Petunjuk Pelaksanaan Usulan Katekese Umat Kesimpulan

135

E. Petunjuk Pelaksanaan Usulan Katekese Umat

Usulan katekese umat model Shared Christian Praxis ditujukan kepada umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Katekese umat ini dilaksanakan setiap bulan sekali kecuali pada masa Prapaskah, BKSN, masa Adven dan bulan Rosario. Katekese umat ini juga dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun, dengan 6 kali pertemuan. Waktu yang digunakan setiap masing-masing pertemuan katekese umat 60-90 menit. Sedangkan tempat yang digunakan untuk katekese umat adalah salah satu rumah umat secara bergantian. Usulan katekese umat model Shared Christian Praxis dilaksanakan secara berurutan berdasarkan tema yang sudah disusun karena pertemuan satu berhubungan dengan pertemuan berikutnya supaya tujuan dapat tercapai dengan baik. Enam tema katekese umat sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Sedangkan pendamping atau pelaksana kegiatan katekese umat adalah penulis dan bekerja sama dengan pemuka umat serta umat di Lingkungan St. Yusuf. Melalui kegiatan ini diharapkan umat semakin terbantu untuk meningkatkan penghayatan iman dan memperkenalkan kepada umat katekese umat model Shared Christian Praxis sepaya umat juga semakin semangat untuk melibatkan diri dalam ketekese umat. 136

F. Contoh Persiapan Katekese Umat model Shared Christian Praxis

1. Identitas

a. Tema pertemuan : Bersama Yesus kita membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas. b. Tujuan : Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari pentingnya membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas sehingga mereka dapat saling berbagi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. c. Peserta : Orang dewasa d. Tempat : Salah satu rumah umat e. Waktu : 60-90 menit f. Metode :  Sharing  Tanya jawab  Informasi  Renungan  Peneguhan g. Model : SCP Shared Christian Praxis h. Sarana :  Teks Kitab Suci Kis 2:41-47.  Teks lagu: “Dalam Yesus Kita Bersaudara” dan “Hari ini Ku Rasa Bahagia”  Teks Cerita: “Daun-daun dan Orang”  Spiker aktif  Laptop 137 i. Sumber bahan :  Darmawijaya, St. 2006. Kisah Para Rasul. Kanisius: Yogyakarta, hal. 42-47.  LBI. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Kanisius: Kanisius: Yogyakarta, hal. 218.  LAI. 2011. Alkitab Deuterokanonika. KWI: Jakarta, hal. 143.  Mihalic, Frank. 2008a. 1500 Cerita Bermakna Jilid I. Obor: Jakarta, hal. 182-183.

2. Pemikiran Dasar

Pada zaman sekarang kebersamaan antar umat tetap diperlukan untuk mempererat hubungan satu sama lain. Suatu kelompokkomunitas terbentuk karena adanya kebersamaan antar anggota. Tetapi pada kenyataanya kebersamaan semakin luntur karena perkembangan zaman. Pada zaman sekarang banyak umat yang tidak peduli dengan lingkungan di mana mereka tinggal. Banyak umat kurang memahami pentingnya membangun kebersamaan. Penyebab lunturnya kebersamaan dalam kehidupan umat adalah pengaruh perkembangan teknologi yang pesat, sibuk dengan pekerjaan, cuek dengan keadaan sekitar, egois, dll. Tidak jarang sering dijumpai banyak umat membangun kebersamaan saat kebersamaa itu menguntungkan bagi dirinya. Kis 2:41-47 menguraikan tentang kebersamaan yang ada dalam sebuah komunitaskelompok yaitu mereka orang-orang yang percaya kepada Yesus. Kita merupakan pribadi-pribadi yang percaya kepada Yesus dan hidup dalam suatu lingkungan yang membuat kita selalu kuat. Secara istimewa juga kita dipanggil 138 untuk hidup bersama Yesus melalui pembaptisan yang sudah kita terima. Karena kita hidup dalam komunitaskelompok yang membutuhkan kebersamaan maka Yesus mengajak kita untuk tekun dalam pengajaran dan berkumpul merayakan Ekaristi atau ibadat bersama, tekun dalam doa, bersuka cita, bersyukur, dan saling berbagi satu sama lain. Oleh karena itu kita semakin percaya dan yakin akan kuasa Yesus dalam hidup kita sehingga semakin banyak yang percaya kepada- Nya dan saling membangun kebersamaan. Pada pertemuan kali ini kita diajak untuk membangun kebersamaan dalam berkomunitas terutama komunitas Gereja, serta melibatkan Yesus untuk mewujudkan kebersamaan. Kebersamaan dalam berkomunitas harus selalu dikembangkan supaya suka cita hidup bersama Yesus dapat selalu dirasakan. Dengan membangun kebersamaan kita dapat merasakan kasih Tuhan dengan saling berbagi. Perwujudan kebersamaan dalam komunitas misalnya melibatkan diri dalam kegiatan menggereja, tekun berdoa, menghadiri perayaan Ekaristi, saling berbagi pengalaman, saling berbagi pengetahuan, saling bekerjasama membersihkan Gereja, melibatkan diri dalam tugas koor, dll. Membangun kebersamaan berarti berani untuk berkorban dan berani untuk bekerjasama.

