84
nyanyian, drama, guntingan gambar, perayaan, buku, alat-alat ibadat dan tempat berkatekese. Pribadi pendamping merupakan sarana sebagai pemudah, pengarah,
dan, pencipta suasana. Pendamping sebagai tokoh dan pemberi kesaksian iman dengan mengembangkan kepribadian peserta yaitu memberi penyadaran,
pengembangan dan peneguh iman dan kehidupan agama Papo, 1987: 79.
Berdasarkan dari pengajaran lisan maupun beredarnya surat-surat di Gereja- gereja yang telah dilakukan oleh para Rasul pada zaman itu katekese terus
berkembang untuk mencari cara dan sarana yang bersifat modern. Cara dan sarana yang modern itu mendukung jalannya tugas perutusan, dan mendukung peran
serta jemaat dan para gembala CT, art. 46. Peluang-peluang besar yang ada yaitu berkat media komunikasi sosial dan
media komunikasi dalam kelompok “group media” yaitu radio, media cetak, piringan hitam, rekaman tape, serta seluruh media audio-visual lain yang harus
dimanfaatkan dengan baik CT, art. 46. Berbagai upaya dan usaha yang sudah dilakukan, semua kegiatan Gereja
bersifat kateketis, karya katekese tidak kehilangan nilai, akan tetapi memperoleh penyegaran baru. Salah satu gejala utama pembaharuan katekese sekarang adalah
penerbitan dan penggadaan buku-buku katekese di wilayah Gereja yang bisa digunakan sebagai sumber atau isi katekese CT, art. 49.
B. Gambaran Umum tentang Katekese Umat
Katekese umat merupakan komunikasi iman antar peserta dengan saling memberikan kesaksian iman yang akan membantu umat untuk diteguhkan
imannya dan semakin menghayati imannya secara sempurna Huber, 1981b: 15.
85
Keberhasilan proses katekese umat dapat dilihat dari tercapainya tujuan yang didukung dengan sarana, isi, sumber katekese yang mendukung serta
pemilihan model katekese. Model katekese umat yang dapat digunakan adalah model pengalaman hidup, model biblisKitab Suci dan model campuran.
1. Pengertian Umum Katekese Umat
Huber 1981b: 15 mengutip rumusan katekese umat yang dihasilkan oleh PKKI II:
Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman penghayatan iman antara anggota jemaatkelompok. Melalui
kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna. Dalam
Ketekese Umat tekanan terutama diletakkan penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada
perencanaan.
Rumusan di atas menegaskan bahwa katekese umat merupakan tukar pengalaman iman antar umat dengan saling membagikan kesaksian iman.
Kesaksian iman tersebut dapat memperteguhkan iman peserta yang mendengarkan. Tukar pengalaman iman merupakan pokok dari proses katekese
umat, dengan tidak meninggalkan pengetahuan dan mengandaikan perencanaan.
2. Tujuan Katekese Umat
Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar peserta yang meneguhkan. Maka Huber 1981b: 16, mengutip rumusan tujuan katekese umat
dalam PKKI II, yaitu -
supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman- pengalaman kita sehari-hari;
86
- dan kita bertobat metanoia kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari: -
dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;
- pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta; -
sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup
kita di tengah masyarakat.
Berdasarkan rumusan di atas tujuan katekese umat adalah umat diajak untuk meresapi pengalaman hidup dengan terang Kitab Suci supaya dapat melakukan
pertobatan dan merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan. Umat semakin sempurna dalam iman, pengaharapan, cinta kasih dan hidup semakin kokoh.
Hidup umatdapat menyatu dengan Kristus, menjemaat, berani mewujudkan tugas Gereja dan mampu mengokohkan Gereja semesta serta bersaksi tentang Kristus
dalam kehidupan sehari-hari. Umat mampu memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah-
tengah masyarakat, merupakan rangkuman tujuan katekese umat dari sudut yang berbeda. Ketiga tujuan katekese umat yang pertama lebih mengarah pada pribadi
peserta ekstern, dan kedua lainnya menegaskan tujuan katekese umat sebagai Gereja dan memuncak pada hidup umat di tengah-tengah masyarakat intern
Huber, 1981a: 23. Katekese umat membantu umat untuk hidup penuh kesadaran, mendalam,
mendorong proses pemanusiaan kristiani dan membantu proses pendewasaan iman. Katekese umat menempatkan pengalaman religius dalam kehidupan nyata
sehingga umat dapat menafsirkan riwayat hidupnya sebagai sejarah penyelamatan Huber, 1981a: 23.
87
3. Isi Katekese Umat
Demi terwujudnya tujuan katekese umat diperlukan isi katekese umat. Isi katekese umat adalah pengalaman iman umat dalam kehidupan sehari-hari,
pengalaman iman Gereja yang terdapat di dalam Kitab Suci, dan pengalaman iman Gereja dalam Tradisi yaitu perumusan iman Gereja untuk menanggapi
situasi dan kondisi pada saat ini dan yang akan datang Heselaar, 1981: 103. Dalam katekese umat, peserta diajak untuk bersaksi akan Yesus Kristus.
