar Gembira yang diwartakan. Ekaristi timbul karena liturgi sabda, dan Ekaristi tidak berarti jika tidak ada liturgi sabda
Sumarno Ds, 20132014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7. Katekese merupakan bagian dari pelayanan sabda dan tercermin dalam
tugas kenabian yang dilakukan oleh Gereja demi terciptanya Kerajaan Allah. Tugas kenabian adalah menyampaikan Kabar Gembira kepada seluruh umat
dengan memberi kesaksian iman dan menanggapi wahyu Allah. Tugas kenabian didukung dengan tugas perayaan sanctificandi sebagai bentuk tindakan ritual.
76
Tugas perayaan timbul karena tugas kenabian docendi, dan tugas Raja regendi berasal dari proses tugas kenabian dan perayaan. Oleh karena itu tempat katekese
dalam karya pastoral Gereja berada dalam tugas kenabian yang merupakan pewartaan sabda melalui kesaksian iman dengan menjawab dan mewujudkan
nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari Sumarno Ds, 20132014: 36-38; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5-8.
Secara keseluruhan katekese tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pastoral dan misioner Gereja. Katekese merupakan pembinaan iman untuk anak-anak,
kaum muda, orang dewasa, dan orang tua tentang ajaran Kristiani, yang diberikan secara organis dan sistematis, supaya umat dapat memasuki kepenuhan hidup
Kristiani. Oleh karena itu katekese secara formal tidak bertepatan dengan unsur misi pastoral Gereja yang memiliki unsur kateketis, yang merupakan persiapan
katekese atau bersumber pada misi pastoral. Tetapi katekese tetap bertumpu pada unsur-unsur kateketis. Unsur misi pastoral adalah proklamasi awal Injilpewartaan
misioner melalui kerygma untuk membangkitkan iman umat, penyelidikan alasan beriman, pengalaman hidup, perayaan Sakramen, integrasi ke dalam hidup jemaat,
dan kesaksian apostolis misioner. Katekese dan evangelisasi tidak saling bertentangan dan tidak bisa dianggap sama tetapi keduanya saling berhubungan
CT, art. 18.
2. Pengertian Umum Katekese
Istilah „katekese‟ berasal dari bahasa Yunani yaitu „katechein’. Katechein berasal dari dua kata yaitu kat yang berarti pergi atau meluas, dan echo berarti
menggema atau menyuarakan ke luar. Katechein mempunyai dua pengertian yaitu
77
pewartaan yang sedang disampaikan atau diwartakan dan ajaran dari para pemimpin untuk umat
Papo, 1987: 1. Kata „katekese‟ berarti membuat gema, membuat sesuatu bergaung. Kata „katekese‟ juga terdapat dalam teks Kitab Suci
yaitu Luk 1:4 diajarkan; Kis 18:25 pengajaran dalam Jalan Tuhan; Kis 21:21 mengajar; Rm 2:18 diajar; 1 Kor 14:19 mengajar; Gal 6:6 pengajaran
Telaumbanua, 1999: 4. Dalam konteks pengertian tentang katekese dapat dipahami sebagai
pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman untuk umat supaya seorang Kristen semakin hari semakin dewasa dalam iman. Oleh sebab itu katekese diperuntukkan
bagi orang yang sudah dibaptis tetapi dengan berjalannya waktu setelah zaman Bapa-bapa Gereja Patristik, katekese merupakan suatu pengajaran dan latihan
untuk para calon baptis Telaumbanua, 1999: 4. Dengan demikian katekese merupakan segala usaha penyampaian ajaran iman, pendidikan agamaajaran
Gereja Papo, 1987: 11. Di dalam katekese berisikan pengarahan tata-hidup orang beriman yang diwujudkan dalam kehidupan pribadi dan bersama
Setyakarjana, 1997: 4. CT, art. 18 menyatakan bahwa katekese adalah pembinaan iman untuk
anak-anak, kaum muda dan orang dewasa tentang ajaran Kristen. Pembinaan iman tersebut disampaikan secara organis dan sistematis, dengan tujuan mengantar
umat memasuki kepenuhan hidup Kristen. Katekese juga mengajak seluruh umat-Nya untuk merasakan kasih Allah
sebagaimana dijalaskan dalam CT, art. 5: Katekese mencakup arti mengajak sesama mendalami Misteri dalam segala
dimensin ya: “untuk menunjukkan kepada semua orang makna rencana yang
terkandung dalam misteri ...bersama dengan segala orang kudus memahami,
78
betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus ... mengenai kasih itu yang melampaui segala pengetahuan ... dan dipenuhi
dalam segala kepenuhan Allah”. Katekese tidak sebatas mengantar umat pada kepenuhan hidup Kristus tetapi