3. Pengembangan Langkah-Langkah:

a. Pembukaan 1 Kata pengantar Bapakibu dalam Yesus Kristus, pada malam hari ini kita di sini berkumpul untuk bersama-sama belajar tentang bersama Yesus kita membangun kebersamaan dalam berkomunitaskelompok. Pada saat ini kebersamaan yang ada 139 di Lingkungan atau Gereja semakin hari semakin luntur. Banyak dijumpai umat yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kurang peduli dengan sekitar, atau kurang tanggap akan situasi dan kondisi di sekitar. Kebersamaan itu penting bagi kehidupan kita dalam sebuah komunitaskelompok. Bahkan segala sesuatu dapat dihadapi jika kita melibatkan Yesus dalam membangun kebersamaan tersebut. Dalam Kis 2:41-47 kita akan diajak untuk membangun kebersamaan dalam komunitas orang beriman. Kebersamaan yang sesungguhnya tidak hanya sebatas merasakan kebahagiaan akan tetapi kebersamaan juga membutuhkan perjuangan, dan pengorbanan untuk sesuatu yang akan dicapai. Dalam membangun kebersamaan membutuhkan kerjasama satu sama lain. Melalui kebersamaan kita belajar mampu saling berkomunikasi, saling mengenal dan saling berbagi. 2 Lagu pembukaan: “Dalam Yesus Kita Bersaudara” [Lampiran 8: 25] 3 Doa pembukaan Bapa yang maha pemurah, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu, karena penyertaan-Mu kami semua dapat berkumpul di tempat ini untuk bersama- sama mendalami sabda-Mu. Bapa, kami mohon dampingi kami semua yang ada di sini supaya kami dapat membuka hati kami untuk merenungkan, mendalami, dan mensharingkan pengalaman hidup kami dalam membangun kebersamaan berkomunitas. Kami mohon agar kami semakin menyadari pentingnya membangun kebersamaan dalam hidup komunitas sehingga kami dapat saling berbagi kasih. Bapa kami mohon berkatilah seluruh pertemuan malam hari ini, dari awal hingga akhir supaya kami sungguh-sungguh memahami arti kebersamaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Amin. 140 b. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta 1 Pendamping membagikan teks cerita yang berjudul “Daun-Daun dan Orang” [Lampiran 9: 26] kepada peserta dan menunjuk salah satu peserta untuk membacakanya sedangkan umat lain memperhatikan dan mendengarkan. 2 Pendamping memberikan waktu kepada umat untuk membaca secara pribadi cerita tersebut dalam hati. 3 Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali dengan singkat cerita “Daun-Daun dan Orang”. 4 Inti sari cerita “Daun-Daun dan Orang”. Hidup dalam kelompok seperti halnya sebuah pohon yang terdiri dari daun, batang pohon, cabang, dan akar. Daun memiliki peran penting demi berkembang dan bertumbuhnya pohon. Satu lembar daun bagaikan satu pribadi dalam kelompok tersebut. Jika satu lembar daun tidak dapat bekerja dengan baik maka akan menghambat pertumbuhan pohon. Jika tidak ada kerjasama antara daun, batang, cabang, maupun akar maka pohon tidak akan tumbuh dengan baik. Pohon membutuhkan air dari akar pohon dan sinar matahari. Melalui hijau daun pohon akan memproduksi air dan gula kemudian disimpan sebagai bahan makanan. 5 Pengungkapan pengalaman hidup: peserta diajak untuk mendalami perumpamaan tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan: a Ceritakanlah hambatan apa saja yang terjadi jika sebuah pohon tumbuh tanpa ada kebersamaan? b Ceritakan pengalaman BapakIbu dalam menghadapi hambatan dalam membangun kebersamaan berkomunitas Lingkungan, Wilayah, atau Paroki? 6 Suatu contoh arah rangkuman pendamping 141 Berdasarkan perumpamaan di atas, hambatan yang terjadi jika bagian- bagian dari pohon tersebut tidak tumbuh dalam kebersamaan adalah jika pohon tidak menerima sinar matahari karena terhalang sesuatu, tidak ada air yang mengalir, daun menjadi gugur atau layu dll. Dalam pengalaman hidup hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam membangun kebersamaan berkomunitas misalnya tidak mau bekerja sama satu sama lain, tidak saling mempercayai kemampuan orang lain, tidak mau berkorban, saling menyalahkan, dijahui umat lain, tidak mau tahu atau tidak peduli dengan lingkungan, dll. Hambatan-hambatan tersebut menghambat pertumbuhan hidup dalam berkomunitas. Hambatan-hambatan tersebut akan mengganggu kehidupan dalam berkomunitas, akan tetapi semua hambatan dapat diselesaikan jika saling bekerjasama dan melibatkan Yesus.