Yesus Kristus yang hadir di tengah kehidupan manusia, dengan tujuan manusia dapat berjumpa dengan Allah melalui perantara Yesus. Oleh sebab itu Yesus
menjadi isi dan cara dalam berkatekese Huber, 1981a: 19. Melalui sabda manusia dapat berjumpa dan bersaksi akan iman Yesus Kristus sebagai perantara
Bapa. Kahadiran Yesus menjadi pola hidup manusia dalam Kitab Suci Perjanjian Lama mendasari penghayatan iman sepanjang Tradisi Sumarno Ds, 2013: 9.
Untuk mendukung isi katekese umat maka diperlukan sumber katekese yang jelas untuk mempertanggungjawabkan isi tersebut. Sumber-sumber katekese umat
meliputi Kitab Suci, ajaran Magisterium, liturgi, kehidupan Gereja, kehidupan manusia, dan tanda-tanda zaman. Sumber katekese umat tersebut dapat menjadi
pegangan umat dalam menjalankan kehidupan Pareira, 1979: 82.
4. Sarana Katekese Umat
Sarana pendukung untuk menyampaikan pesan atau isi katekese umat diperlukan. Sarana-sarana yang bisa digunakan adalah buku-buku teks untuk
peserta, bantuan audio visual, dan katekismus lokal. Sarana-sarana tersebut dapat langsung digunakan dalam kegiatan kateketik yang disediakan komunitas kristiani
88
berdasarkan orientasi kateketis, dan kegiatan kateketik-analisis situasi, rencana karya, petunjuk kateketik Dapiyanta, 2013: 13.
Ungkapan yang sama juga dikatakan bahwa sarana katekese umat adalah alat-alat komunikasi sosial dari bangsa yang memberikan pengaruh dan dukungan
atas kemajuan hidup rohani, serta kemajuan mutu manusia. Alat-alat komunikasi tersebut digunakan untuk mencapai cita-cita bersama dari berbagai kalangan
Setyakarjana, 1997: 10. Buku-buku katekese, sarana slide, tape recorder, Kitab Suci, dan sarana audio visual yang sangat mendukung dalam proses berkatekese
Setyakarjana, 1997: 42.
5. Model Katekese Umat
Model merupakan pola dasar yang digunakan dalam melaksanakan pewartaan Injil. Unsur pokok dalam pendalaman imankatekese adalah
pengalaman hidup, teks Kitab Suci, dan penerapan konkret. Pendalaman imankatekese memiliki tiga model katekese umat, yaitu model pengalaman
hidup, model biblis dan model campuran Sumarno Ds, 2013: 11.
a. Model Pengalaman Hidup
Model pengalaman hidup bertitik tolak dari pengalaman hidup dan berpusat pada hidup peserta. Berdasarkan pengalaman dan tindakan hidup yang dialami
maka umat semakin mengenal pribadinya. Model pengalaman hidup menekankan pengalaman konkret peserta sebagai pusat dari proses komunikasi iman. Oleh
karena itu dalam berkatekese dibutuhkan suasana yang mendukung supaya umat berani mengungkapkan pengalaman hidup Sumarno Ds, 2013: 11-12.
89
Langkah-langkah dalam model pengalaman hidup adalah pembukaan, penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup, rangkuman
pendalaman pengalaman hidup, bacaan Kitab SuciTradisi, pendalaman teks Kitab SuciTradisi, rangkuman pendalaman teks Kitab SuciTradisi dan penerapan
dalam kehidupan sehari-hari Sumarno Ds, 2013: 11-12. Langkah awal katekese umat model pengalaman hidup adalah pembukaan
yang berisikan
lagu dan
doa pembukaan
sesuai tema.
Kemudian katekispendamping menyajikan pengalaman hidup yang relevan, diambil dari
surat kabarcerita sesuai tema. Berdasarkan pengalaman hidup, peserta diajak untuk mendalaminya dan mengaktulisasikan pengalaman hidup konkret tersebut.
Pendalaman pengalaman hidup dapat dilakukan dalam kelompok kecil dengan menggunakan pertanyaan bantuan untuk merangsang peserta mengambil sikap
moral. Setelah mendalami pengalaman hidup katekispendamping membuat rangkuman sikap yang akan dilakukan peserta. Berdasarkan pengalaman hidup
peserta merefleksikan nilai-nilai dalam Kitab SuciTradisi untuk mengukuhkan iman. Pada tahap ini katekispendamping berperan untuk membantu umat
mengungkapkan pesan
inti teks
Kitab SuciTradisi.