juga mengajak umat untuk mendalami Misteri Kristus yaitu makna terdalam tentang kasih Allah, kasih yang melebihi pengetahuan, dan kasih yang terpenuhi
dalam kepenuhan diri Allah. Dalam rangka penerimaan sakramen katekese merupakan persiapan
menerima sakramen-sakramen yang bernilai tinggi untuk mengantar kepada sakramen iman CT, art. 23. Katekese juga harus mampu memantapkan dan
mengajarkan iman, serta terus menerus membangkitkan iman dengan bantuan rahmat-Nya. Dengan hati terbuka, timbul pertobatan dan menyerahkan diri
seutuhnya kepada Yesus. Hal ini biasa terjadi bagi umat yang baru mengalami ambang iman CT, art. 19. Oleh karena itu inti dari katekese terarah pada
pendewasaan iman dan kesaksian umat di tengah-tengah masyarakat CT, art. 25.
3. Tujuan Katekese
Katekese bertujuan untuk mendampingi umat supaya bersatu dengan Kristus sehingga umat menerima kekuatan dari Allah CT, art. 25. Sasarannya adalah
umat yang sudah tua maupun yang masih muda semakin hari bertumbuh dalam iman dengan bantuan Allah. Dalam proses katekese, umat diajak untuk mengenal
misteri Kristus melalui firman-firman-Nya, supaya umat hidup berdasarkan firman-Nya CT, art. 20. Katekese juga merangsang pengetahuan, penghayatan,
serta pertumbuhan benih iman yang diberi oleh Roh Kudus melalui pewartaan awal, dan yang diperoleh melalui pembaptisan CT, art. 5.
79
Sejalan dengan itu tujuan mutakir katekese ialah bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya
untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra denganNya. Hanya Dialah, yang dapat membimbing kita kepada cintakasih Bapa dalam Roh, dan
mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kudus CT, art. 5.
Tujuan katekese adalah membantu menghubungkan relasi manusia dengan pribadi Yesus dan mengundang Yesus masuk dalam kehidupan manusia sehingga
terjalin hubungan yang mesra. Yesus Kristus membimbing manusia dengan cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak manusia untuk terlibat dalam menghayati
hidup Tritunggal Kudus.
4. Isi Katekese
Dalam CT, art. 5 dikatakan bahwa jantung katekese adalah pribadi Yesus yang diutus Bapa menjadi manusia. Dia yang telah menderita sengsara dan wafat
demi manusia, dan sekarang telah bangkit dengan mulia serta hidup di tengah kehidupan manusia. Jantung katekese disampaikan melalui pewartaan Injil dan
Kabar Gembira Keselamatan yang merupakan bagian dari katekese. Isi katekese tersebut sering didengar, disampaikan dan diterima dengan terbuka hati. Oleh
karena itu katekese didalami melalui refleksi dan studi sistematis dalam pengalaman hidup yang diwujudkan dalam kehidupan Gereja, masyarakat serta
umat berani untuk mengambil keputusan dan berkomitmen CT, art. 26. Isi katekese merupakan wahyu Allah Kitab Suci yang memuncak dalam
diri Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang. Dengan prinsip Kabar Gembira tersebut menjadi aktual, nyata, dapat dirasakan oleh umat
dan membawa perubahan hidup Banyu Dewa, 2003: 18. Keselamatan dan pembebasan yang berasal dari Allah dan Yesus Kristus, nilai-nilai kerja dan harga
80
diri manusia serta masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat merupakan isi katekese yang tidak bisa ditinggalkan Gowing Bataona, 1979: 40-43
Tradisi dan Kitab Suci yang merupakan sumber hidup dan warisan Gereja yang berisikan sabda Allah sebagai sumber pokok katekese. Tradisi dan Kitab
Suci merupakan suatu hal yang kudus. Tradisi dan Kitab Suci tersebut yang telah dipercayakan kepada Gereja seperti yang telah diingatkan dalam Konsili Vatikan
II, pelayanan sabda-kotbah pastoral, kateketik dan pendidikan Kristen harus dikembangkan, dan mendorong manusia menuju kekudusan melalui sabda Allah
CT, art. 27. Karena Tradisi dan Kitab Suci merupakan sumber katekese maka
dibutuhkan perhatian akan kenyataan yang terjadi karena katekese harus lebih berwarna, dan diresapi oleh gagasan, semangat dan visi Kitab Suci serta Injil
dengan berhadapan pada teks-teks tersebut dengan melakukan kontak. Oleh karena itu katekese akan menjadi kaya dan efektif jika membaca teks tersebut
dengan pengertian serta hati dengan menggali inspirasi, refleksi dan kehidupan Gereja CT, art. 27.