c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

1 Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman hidup yang telah diungkapkan pada langkah I, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut ini:  Bagaimana sikap BapakIbu dalam menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi dalam membangun kebersamaan di LingkunganWilayahParoki? 2 Pendamping memberikan arah rangkuman singkat atas jawaban-jawaban peserta yang telah diungkapkan, misalnya sebagai berikut: BapakIbu yang terkasih, setelah kita merefleksikan pengalaman hidup kita, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi hambatan-hambatan untuk membangun kebersamaan dalam komunitaskelompok. Setiap dari kita pasti memiliki cara sendiri untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut. Ada orang 142 yang memberikan perhatian dan kepedulian, tekun terlibat dalam setiap kegiatan yang ada di Lingkungan, WilayahParoki, tetapi ada juga yang menikmati saja apa yang sedang terjadi dalam kelompok, cuek, tidak mau tahu. Diperlukan ketekunan dan keberanian dalam menghadapi hambatan tersebut dan melibatkan Yesus supaya memberikan kekuatan. Hanya Yesus yang bisa diandalkan dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan untuk membangun kebersamaan. d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani 1 Salah satu peserta dimohon untuk membacakan teks langsung dari Kitab Suci, yang diambil dari Kis 2:41-47. 2 Peserta diberi waktu hening sejenak untuk secara pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab Suci dengan bantuan beberapa pertanyaan, yaitu: a Ayat-ayat mana yang mengesan bagi BapakIbu berkaitan membangun kebersamaan dalam berkomunitas? Mengapa ayat tersebut mengesan bagi BapakIbu? b Apa pesan inti yang mau disampaikan Paulus dalam membangun kebersamaan di LingkunganWilayahParoki? 3 Peserta diajak untuk terlebih dahulu mengungkapkan hasil renungan pribadi sehubungan dengan pertanyaan diatas. 4 Pendamping menyampaikan tafsiran dari bacaan Kis 2:41-47 dan menghubungkan pesan inti dengan tanggapan dan hasil renungan pribadi serta sesuai dengan tema dan tujuan pertemuan, misalnya, sebagai berikut: Teks Kitab Suci yang diambil dari Kis 2: 41-47 merupakan salah satu perikop yang membicarakan tentang kebersamaan dalam berkomunitas. Dan 143 perikop ini mengajak kita untuk merenungkan cara hidup dalam sebuah komunitas yang pertama. Hampir semua ayat dalam Kis 2:41-47 dapat mengesan bagi hidup kita. Kis 2:41, mengingatkan akan panggilan hidup kita untuk mengikuti Yesus melalui baptisan. Dalam komunitas bertekun dalam pengajaran, dan berkumpul untuk berdoa bersama Kis 2:42, terjadi mukjizat dan tanda dalam pengajaran Kis 2:43, banyak orang yang percaya kepada-Nya tetap bersatu dan kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama Kis 2:44, saling berbagi Kis 2:45, selalu berkumpul bersama dengan sepenuh hati, bertekun, dan bersuka cita, Kis 2:46 dan orang-orang yang percaya kepada-Nya selalu memuji Tuhan, sehingga banyak orang senang melihat kehadiran mereka dan semakin bertambah banyak. Berdasarkan Kis 2: 41-47, pesan inti yang ingin disampaikan oleh Paulus adalah orang yang percaya kepada-Nya semakin banyak. Oleh sebab itu terbentuklah gaya hidup jemaat yaitu persekutuan, untuk saling melayani berdasarkan ajaran Gereja dan dilaksanakan dalam ibadah. Seperti dalam Kis 2:44, menggambarkan sebuah kebersamaan dalam komunitas. Kebersamaan dan menganggap semua yang ada adalah milik bersama. Hal ini merupakan sebuah ungkapan persahabatan. Yang menjadi pokok dalam berkomunitas adalah semua anggota jemaat dicukupi kebutuhannya dan tidak seorang pun menyimpan bagi dirinya sendiri dan yang lainnya mengalami kekurangan. Unsur kehidupan dalam berkomunitas adalah bertekun dalan ajaran, membangun keluarga baru, memecahkan roti, berdoa bersama, dan dicintai banyak orang. Dasar utama umat Allah adalah setia pada ajaran Gereja yang di dalamnya terdapat nilai-nilai Kitab Suci. Umat dapat membangun keluarga baru berdasarkan pada pengalaman iman dan dikembangkan dalam