Setelah itu
katekispendamping merangkum pendalaman teks Kitab SuciTradisi pesan intinya berdasarkan persiapan dari sumber-sumber yang mendukung. Berdasarkan
hasil refleksi peserta diajak untuk menerapkan nilaisikap yang diperoleh selama proses berkatekese dalam kehidupan konkret, dan mengambil kesimpulan praktis
sesuai tema dalam hidup di masyarakat, Gereja, Lingkungan, Wilayah, maupun Paroki, keluarga. Peserta juga diajak untuk merenungkan dan mengungkapkan
buah-buah pribadi yang diperoleh berupa niat yang dapat dilakukan dalam
90
kehidupan sehari-hari. Sebagai penutup dalam berkatekese peserta diajak untuk mengungkapkan doa spontan, dan dapat diakhiri doa penutup dengan merangkum
keseluruhan tema, atau dengan doa bersamanyanyian Sumarno Ds, 2013: 11-12.
b. Model Biblis
Model biblis berpusat pada pengalaman Kitab SuciTradisi dan memiliki tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu mengamati, mengartikan dan
menerapkan teks Kitab Suci. Ketiga hal pokok tersebut digunakan untuk membantu umat memahami isi Kitab SuciTradisi. Ketekese umat model biblis
terdiri dari beberapa langkah yaitu pembukaan, teks Kitab SuciTradisi, pendalaman teks Kitab SuciTradisi, pendalaman pengalaman hidup, penerapan
dalam hidup, dan penutup Sumarno Ds, 2013: 12-13. Langkah pertama dalam model biblis yang berisikan doa dan atau nyanyian
pembukaan. Pada langkah pembukaan peran katekispendamping menghubungkan tema katekese sekarang dengan tema sebelumnya. Setelah itu pembacaan teks
Kitab Suci yang dibacakan oleh salah satu peserta langsung dari Kitab Suci dan peserta diajak merefleksikannya. Pendalaman teks Kitab Suci, diawali dengan
masuk dalam kelompok kecil untuk mengungkapkan hasil refleksi pribadi. Sedangkan katekispendamping berperan merangkum pesan inti dari peserta
dengan menghubungkan penjelasan pribadi berdasarkan persiapan pribadi. Katekispendamping menjadi sumber yang penting karena menampilkan isipesan
inti Kitab Suci yang relevan dan mudah dipahami peserta. Kemudian peserta diajak untuk mendalami pengalaman hidup dengan menghubungkan pesan inti
teks Kitab Suci. Dari pendalaman hidup peserta diajak merefleksikan dan
91
menemukan sikap yang bisa dilakukan dalam hidup. Peserta dapat menemukan semangat, jiwa, serta kekuatan baru dari teks Kitab Suci yang dapat diwujudkan.
Kemudian peserta masuk dalam keheningan merenungkan pesan yang diperoleh, menemukan sarana, dan cara menghadapi kesulitan, serta menemukan hal-hal
yang mendukung dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai penutup proses katekese peserta mengungkapkan doa spontan dan katekispendamping menutup dengan
doa penutup, doa bersama atau nyanyian bersama Sumarno Ds, 2013: 12-13.
c. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup
Katekese umat model campuran merupakan gabungan antara model biblis dan model pengalaman hidup. Model campuran bertitik tolak pada hubungan
antara Kitab SuciTradisi dengan pengalaman hidup konkret peserta Sumarno Ds, 2013: 13-14. Katekese umat model campuran memiliki beberapa langkah penting
yaitu pembukaan, pembacaan Kitab SuciTradisi, penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup dengan teks Kitab SuciTradisi, penerapan
meditatif, evaluasi singkat, dan doa penutup Sumarno Ds, 2013: 13-14. Langkah pembukaan model campuran adalah doa dan nyanyian pembuka.
Langkah kedua, pembacaan teks Kitab SuciTradisi, dibacakan peserta secara langsung dan pendamping mengulanginya kemudian peserta diberi kesempatan
merenungkannya. Setelah itu peserta diajak menyimak pengalaman hidup dengan sarana pendukung untuk membangkitkan semangat peserta. Peserta diajak
mengungkapkan kesan pribadi dalam penyajian pengalaman hidup, mencari apa yang terjadi dalam pengalaman hidup secara objektif, menemukan tema dan pesan
pokok. Berdasarkan pengalaman hidup peserta diajak merefleksikan dan
92
mendalami pesan yang diperoleh dan menghubungkan pengalaman pribadi dengan pesan Kitab Suci. Peran pendamping adalah merangkum reflekis
pengalaman hidup dan mengajak peserta membangun niat bersamapribadi. Langkah lima, penerapan meditatif katekis membuat pertanyaan pembantu
sebagai bahan reflektif pengalaman hidup, dan refleksi-pemikiran muncul selama pendalaman pengalaman dihubungkan dengan Kitab Suci. Kemudian Katekis
mengajak peserta menemukan nilai baru dalam hidup pribadidan bersama. Langkah keenam adalah evaluasi jalannya katekese umat berupa isi, tema,
langkah-langkah dan proses sharing pengalaman iman. Dengan evaluasi diharapkan pertemuan berikutnya menjadi lebih baik, sesuai, dan relevan.
Sebagai penutup dilakukan doa umat spontan dan doa penutup dan menyanyikan lagu penutup sesuai tema Sumarno Ds, 2013: 13-14.
C. Shared Christian Praxis: Salah Satu Model Katekese Umat