5. Pendekatan-pendekatan Katekese
Pendekatan merupakan suatu pola dasar yang dapat digunakan dalam menyampaikan pewartaan Kristiani, supaya umat atau peserta terbantu dalam
menghayati imannya. Terdapat lima pendekatan yang dapat digunakan dalam karya
katekese yaitu
pendekatan biblisKitab
Suci, pendekatan
antropologispengalaman manusia, pendekatan masalah, pendekatan peristiwa, dan pendekatan alam Papo, 1987: 64.
81
a. Pendekataan BiblisKitab Suci
Pendekataan biblisKitab Suci merupakan pola dasar dalam penyampaian pewartaan berdasarkan nilai-nilai Kitab Suci. Pendekatan ini meliputi tiga langkah
yaitu menampilkan aspirasi umat, menampilkan nilai-nilai Kitab Suci dan hidup baru Papo, 1987: 64.
Langkah pertama dalam pendekatan biblis adalah memilih salah satu nilai kemanusiaan dengan memberikan penjelasan dan mengungkapkan pengalaman
hidup dengan memanfaatkan sarana pendukung yang ada. Langkah kedua mendalami nilai Kitab Suci dengan pengalaman hidup peserta dan pengalaman
hidup orang kudus. Langkah ketiga berdasarkan nilai-nilai Kitab Suci, peserta diajak untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk
pertobatan Papo, 1987: 65.
b. Pendekatan AntropologisPengalaman Manusia
Pendekatan antropologispengalaman manusia merupakan pendekatan yang bertitik tolak dari pengalaman hidup yang konkret. Pendekatan antropologis
menekankan penyadaran pengalaman hidup umat dalam memberikan arah melalui Yesus Kristus sehingga umat dapat memaknai hidup menjadi berarti. Pendekatan
antropologis memiliki tiga langkah pokok yaitu pengalaman hidup, menemukan arti kristiani, dan arti bagi hidup Papo, 1987: 65-66.
Langkah pertama dalam pendekatan antropologis diawali dengan merangsang pengalaman hidup dan memanfaatkan sarana misalnya cerita, foto,
film, atau sarana lainnya. Langkah kedua peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidup dan mendalaminya sebagai pengalaman yang dirasakan semua
82
orang. Langkah ketiga umat diajak untuk menyimak kesaksian iman dalam Kitab Suci sebagai arti akhir dari pengalaman hidup. Sabda Allah yang sudah diterima
dapat memberi arti baru dalam kehidupan manusia yaitu dari pengalaman hidup menuju Yesus Kristus dan kembali ke kehidupan nyata Papo, 1987: 65-66.
c. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah merupakan pendekatan berdasarkan masalah yang sedang terjadi dan membutuhkan solusi berdasarkan Kitab Suci. Pendekatan ini
terdiri dari penegasan masalah dengan menguraikan masalah yang terjadi, mencari jawaban Kristiani melalui Kitab Suci, dan penerapan hidup Papo, 1987: 66-67.