persaudaraan. Ciri 144 khas persaudaraan tersebut adalah mengesampingkan kepentingan pribadi dan saling berbagi dalam kebersamaan, saling peduli, dan memperhatikan satu sama lain. Sedangkan makan bersama lebih pada mengenang apa yang pernah dilakukan oleh Yesus besama para murid-Nya. Doa bersama merupakan ungkapan dari komunitas beriman dan tampil sebagai saksi hubungan yang erat dengan Allah sebagai hubungan yang pokok dalam kehidupan. e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkrit 1 Pendamping mulai mengawali langkah ini dengan menempatkan peserta dalam konteks dan situasi pertemuan, serta menerapkan pesan inti Kitab Suci dalam pengalaman, kebutuhan, dan situasi hidup sesuai dengan tema dan tujuan katekese umat, misalnya sebagai berikut: BapakIbu yang terkasih dalam Yesus setelah kita bersama-sama mendalami pengalaman kebersamaan dalam komunitaskelompok kita menemukan pesan di dalamnya. Bersama Yesus kita diajak untuk mampu membangun komunitas orang beriman yang sungguh hidup dalam kehidupan kita. Dibutuhkan kerjasama dalam membangun kebersamaan dalam komunitaskelompok. Bersama Yesus kita mampu menjalani kehidupan dalam komunitaskelompok. Tidak mudah hidup dalam sebuah komunitaskelompok karena setiap orang memiliki kepentingan, karakter dan kekhasan masing-masing. Akan tetapi kita persatukan oleh tujuan yang sama yaitu bersama berproses menjadi orang beriman dengan teladan Yesus. 2 Sebagai bahan refleksi untuk semakin mendalami arti kebersamaan dalam berkomunitas. Dan dalam suasana yang hening peserta diajak untuk merenungkan hasil merenungkan langkah I-III dengan panduan pertanyaan sebagai berikut: 145  Apa arti berbagi bagi BapakIbu untuk membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas di LingkunganWilayahParoki? 3 Peserta diberi kesempatan untuk merenungkan pertanyaan di atas dengan diiringi lagu instumental Jesus, remember me. Setelah itu peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadi. Pada langkah ke IV pendamping dapat memberikan arah rangkuman singkat sesuai dengan hasil-hasil renungan pribadi peserta, misalnya: Bersama Yesus kita mampu melakukan banyak hal termasuk membangun kebersamaan dalam berkomunitaskelompok. Dengan melibatkan Yesus kita telah menyadari bahwa pentingnya bantuan Yesus dalam hidup kita. Pribadi Yesus dapat menjadi teladan bagi kita untuk membangun kebersamaan dalam sebuah komunitaskelompok orang. Oleh karena itu hidup dalam kebersamaan sangat penting bagi kita, dan hidup dalam kebersamaan memberikan kekuatan dan manfaat untuk menjalani kehidupan. Berbagi dalam kebersamaan berarti mau membagikan apa yang kita miliki kepada mereka yang lebih membutuhkan. Berbagai berarti mau berkorban bagi sesama. Berbagi berarti belajar untuk hidup dalam kebersamaan dan tidak mementingkan diri sendiri. Berbagi berarti mau memberikan diri kepada sesama yang membutuhkan. Contoh saling berbagi dalam kebersamaan berkomunitas adalah saling berbagi pengalaman, saling berbagi pengetahuan, berbagi perhatian, berbagi materi kepada yang membutuhkan, saling berbagi kebahagiaan, saling membantu kepada yang membutuhkan, mengikuti Ekaristi di Gereja, mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Lingkungan, musyawarah dalam menyelesaikan 146 suatu masalah, saling mempercayai, dan saling melengkapi, mengikuti kerja bakti, ikut terlibat tugas koor di Gereja, dll. f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit 1 Pengantar BapakIbu yang terkasih tadi kita sudah bersama-sama menggali pengalaman hidup dalam komunitaskelompok melalui perumpamaan tumbuhnya sebuah pohon. Hidup berkomunitas ibarat sebuah pohon yang terdiri dari daun, batang, ranting-ranting, dan akar. Demi pertumbuhan sebuah pohon diperlukan sinar matahari untuk sumber tenaga dan pengairan yang cukup untuk mengolah bahan makanan sehingga menghasilkan buah. Satu lembar daun ibarat satu pribadi yang memiliki peran penting demi pertumbuhan komunitas. Demikian pula dengan pengalaman hidup, dalam membangun kebersamaan kita mengalami banyak tantanganhambatan. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk menghadapi tantanganhambatan yang terjadi. Hambatan-hambatan yang biasanya terjadi dalam membangun kebersamaan adalah malas untuk terlibat, tidak memiliki kesadaran diri untuk saling berbagi, sibuk dengan pekerjaan, dll. Sedangkan sikaptindakan yang bisa dilakukan untuk menghadapi hambatan dalam membangun kebersamaan adalah melibatkan Yesus dalam menghadapi kesulitan, mempertahankan apa yang sudah menjadi kebiasaan baik dalam berkomunitas, tekun, saling mengingatkan, peduli dengan sesama, dll. Bersama Yesus kita belajar banyak hal yaitu tekun dalam doa, tekun dalam pengajaran, menghadiri Ekaristi atau ibadah, dan saling berbagi. Berbagi disini tidak sebatas berbagi secara materi tetapi dapat berbagai pengalaman, perhatian, 147 kasih, dll. Tindakan-tindakan tersebut merupakan wujud dari kebersamaan dalam sebuah komunitas. Berdasarkan pengalaman iman dalam Kisah Para Rasul kita semakin menyadari bahwa membangun kebersamaan dalam komunitaskelompok itu penting. Melalui Yesus dan bersama Yesus kita diajak untuk terus membangun kebersamaan walaupun banyak tantangan yang akan dihadapi. Berdasarkan hasil refleksi kita semakin tegurdisadarkanditeguhkan dalam hal berdoa, mengikuti Ekaristi, tekun mengikuti pengajaran, dan saling berbagi. Bahkan kebersamaan berarti mau saling berbagi kepada sesama. Berbagi berarti mau memberi apa yang kita miliki untuk orang lain. Berbagi berarti memberikan perhatian dengan kasih. Tindakan nyata dari saling berbagi untuk membangun kebersamaan adalah saling berbagi perhatian, berbagai kasih, saling mengingatkan, berbagi pengalaman, pengetahuan, mengikuti Ekaristi, dll. Oleh sebab itu untuk mendukung terwujudnya kebersamaan dalam komunitas alangkah baiknya kita dapat menemukan dan melaksanakan niat-niat yang akan kita bangun secara pribadi dan bersama supaya semakin hari komunitaskelompok orang beriman di LingkunganWilayahParoki terus kita hidupi dan kita bangun. 2 Peserta diajak untuk memikirkan niat-niat yang akan dilakukan untuk mendukung terwujudnya kebersamaan di LingkunganWilayahParoki, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:  Tindakanan apa saja yang harus diperhatikan untuk mewujudkan kebersamaan dalam berkomunitas dengan saling berbagi dengan sesama di LingkunganWilayahParoki? 3 Peserta diberi kesempatan mengungkapkan dan mensharingkan niat pribadi yang akan dilakukan dalam kehidupan. Kemudian peserta diajak untuk 148 mendiskusikan dan mengambil keputusan bersama yang akan dibangun dalam sebagai umat beriman di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Setelah itu niat pribadi dan bersama dipersembahkan dalam doa umat supaya dapat terwujud dalam hidup. g. Penutup 1 Pendamping meletakkan salib dan lilin di tengah-tengah peserta, sehingga semua peserta dapat melihatnya. Kemudian pendamping mengajak peserta untuk mengajukan doa-doa umat kepada Tuhan Yesus. Pendamping mengawalinya doa umat kemudian diakhiri dengan doa Bapa Kami, doa penutup yang dihubungkan dengan tema dan tujuan katekese umat dan doa malam. 2 Doa Penutup Tuhan Yesus, yang penuh kasih, kami mengucap syukur kepada-Mu karena pada pertemuan malam hari ini, Engkau telah menyertai kami sehingga pertemuan malam ini dapat berjalan dengan baik. Banyak tantanganhambatan yang kami hadapi untuk membangun kebersamaan. Tapi kami percaya kami dapat melewatinya dengan ketukunan, dan kesabaran. Kami berterima kasih kerena kami disadarkan dan dibuka mata hati kami betapa pentingnya membangun kebersamaan dalam berkomunitas serta melibatkan Engkau dalam hidup. Bantulah kami supaya berkat teladan-Mu kami mampu mewujudkan kebersamaan dengan saling berbagi perhatian, kasih, tenaga, waktu, dan pengalaman kepada sesama. Semoga berkat kasih-Mu kami mampu mewujudkan niat yang akan kami lakukan dalam kehidupan untuk membangun kebersamaan dalam berkomunitas. Doa permohonan ini kami haturkan dalam kebaktian kami kepada hati-Mu Yang Maha Kudus, kini dan selama-lamanya. Amin. Doa malam. 3 Lagu Penutup : “Hari ini Ku Rasa Bahagia” [Lampiran 8: 25].