Langkah pertama dalam pendekatan masalah adalah menemukan masalah yang terdapat fakta-fakta hidup sebagai topik. Topik tersebut menjadi hal penting
dengan melakukan diskusi untuk memecahankan masalah. Jawaban yang muncul harus sesuai akal budi, berdasarkan wahyu dan dokumen Gereja. Langkah kedua,
peserta diajak menemukan jawaban berdasarkan Kitab Sucidomumen Gereja. Jawaban yang muncul dapat memberi pengaruh pada kehidupan dan menemukan
contoh konkret sebagai nilai baru. Agar pendekatan masalah dapat berhasil peserta dituntut untuk melakukan meditasi mendalam sehingga memperoleh kesimpulan
yang tepat. Peserta juga diharapkan memiliki rasa hormat terhadap Kitab Suci, liturgi, dll dalam proses katekese Papo, 1987: 66-67.
d. Pendekatan Peristiwa
Pendekatan peristiwa merupakan pewartaan yang terjadi saat ada kesempatan spontan, misalnya resepsi pernikahan, layat, reuni keluarga,
83
peringatan orang meninggal, pemberkatan rumah, arisan, selametan, tukar cincin, dll. Pendekatan peristiwa meliputi tiga langkah yaitu menanggapi peristiwa yang
terjadi, mendalami iman dalam terang Kitab Suci, dan penerapan dalam hidup
Papo, 1987: 67-68.
Pendekatan peristiwa diawali dengan mengajak umat mengungkapkan pengalaman hidup sesuai peristiwa yang sedang terjadi dan katekis memberikan
arahan. Dari sharing pengalaman hidup, dan menemukan nilai-nilai hidup peserta diteguhkan dengan bacaan Kitab Suci. Pada tahap akhir katekis menyebutkan
contoh konkret dan memberikan penjelasan supaya peserta dapat menghayati peristiwa itu dengan semangat dan pandangan baru Papo, 1987: 67-68.
e. Pendekatan Alam
Pendekatan alam merupakan pendekatan yang bertitik tolak dari unsur alam semesta untuk membantu peserta dalam menghayati imannya. Pendekatan alam
terdiri dari tiga langkah pokok yaitu mencari arti alam semesta yang terjadi, membaca Kitab Suci, dan perwujudan hidup Papo, 1987: 68-69.
Pendekatan alam didahului dengan mengajak peserta memperhatikan alam, memilih dan memperhatikan salah satu jenis alam dengan mengungkapkan
pendapat. Peserta mendalami teks Kitab Suci dengan menemukan makna hidup dan berani mewujudkan nilai-nilai itu dalam kehidupan Papo, 1987: 68-69.
6. Sarana Katekese
Sarana merupakan alat bantu, bahan, tempat dan kesempatan yang digunakan dalam berkatekese, misalnya papan tulis, gambar, flanel, cerita,
84
nyanyian, drama, guntingan gambar, perayaan, buku, alat-alat ibadat dan tempat berkatekese. Pribadi pendamping merupakan sarana sebagai pemudah, pengarah,
dan, pencipta suasana. Pendamping sebagai tokoh dan pemberi kesaksian iman dengan mengembangkan kepribadian peserta yaitu memberi penyadaran,
pengembangan dan peneguh iman dan kehidupan agama Papo, 1987: 79.
Berdasarkan dari pengajaran lisan maupun beredarnya surat-surat di Gereja- gereja yang telah dilakukan oleh para Rasul pada zaman itu katekese terus
berkembang untuk mencari cara dan sarana yang bersifat modern. Cara dan sarana yang modern itu mendukung jalannya tugas perutusan, dan mendukung peran
serta jemaat dan para gembala CT, art. 46. Peluang-peluang besar yang ada yaitu berkat media komunikasi sosial dan
media komunikasi dalam kelompok “group media” yaitu radio, media cetak, piringan hitam, rekaman tape, serta seluruh media audio-visual lain yang harus
dimanfaatkan dengan baik CT, art. 46. Berbagai upaya dan usaha yang sudah dilakukan, semua kegiatan Gereja
bersifat kateketis, karya katekese tidak kehilangan nilai, akan tetapi memperoleh penyegaran baru. Salah satu gejala utama pembaharuan katekese sekarang adalah
penerbitan dan penggadaan buku-buku katekese di wilayah Gereja yang bisa digunakan sebagai sumber atau isi katekese CT, art. 49.
B. Gambaran Umum tentang Katekese Umat