BAB V PENUTUP

Berdasarkan situasi umat dan hasil penelitian, dapat dilihat situasi katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut dan penghayatan iman umat melalui katekese umat. Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan dan saran supaya katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf semakin hari semakin baik. Dengan adanya katekese umat diharapkan mendukung kebutuhan umat sehingga membantu meningkatkan penghayatan iman.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian banyak umat yang belum memiliki pemahaman yang benar tentang katekese umat sehingga terjadi salah penafsiran tentang katekese umat yang diselenggarakan di Lingkungan. Masih banyak umat menganggap katekese umat merupakan doa bersama dan doa Rosario sehingga tujuan yang akan dicapai dalam katekese umat belum dapat tercapai dengan maksimal. Katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf belum mampu menanggapi kebutuhan umat sehingga peran dan manfaatnya belum maksimal. Peran dan manfaat katekese umat hanya sebatas sebagai pengetahuan tentang ajaran Gerejanilai-nilai dalam Kitab Suci, dan menguatkan iman umat tetapi belum sampai pada perwujudan iman dalam kehidupan sehari- hari. Perwujudan iman dalam hidup umat belum terlaksana secara maksimal karena umat banyak yang masih kadang-kadang mewujudkan iman walaupun mereka menyadari bahwa iman harus diwujudkan dalam tindakan, perbuatan dan 150 perkataan. Kehadiran katekese umat di Lingkungan belum mampu membantu umat dalam meningkatkan penghayatan iman katolik, hal ini disebabkan karena kurangnya keterlibatan umat, pemahaman umat kurang, proses katekese umat yang kurang menarik, peran pendamping dan peserta kurang maksimal dan kurangnya keseriusan umat dalam mengikuti katekese umat. Berdasarkan situasi katekese umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut masih banyak yang perlu diperbaiki lagi supaya kehadiran katekese umat mampu membantu umat meningkatkan pengahayatan iman dan merekatkan hubungan satu sama lain dalam kebersamaan. Lingkungan dapat meningkatkan peran pendamping katekese umat, melibatkan seluruh umat dalam katekese umat, materi katekese umat yang sesuai dengan kebutuhan, tersedianya tempat katekese umat, serta dapat mengolah waktu katekese umat dengan baik. Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar umat sehingga dapat saling memperteguhkan iman umat. Dalam proses katekese umat, umat akan diajak untuk mendalami pengalaman hidup melalui terang Injil sehingga umat dapat mengalami pertobatan secara terus menerus dan dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Katekese umat juga mengajak umat untuk mewujudkan iman dalam tindakan nyata, dan umat dapat hidup seturut kehendak- Nya sehingga mampu menjadi saksi-saksi Kristus di dalam kehidupan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses katekese umat yaitu isi katekese umat, pemilihan model katekese umat, sarana yang digunakan, peran pendamping serta peserta. Peran pendamping dalam proses katekese umat sangat mempengaruhi karena pendamping berperan sebagai fasilitator. Katekese umat dapat memberikan pengaruh dan manfaat demi 151 pendewasaan iman. Oleh sebab itu dalam proses katekese umat, umat dibantu untuk meningkatkan penghayatan iman dan mampu mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari. Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese umat yang dapat membantu umat dalam meningkatkan penghayatan iman. Katekese umat model Shared Christian Praxis menekankan dialog antar peserta dan pendamping dengan mendalami dan mengolah pengalalaman hidup konkrit. Model SCP terdiri dari lima langkah dan didahului dengan langkah 0. Setiap langkah dalam model SCP memiliki unsur kekhasan, tujuan, peran pendamping, dan peran peserta. Langkah-langkah tersebut saling berkaitan sehingga membantu umat untuk mencapai tujuan dan membantu umat meningkatkan pengahayatan iman. Oleh sebab itu untuk membantu umat meningkatkan penghayatan iman, penulis mengusulkan untuk mengadakan katekese umat dengan model Shared Christian Praxis. Model Shared Christian Praxis dipilih dengan alasan model tersebut cocok untuk umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut karena menekankan dialog pengungkapan pengalaman hidup. Tema katekese umat terdiri dari enam tema yang saling berkaitan. Tema katekese umat tersebut dilaksanakan setiap bulan kecuali pada masa Adven, Prapaskah, dan bulan Rosario.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas, Sokaraja, Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur, Jawa Tengah melalui katekese umat model shared christian praxis.

29 354 137

Peranan doa bersama dalam keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di wilayah Juwono, Paroki Santa Maria Lourdes Sumber, Magelang Jawa Tengah.

0 36 140

Penghayatan spiritualitas keterlibatan umat berinspirasi pada Santa Maria dalam hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta.

0 0 189

Katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.

0 6 125

Penghayatan Devosi Jalan Salib sebagai sarana untuk memperkuat iman umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah.

4 53 164

Upaya meningkatkan semangat persaudaraan siswa-siswa SMA Seminari Santa Maria Immaculata Lalian Atambua Nusa Tenggara Timur, melalui katekese umat model shared Christian Praxis.

0 6 198

Upaya meningkatkan pendampingan iman kaum muda di Paroki Santa Maria Mater Dolorosa, Soe, Keuskupan Agung Kupang melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 138

Upaya menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani umat lingkungan Santa Maria stasi Majenang paroki Santo Stefanus Cilacap melalui katekese umat - USD Repository

0 0 137

Pendampingan iman keluarga kawin campur beda agama dalam menghayati hidup perkawinan kristiani di Paroki Santo Paulus, Palu, Sulawesi Tengah, melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 144

Sumbangan katekese umat bagi prodiakon melalui model shared christian praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah - USD Repository

0 4 178